Keberadaan etnis Black Hmong yang mendiami Cat Cat Village – selanjutnya ditulis Cat Cat saja ya – di lembah Muang Hoa dan letaknya yang tak jauh dari pusat kota Sa Pa, menjadikan Cat Cat destinasi favorit turis untuk trekking tipis – tipis menikmati keindahan alam di Sa Pa. Karenanya oleh departemen pariwisata propinsi Lao Cai, Cat Cat pun dihidupkan menjadi destinasi wisata ekoturisme.

Walau di itinerary perjalanan Sa Pa, Cat Cat hanya saya tempatkan sebagai destinasi cadangan; ternyata malah menjadi destinasi awal yang didatangi pada hari pertama di Sa Pa. Kadang, itinerary yang berpusing – pusing disiapkan sebelum berjalan hanya berakhir sebagai acuan berjalan kan? 🙂
Saya mengunjungi Cat Cat di Minggu sore dengan pertimbangan akan sedikit terbebas dari keriuhan pengunjung layaknya di pagi – siang hari. Lupa, berkunjungnya di akhir pekan di masa libur panjang sekolah di Vietnam. Jadi sore itu pun Cat Cat dipenuhi pengunjung hingga jelang gelap.

Dengan langkah panjang – panjang, tepatnya sedikit tergesa karena berjalan sendirian di sepanjang jalan raya dan tak ingin berlama – lama terpapar matahari yang menyengat meski sesekali berhenti memotret; dalam tiga puluh menit saya menjangkau gerbang Cat Cat. Untuk dapat menikmati keseluruhan trekking trail Cat Cat, baiknya diawali dengan berjalan dari Quang Truong Square (alun – alun Sa Pa). Namun jika dirasa tak kuat berjalan dan tak ingin berpanas – panas (kala berjalan di siang atau sore yang panas), boleh – boleh saja menumpang taksi sampai ke mulut kampung. Kalau ingin lebih cepat, teriak saja, “baaaang, ojek!” pada ojek motor yang banyak berkeliaran di sekitar Quang Truong Square 😉

Setelah mengunjungi Cat Cat, saya mencatat hal – hal menarik yang acap lepas dari pengamatan pejalan (bahkan dilupakan) saat mengunjungi Cat Cat karena dipandang sebatas touristy area yang baiknya dihindari.
Jujur, saya pun sempat berpikir seperti itu. Bersyukur memutuskan bertandang ke Cat Cat di Minggu sore itu sehingga bisa menikmati 5 Hal Menarik yang Sering Dilewatkan Pejalan Saat Mengunjungi Cat Cat Village yang bisa kamu jadikan alasan untuk mengunjunginya.
01 – The History: hal pertama yang membuat saya memutuskan ke Cat Cat adalah ingin mencari tahu sejarahnya, terutama asal – usul nama kampungnya.
Tidak mudah! Saya sudah bolak – balik mencari tahu lewat Opa Gugel namun informasi tentangnya tak ketemu. Mungkin karena sejarah masih sering dipandang sebelah mata sehingga sangat jarang yang mengulas hal itu. Entahlah. Tapi saya bertekad HARUS mendapatkan jawabannya agar sesuai tema perjalanan berbau sejarah meski sedikit 😉

Cat Cat mulai hidup ketika orang – orang Miao (Meo/Hmong) yang aslinya dari Tiongkok berkelana ke selatan pada awal abad ke-18. Walau dikenal sebagai suku nomaden, beberapa dari mereka kemudian memilih tinggal dan hidup bertani di lembah Muang Hoa dengan menanam padi dan jagung. Selain untuk dikonsumsi sendiri, hasil pertanian mereka juga dijual ke kota Sa Pa yang sedang menikmati masa puber dalam asuhan Prancis yang kala itu menguasai Vietnam.
Lalu, kenapa namanya Cat Cat bukan Dog Dog (misalnya)? Apakah kucing banyak dijumpai lembah Muang Hoa pada masa itu?

