Belum ada tempat lain di Indonesia yang hadirkan hasrat begitu dalam untuk menyapanya [kembali] seperti rindu yang menggelora pada bumi Nangroe Aceh. Pernah jatuh cinta kan? Nah, ibarat hendak menjumpai kekasih hati, gejolaknya melebihi ikatan emosi pada kampung halaman sendiri! Bukan berarti gak cinta kampung sendiri lho ya, tapi sensasi dan getarannya berbeda.
Mulai mengakrabi Aceh kurang lebih sepuluh tahun lalu kala rasa lapar menyerang dan yang pertama tampak di depan mata adalah warung makan Aceh. Tahap penjajagan masih meraba-raba, perkenalan pertama tak berjalan mulus. Lagi, tujuan melangkah ke sana demi menghentikan teriakan protes dari kampung tengah.
Beberapa waktu berselang saat lidah mencari sesuatu untuk dikecap, sebuah spanduk usang dengan tulisan “Mie Aceh” melambai-lambai mengajak kaki terayun ke satu kedai di sekitar Pejompongan, Jakarta Pusat. Penyusuran rasa terus berjalan dari gerobak yang buka malam hari di bibir pasar maupun rumah makan seputar Bendungan Hilir, satu per satu kedai bang Jaly baik yang di terminal bis Blok M, Arteri Pondok Indah, ITC Kuningan hingga Tanah Kusir, warung si Doel di Lenteng Agung sampai Dapoe Aceh Melayu yang ber-AC di belakang Sudirman disambangi demi sepiring mie Aceh.

Petualangan mie Aceh mendapat saingan manakala kuping mendengar penuturan Farhan tentang Keumalahayati di hari Kartini, 21 April 2011 lewat “Farhan in the Morning” di Delta FM. Rasa penasaran yang sekian lama dipendam kembali menghentak memori di ubun-ubun untuk mencari tahu siapa gerangan Keumalahayati yang namanya melekat di lambung salah satu kapal perang RI itu?
Perburuan menemukan titik cerah saat Perempuan Keumala karya Endang Moerdopo ditampilkan oleh mesin pencari sakti, Om Gugel!
Ketika dunia masih sibuk membincangkan kesetaraan gender, pada abad 15 seorang perempuan perkasa di Aceh telah tampil memimpin di garis depan, dialah Laksamana Keumalahayati. Perempuan pertama di dunia yang memegang pucuk pimpinan tertinggi sebagai Panglima Angkatan Laut Armada Selat Malaka kerajaan Darud Donya Darussalam dan pernah berjuang melawan Portugis hingga ke Johor. Putri dari Laksamana Mahmud Syah kakeknya Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah pendiri kerajaan Aceh Darussalam.

Semangat juang dan keperkasaan Malahayati menggedor-gedor sukma untuk menyusuri jejaknya bersama pasukan Inong Balee. Dan akhirnya ketika langkah mendapat kesempatan menjejak di bumimu Keumalahayati, hati ini bergemuruh, dada ini bergetar, bibir ini tersenyum, ujung kedua mata ini basah; berlomba naikkan syukur padaNya,”atas ijinMu ya Bapa, kupijak bumi serambi Mekkah.”
Dari tanahmu hei Aceh
Lahir perempuan perkasa
Bukan hanya untuk dikenang
Tapi dia panglima laksamana jaya
Memanggil kembali untuk berjuang
Dia Perempuan Keumala
Alam semesta restui
Lahir jaya berjiwa baja
Laksamana Malahayati
Perempuan ksatria negeri
[Perempuan Keumala, Endang Moerdopo]

Meski kaki ini belum menghampiri peraduanmu, janji itu abadi: satu hari nanti langkah kan kuayun pada panggilan jiwa ‘tuk menjumpaimu di Benteng Inong Balee. Keumalahayati, rindu jiwa menyusuri jejakmu.
I love Aceh, yuk Visit Aceh 2013!
Jakarta, 12 Pebruari 2013
Sebuah catatan tertinggal yang takkan pernah usang dari perjalanan bersama Sahabat Museum (11 – 14 Oktober 2012) menyusuri Aceh & Poelo Weh [oli3ve].
wih, jadi tahu sejarah aceh lebih banyak.. setelah baca gunongan di blog sebelumnya… skrg baca keumalahayati
yuk belajar sama² 😉
Luar biasa, walau sudah tahu lama tentang nyak keumala, membaca tulisan ini, dengan gaya bahasa yang berbeda, membuat bulu kuduk berdiri. mungkin selanjutnya mbak bisa menulis tentang teungku fakinah 😀
terima kasih, bulu kuduknya diturunin lagi donk 🙂
pengennya sih Pocut dulu *kebanyakan maunya nih*
Kak Olive, aku merinding membaca paragraf tentang Keumalahayati. Menggugah sekali tulisannya.. Keren! 🙂
hahaha bisa aja,
mungkin karena saya tergila² sama Malahayati jadi nulisnya juga dengan sepenuh jiwa. tengkyu Citra
Oh iya. Kalau nanti ke Aceh (amin), ziarahilah makam Keumalahayati, Kak. Nanti juga bisa melihat-lihat tempat para Inong Balee itu mengingati kapal-kapal penjajah. 😀
itu dah cita² Cit harus! Ari sama Aulia dah janji tuh mau nganterin 🙂
Aku siap mengantar mbak ziarah ke makam Keumalahayati. Jadi inget dulu aku dan Citra sampe blusukan nyari-nyari makamnya, padahal ternyata dekat. Hehehe..
bener ya Ari, kamu harus mengantarkan saya ke Krueng Rayeuk bila kaki kembali menjejak di Aceh 🙂
Ari & Citra kutuntut janjimu hahahaha, see u soon ya
Karena kalian berdua terpilih i love aceh story, jadi aku ga perlu datang dan ikut mengantar ya… Lhokseumawe jauuuuh… 😀
eh curaaaang, Jkt – Aceh juga jauuuuuh lho 😉
tapi aku ga disponsoriiii… ;(
aceh ituuu… katanya puanas banget ya??
maluku lebih panas koq, mataharinya bisa 10 😉
Wah, ternyata jatuh cinta juga sama Malahayati? Selamat ya sudah menjadi pemenang utama ^_^
terima kasih ya bang Aswi, Malahayati punya magnet yang dalam 🙂
congrat kak olive aku jadi pengen makan mie aceh lagi heheh 😀
makasih Winny, yuk kapan2 kita makan mie Aceh di Kupang *eh ada kan ya?*
gak ada mie Aceh di Kupang T_T biasanya aku makan yang di Titi Bobrok Medan kak
Jadi pengen nyobain Mie Aceh… 🙂
Hayyaaah.. kok yudi malah terharu
kalau haru coba baca ini Hari Haruku di Haruku 😉