Gemu Fa Mi Re untuk Negeriku


Kamu kurang gaul, Lip!”

Skakmat yang aku terima di tengah perbincangan seru kami semalam. Kalimat yang terlontar tanpa gejolak rasa dari bibirnya yang tak henti bergerak, menampar ulu hati saat kutanyakan Gemu Fa Mi Re padanya.

Lihat dan dengarkanlah sendiri, nanti kamu akan tahu,” katanya sembari berlalu, menyisakan kunang-kunang yang beterbangan di atas kepalaku.

Kurang gaul? huhhh … berani sekali dia menuding dan mengaduk-aduk emosi saat baru bersua! Belum cukupkah langkah menjauh sesaat dari negeri untuk membuktikan seberapa luas pergaulan itu? Kuredam riak yang mulai menjalari nadiku, mencoba memaknai kata demi kata yang dilontarkannya.

soekarno di pengasingan, penjara banceuy, sel no 5, soekarno
Menjumpai Bung Karno di belakang Sel No 5 penjara Banceuy, Bandung

Musik dengan nada riangnya memenuhi tenda tempat kami menikmati santap malam. Generasi Sumiran tampil ke depan. Tua muda meliukkan badan mengikuti irama yang mengalun dari pengeras suara. Mereka bergerak tak lelah, raut wajah mereka memancarkan senyum tiada henti. Di tengah hentakan musik dan gelak tawa, anganku mengembara mencari jawaban atas tanya yang tak dijawabnya.

Ada sebentuk rasa asing yang mengetuk-ngetuk dasar hati
yang membuat asaku melayang dan enggan kutepis, rinduku bergelora

Aku rindu merangkai perjalanan bersamamu,
merindu pada langkah yang pernah diayun bersama
akan cita dan cinta untuk berbagi pada tanah negeri
pada setiap senyum yang merekah di wajah anak negeri yang kita jumpai
yang tiada henti berharap untuk negeri yang damainya bisa kita rasakan hingga ke relung jiwa

Aku rindu melihat jiwa-jiwa muda bangkit dan bergandengan tangan
menepis ego berbagi rasa
memupuk kecintaan pada negeri
menjaga warisan tak ternilai yang dititipkan IBU pada generasinya
adakah engkau mau kembali melangkah bersama?

Perjalanan tak sekadar melangkah lurus ke depan,
Perjalanan adalah untuk berbagi
Meski jalannya tak melulu rata karena …
terkadang ada riak-riak yang menghadang,
terkadang ada kerikil yang menusuk tapak kaki
terkadang harus merangkak untuk menggapai
terkadang harus merunduk sebelum mendongak
terkadang harus sakit untuk mensyukuri karunia

Perjalanan menghantarkanku meraih asa yang cahayanya menuntun untuk terus melangkah
Perjalanan untuk dinikmati bersama
bukankah lebih indah berjalan bersama daripada menyepi sendiri?

INDONESIA sangat indah,
TUHAN tak salah menempatkanmu di sana
namun sesekali berjalanlah keluar dari pekaranganmu, pandanglah dia dari jauh
dan nikmati gejolak rasamu

lily riani, travel beruang, wisata serawak
Bersama #TravelBeruang @Kampung Tebekang, Serawak (dok. @lilyriani)

Malam mulai berkelakar, dinginnya menusuk-nusuk kulit; keluarga Sumiran masih terus saja menari dan tertawa menebarkan energi yang membuat mataku basah hingga langkah sampai di depan pintu bus yang siap mengantarkanku kembali ke Kuching.

Maumere da gale kota Ende
Pepin gisong gasong
Le’le luk ele rebin ha …

Setelah menghilang dan meninggalkanku dalam tanya, dirinya kembali muncul sesaat sebelum sebelum kaki kuayun ke dalam bus. Dia menyorongkan tangan dengan senyum penuh kemenangan menghiasi wajahnya yang diterpa sisa cahaya bintang.

“Kamu hebat, Lip! teruslah berjalan.
Terima kasih bung, belum banyak yang aku lakukan. Janganlah mengangkatku terlalu tinggi, jatuhnya akan menyakitkan.
“Dream imposible, make it possible!”

Kulambaikan tangan pada mereka yang terus saja bergerak dan bernyanyi, seperti tak habis tenaga untuk berbagi …

Putar ke kiri eee,
Nona Manis putarlah ke kiri, ke kiri, ke kiri dan ke kiri, ke kiri, ke kiri Manis eee ..
Sekarang kanan eee,
Nona Manis putarlah ke kanan, ke kanan, ke kanan dan ke kanan, ke kanan Manis eee ..