Jawabannya menyembul selagi duduk – duduk di salah satu kios souvenir yang berdiri di atas bibir sungai, menikmati matahari yang perlahan beranjak turun ke barat. Secangkir Nuoc Mia dingin diantarkan pemilik kios ke meja. Mata tak lepas dari riak – riak air sungai yang mengalir di sela bebatuan, membentuk jeram, membelah Cat Cat. Lamat – lamat, erangannya terdengar kuat bergumul dalam hempasan air terjun yang turun dari pegunungan terdengar dari hilir. Sedang di hulu, tampak liuk tubuh pengunjung yang bermain di sungai berkilat – kilat tertimpa pantulan cahaya matahari yang jatuh ke atas permukaan air sungai.

Saya menyesap Nuoc Mia pelan – pelan .. hmm … cat cat … kasˈkād … cascade? Ahaa .. dari hasil menebak – nebak, saya mengambil simpulan:
cat cat adalah kata serapan dari bahasa Perancis, cascade! Mungkin karena kaku oleh hawa dingin, lidah orang lokal melafalkannya lurus – lurus saja menjadi cat cat (baca: kat kat). Nama yang melekat padanya hingga hari ini, Cat Cat – [Tukang Kuburan]
02 – The Hmong: seperti sudah disebutkan di atas, mereka yang bermukim di Cat Cat adalah etnis Black Hmong. Selain bertani, para perempuannya sedari kecil wajib belajar (dan harus tahu) proses menenun dari mencelup kain hingga menghasilkan sesuatu entah itu dompet, tas, syal, hingga baju untuk dikenakan di keseharian. Kegiatan harian yang dikerjakan dari balita hingga usia sepuh (dan selama masih kuat).

Saya bersua Van Thi Tung (70) di beranda rumahnya. Sore itu Tung masih asik menekuri mesin tenun di hadapannya. Tangannya membenarkan posisi benang lalu menarik tuas dengan cekatan. Untuk dapat menggali kisahnya, saya menawarkan untuk bertukar cerita dengan membeli souvenir yang dijualnya. Ia sepakat. Saya pun meminta bantuan Sung Thi Phenh (15), cucu perempuannya, menerjemahkan setiap cerita Tung. Untuk kebaikan Phenh, saya memberinya tutorial singkat cara mengoperasikan kamera dan praktek langsung dengan mengabadikan gambar saya berdua dengan neneknya.
Orang Hmong terkenal dengan keramahannya. Mereka sangat senang bercerita. Sebagai pejalan yang datang bertamu ke rumah orang, hargailah kehidupan dan budaya warga lokal. Belilah souvenir yang mereka tawarkan, itu adalah salah satu cara memelihara kearifan lokal dan menghidupkan usaha mereka.
03 – The Scenery: keuntungan berjalan kaki dari Quong Truong Square, lebih leluasa menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Pun bisa berhenti memotret hilir mudik mountain train dari Sa Pa Station ke Muang Hoa Station. Atau bila ingin, mampirlah sebentar ke salah satu kedai kopi yang tumbuh di pinggir jalan untuk mendapatkan spot pemandangan yang bagus.

Pilihlah waktu berkunjung yang cuacanya baik – Maret ke Mei atau September ke November – agar tak mengeluh bila hanya bersua kabut melulu dan turis domestik yang tumpah di destinasi – destinasi wisata Vietnam. Saya bersyukur saat trekking ke Cat Cat (maupun ke Hau Thao keesokan harinya), matahari sedang bersahabat.
04 – The Traditional House: belumlah lengkap mengunjungi Cat Cat bila tak melongok rumah tradisionalnya. Ada beberapa rumah bertanda khusus di sepanjang jalur trekking yang bisa dimampiri saat berada di Cat Cat. Salah satunya rumah berdinding lumpur.

Sebenarnya pekarangan rumah ini luas, ditumbuhi beberapa tanaman termasuk kembang. Namun karena pekarangannya dimanfaatkan pula untuk berjualan; jadinya terlihat sesak. Selintas rumahnya serupa dengan rumah – rumah yang lain. Bila tak awas, penanda di pagar rumahnya tak akan terlihat apalagi melangkah masuk ke dalam rumah. Kalau pun ada yang mampir sekadar melihat – lihat souvenir yang dijual.

