Matahari sudah tinggi namun, Mordekhai, penjaga gerbang istana Susan masih bergeming di lapangan kota. Ia tidak bisa mendekat ke istana dengan baju karung dan kepala yang ditaburi abu, tanda berkabung. Ratap dan tangis pilunya sayup terdengar diantarkan angin hingga ke beranda istana. Mendengar apa yang dilakukan oleh Mordekhai, hati Ester amatlah sedih. Ester lalu meminta … Continue reading Mordekhai, Si Penjaga Gerbang Istana
Category: Refleksi
Melayani di Jalan Sunyi, Sebuah Pilihan yang Tidak Populer di Zaman Eksistensi Mengerubungi
Kamis minggu kedua adalah hari yang selalu aku nantikan dengan bersemangat karena hampir setahun ini, aku ikut tim pelayanan yang mengunjungi penjara. Walau hanya sebagai tim cadangan yang siap berangkat ketika tim yang dijadwalkan pelayanan berhalangan, tim inilah yang lebih sering mengunjungi salah satu lembaga pemasyarakatan (lapas) di Jakarta seperti hari ini. Seperti biasa, usai … Continue reading Melayani di Jalan Sunyi, Sebuah Pilihan yang Tidak Populer di Zaman Eksistensi Mengerubungi
Penjaga Jiwa
Khina melihatnya lebih dulu. Tepat ketika kakinya dan Erik menjejak di lantai empat, Rino tampak berdiri berdiri beberapa langkah di depan mereka. Kepalanya ditutup dengan kupluk abu-abu. Seutas tali rafiah yang ujungnya membentuk simpul digenggam dengan kedua tangannya, melingkar di lehernya. Satu ujung yang lain terikat pada tiang balkon. Sekali lompat ... selesai. Rino yang … Continue reading Penjaga Jiwa
Kutemui Tuhan di Lorong Rumah Sakit
Sudah 24 jam lebih Frans, adikku, tak sadarkan diri. Hantaman benda tumpul yang sangat keras ke kepalanya, membuat tengkoraknya retak. Hasil CT Scan semalam menunjukkan adanya penggumpalan darah di kepala yang membuat dirinya kehilangan kesadaran dan terus kejang-kejang. Tangan dan kakinya terpaksa diikat ke tempat tidur agar posisinya terjaga dan tangannya tak mencabuti peralatan medis … Continue reading Kutemui Tuhan di Lorong Rumah Sakit
Ketika yang Paling Melekat di Hatiku Bukanlah Tuhan
Santi datang agak terlambat ke ibadah Minggu siang itu. Baru saja dia duduk, tiba-tiba dirinya berdiri lagi, “Ada pokemon di belakang. Sebelum keduluan yang lain, aku ambil dulu,” bisiknya dengan senyum-senyum sambil berlalu ke deretan bangku belakang. Dia kembali ke bangku semula dengan tangan yang tetap asyik memainkan gawai saat pendeta mulai membagikan firman. Aku … Continue reading Ketika yang Paling Melekat di Hatiku Bukanlah Tuhan
Natal adalah Pengorbanan dan Pembaharuan Diri
Hujan yang baru saja datang, memaksaku kembali duduk lesehan di teras gereja. Desember, bulan di penghujung tahun yang sering basah. Bulan sibuk bagi umat Kristiani menyambut Natal dengan beragam kegiatan yang sering jadi boomerang bagiku, kamu, dan dia yang kebersamaannya dengan orang–orang dekat tersita karena kegiatan bertumpuk–tumpuk yang mungkin (sengaja) diborong. Serupa malam itu, ketika … Continue reading Natal adalah Pengorbanan dan Pembaharuan Diri