Gemu Fa Mi Re …
menyambut langkahku saat menjejak di Rantau Panjang siang tadi, pula mengantarkanku kembali pada rindu yang teramat dalam padamu, IBU Pertiwi

rindu tuk menapak di setiap jengkal tanah negeri
rindu tuk memeluk dan tak ingin melepasmu
rindu tuk selalu bagikan semangatmu, INDONESIA SATU

Gemu Fa Mi Re untuk negeriku

Kuching, 13 Agustus 2015
pk 00.30 @Room 1607, Merdeka Palace

travel beruang, lily riani, kampung mongkos, dayak bidayu serawak, wisata serawak
Aku pasti pulang, Kampung Mongkos, Serawak (dok. @lilyriani)

Kalau aku memarahimu, itu berarti aku mencintaimu. Aku melampiaskan marahku kepada orang-orang terdekat dan paling kusayangi. Ibaratnya merekalah papan peredam suaraku – [Soekarno, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia]

Terinspirasi dari obrolan dengan Sudaryo Osman, Camp Chief Sumiran Eco Camp, Kuching, Serawak, Malaysia. Keluarga Sumiran adalah salah satu contoh pejalan dari Indonesia yang sukses melewati perjalanan masa di Malaysia. Sumiran (ayah Sudaryo) berasal dari Purworejo, berangkat ke Malaysia untuk mencari penghidupan yang lebih baik semasa pendudukan Jepang. Dirinya terombang-ambing di laut lepas saat kapal yang ditumpanginya dihempas gelombang. Dia diselamatkan oleh seorang warga lokal yang berasal dari Jawa dan mengangkatnya sebagai anak. Kini, sembilan anak beserta keluarga mereka dari tiga generasi, bahu membahu mengelola Sumiran Eco Camp di Rantau Panjang, Kuching.

Gemu Fa Mi Re adalah gerak tari dan lagu pergaulan dari Ende yang diaransemen ulang oleh Nong Franko dan dinyanyikan oleh Alfred Gare. Kini menjadi tari pergaulan yang mewarnai setiap kegiatan outdoor/pertemuan hingga ke Malaysia.

Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur adalah tempat pembuangan Soekarno setelah ditangkap di Yogyakarta, dijebloskan ke dalam tahanan di Penjara Banceuy dan Penjara Sukamiskin, Bandung. Soekarno berada di Ende selama 4 tahun (1934 – 1938) ditemani Inggit Garnasih. Di Ende pulalah Soekarno memikirkan dan merumuskan Pancasila.

tukang kuburan, ereveld menteng pulo, olive bendon
Aku kan terus berjalan

Ditulis sebagai ungkapan rindu tanah air tercinta lewat #PosbarTBI dalam rangka Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-70 pada hari ini, Senin (17 Agustus 2015) tepat pk 10.00 wib bersama #TravelBloggersIndonesia; teman berjalan dan berbagi mimpi dengan tema #DreamINDONESIA, saleum [oli3ve].

Selamat pagi negeriku,
Selamat merayakan hari kemerdekaanmu

Sudahkah setiap anak negerimu menikmati kemerdekaan itu?
Sudahkah Indonesia ada di hatimu? Ini mimpi mereka:

49 thoughts on “Gemu Fa Mi Re untuk Negeriku

  1. jadi maksudnya Gemu Fa Mi Re tuh tari dan lagu gaull gitu ya kak Olive? atau beda? anu kak maap… akoeh emang kurang mudengan. mungkin krn kata2 yg puitis sperti temen2 bilang.. puisi selalu berhasil membuatku jatuh cinta, meski kadang tak kutahu maknanya *mencoba berpuisi juga* Hahah

  2. Baca tulisan Kak Olive, itu nuansa campur aduk: matang, penuh emosi tapi gak pernah lupa ada sisipan pengetahuan baru. Proud of you, kaka! Terus berkarya…

  3. Khas mbak Olive, energi pesannya nyampe benar ke setiap pembaca. Terima kasih “Bung” memilih mbak Olive sebagai perakit pesan IBU
    Salam

  4. Sayangnya untuk kisah ini, hanya cerita-cerita dari orang tua dan bangunan-bangunan tua yang kini menjadi bagian dari RS TNI AL yang menjadi pengingat tentang sumbangsih Sabang dalam penanganan orang gangguan jiwa.

Leave a comment