Ada untungnya sih. 30 menit menikmati kesendirian di dapur rumah orang Hmong, bebas foto – foto sendiri tanpa terganggu lalu lalang orang he .. he..
05 – The Rule: karena sudah dikelola untuk keperluan bisnis/komersial, ada tarif masuk kampung (HTM) yang dikenakan sebesar VND 70K/pengunjung. Menurut informasi yang saya baca, dana yang masuk diperuntukkan bagi warga kampung Cat Cat yang telah bermurah hati membuka kampung dan rumahnya untuk dikunjungi orang asing. Tentu saja tak diberikan langsung ke setiap individunya tapi dipergunakan untuk mengelola kegiatan komunitas dan kampung adat Cat Cat.
HTM tersebut sudah termasuk pemandu lokal GRATIS yang akan menemani berkeliling kampung untuk yang datang berombongan (min. 30 orang). Juga untuk menyaksikan tari – tarian yang digelar setiap 30 menit sekali antara pk 09.00 – 16.00 di dekat air terjun Cat Cat.

Kehadiran orang – orang asing karena perkembangan pariwisata Sa Pa melahirkan budaya tenti, kebiasaan baru yang melunturkan keramahan orang Hmong. Satu hal yang menarik perhatian saya, meski kampung mereka ramai dikunjungi turis, keseharian mereka sangatlah sederhana bila tak ingin disebut kehidupan etnis minoritas di Sa Pa berada pada garis miskin. Bisa jadi ini menjadi salah satu alasan kenapa budaya tenti merebak di lingkungan mereka. Ditumbuhkan sedari kanak – kanak.
Hari jelang gelap. Setelah tiga jam yang banyak dihabiskan dengan duduk – duduk di Cat Cat, saya pulang beriringan dengan satu keluarga dari Hanoi. Jika di awal memasuki Cat Cat melalui jalan berundak yang landai, pulangnya napas saya nyaris putus karena jalurnya naik – naik dan terus naik. Keadaan yang membuat saya menyerah pada rayuan Phu untuk pulang bersamanya ke Sa Pa dengan membonceng di motornya.

Phu, lelaki Hmong yang sehari – hari menjual jasa dengan ojek motor. Langkahnya tiba – tiba muncul dari belakang selagi saya berhenti menikmati pemandangan mengatur napas di jembatan Cat Cat, jelang gerbang keluar kampung. Meski lelah, saya masih berani menawar ½ harga yang ditawarkan Phu. Angka disepakati, Phu menerima tawaran VND 50K untuk mengantarkan saya ke Quang Truong Square.
Phu seorang yang ramai. Sepanjang perjalanan ia tak henti bercerita (dan bertanya). Bahasa Inggrisnya lumayan enak ditangkap kuping walau beberapa kata membuat saya selalu balik bertanya sebelum menjawab tanyanya. Sesekali tangan kirinya lepas dari setang, turut bercerita. Tangan itu rata, tak ada jari – jari di sana. Saat menurunkan saya di tujuan, saya perhatikan tangan kanannya pun demikian.
Dengan motornya, Phu juga menawarkan jasa menjadi pemandu ke beberapa destinasi wisata alam yang agak jauh dari kota Sa Pa; VND 100K per hari, katanya. Dipikir – pikir murah juga. Kenapa dari Cat Cat ke pusat kota lebih mahal? hahaha … gak mau rugi. Lain waktu jika kembali ke Sa Pa saya akan mencari Phu di Quang Truong Square untuk membuktikan tawarannya dan berbincang banyak hal tentangnya. Selalu ada alasan untuk kembali ke Sa Pa, saleum [oli3ve].
Aku selalu cuma sebentar2 doang ke sini padahal suka bgt
selalu ingin kembali ke sana ya
pertama kali tahu ttg Sa Pa itu dari blogmu lho Non, baca yg dirimu trekking itu 🙂
Oh hehee iya udh lama itu. Selalu pengen balik lagi emang ke sana ya
Jalan berundak dengan kios di kiri dan kanan bener-bener ngingetin aku pas lagi trekking ke Baduy. Mirip banget kayak gini. Bedanya, pemandangan di sini ternyata lebih memanjakan mata, ya. Adem dan seger banget ngelihatnya. 😀
Sa Pa memang bikin adem .. apalagi cuacanya juga adem