Menyusuri Jejak Jati Diri Aceh


Sudah satu jam kuhabiskan di salah satu gerai makan di terminal keberangkatan Soekarno Hatta, Jakarta. Secangkir teh panas dan semangkok mie rebus untuk menghangatkan perut telah tandas dari tadi. Tanda waktu di pergelangan kananku telah menunjukkan pk 05.30, tiga puluh menit lagi waktu keberangkatan. Kubolak-balik tiket di tangan, berharap akan ada satu keajaiban; dirimu akan muncul menjelang suara cempreng dari pengeras suara itu berkumandang.

jejak jati diri aceh, traveloka, tiket gratis traveloka
Jejak Jati Diri Aceh

Kuyakinkan diri untuk mengajak kaki melangkah ke ruang tunggu. Kubalut rapat-rapat perih yang hadirkan ngilu di dada. Aku akan tetap berjalan, meski harus melangkah sendiri. Hasratku untuk pulang begitu kuat memanggil. Dia mulai sering meronta-ronta untuk ditetaskan agar rindunya mewujud kembali menjejak di tanah pertiwi, Nanggroe.

Satu hal yang ingin kunikmati dari perjalan pagi buta ini adalah, memejamkan mata selama dua jam penerbangan ke Medan. Ya, kepulangan kali ini sedikit berbeda. Ada beberapa destinasi yang hendak disambangi di kota itu karenanya kuambil penerbangan pagi dari Jakarta ke Kuala Namu. Perjalanan pertamaku ke Medan beberapa tahun lalu hanya kuhabiskan di tempat kerja tanpa sempat menikmati kotanya. Hari ini, aku hendak balas dendam 😉

pesan tiket traveloka, tiket gratis traveloka
Tiket penerbangan Jakarta – Medan dan Banda Aceh – Jakarta

Ah, kau pasti sudah bisa menebak kemana kaki ini akan melangkah selama beberapa jam di Medan: rumah Tjong A Fie orang China terkaya di Medan, bertandang ke istana Kesultanan Deli; Istana Maimun serta menikmati keunikan Masjid Raya Al Mashun. Hendak kususuri pula kawasan kota tua, pecinan dan tentu saja mencicipi sajian rasa es tempo doeloe di Tip Top, makan soto Kesawan serta aneka kuliner non halal kegemaranmu.

Kau ingat kopi terakhir yang kita sesap di Gayobies, Pasar Santa? Kan kutuntaskan mimpiku untuk mengakrabi perkebunan kopi Gayo di Takengon, menyusuri jejak purba di Loyang Koro (Gua Kerbau) serta menyesap khupi itam mengusir dingin di tepian danau Lut Tawar. Pak Syukri, seorang kawan di Takengon siap mengenalkanku dengan keseharian masyarakat Gayo. Di sana aku akan menginap di rumah salah satu warga. Begitu bersemangatnya diriku ketika bertemu beliau dalam satu kesempatan di Jakarta akhir tahun lalu. Tak sabar kaki ini untuk segera menjejak di dataran tinggi Gayo. Akan kususuri negeri dengan perjalanan darat menumpang bus malam dari Medan ke Takengon.

eksplorasi gayo, beli tiket di traveloka, wisata takengon, kopi gayo
Ekplorasi Gayo, impian masa

Aku sangat yakin engkau kan iri dengan perjalanan ini. Bukankah ini adalah perjalanan impianmu juga? Telah jauh-jauh hari kukabari agar dirimu bersedia turut serta tapi sampai kaki ini beranjak ke dalam pesawat tadi, tak jua kuterima kabarmu. Tak apa, aku berjanji tuk berbagi cerita perjalanan ini lebih rinci setelah kembali ke Jakarta.

Dari Takengon aku memilih untuk naik travel menuju Banda Aceh agar bisa langsung diantarkan ke hotel dan tak payah mencari kendaraan umum di malam hari. Pak Adi baru akan menjemputku esok pagi untuk menemani menyusuri jejak masa di Lamuri dan sekitarnya. Perjalanan yang bakal mempererat jalinan emosi dengan Nanggroe. Lamuri, dari sana tonggak kerajaan Aceh bermula, ke sana Cheng Ho pada 1430 pernah singgah membawa hadiah dari Cina.

Oasis Atjeh Hotel, hotel di banda aceh
Pesanan kamar di Oasis Atjeh Hotel, Banda Aceh

Pasti, aku pasti kan kembali ke Benteng Inong Balee, ke Bukit Malahayati, Benteng Indrapatra, Benteng Sultan Iskandar Muda hingga ke Lhok Mata Ie. Semua tempat itu berada dalam satu jalur di Aceh Tengah, hanya 30 menit berkendara dari Banda Aceh. Tentu tak akan kulewatkan setiap jengkal tanah bersejarah di Kutaraja. Kembali menikmati ayam tangkap, ikan keumamah, mie Aceh, makan seafood di bibir pantai dan menyesap secangkir khupi itam di penghujung hari.

Semua keindahan itu semakin lekat di pelupuk mata ketika lamunanku dipenggal oleh suara pramugari yang menepuk pundakku untuk meluruskan sandaran bangku karena sebentar lagi pesawat akan mendarat. Tepat pk 08.30 ketika pesawat yang kutumpangi dari Jakarta menderit di landasan Kuala Namu. Tak membawa bagasi, kucangklong backpack keluar dari badan pesawat menuju stasiun Air Railing Service (ARS). Entahlah, mungkin kita memang sehati. Begitu dinyalakan, mendadak HP menjerit-jerit dan namamu yang muncul di sana membangkitkan kembali asa yang nyaris pudar.

+ Hei, kamu sudah sampai Medan ya? Aku sudah pelajari itinerary-nya, hhm ….
Nyusul yuuuk
+ Memangnya masih bisa?
Apa sih yang nggak bisa dilakukan jika mau berusaha?
+ Eh .. aahhh … hmmm … aku ikut kamu ya
Yesssss! God is good! Buruan siap-siap terbang siang ini ke Medan, tiketnya sebentar aku pesanin dan kirim ke email ya. Aku tunggu di Medan.

destinasi wisata takengong, kopi gayo
Perhitungan biaya untuk berangkat sendiri

Sebelum kau berubah pikiran, kututup pembicaraan dan buru-buru kukeluarkan catatan biaya perjalanan mengecek kembali dana yang akan dihabiskan selama 6 (enam) hari. Dari 10 juta dana yang disiapkan, setelah dikurangi dengan segala perhitungan pengeluaran yang sudah dibuat sebelumnya; masih tersisa 3,5 juta. Lebih dari cukup untuk membeli 1 (satu) tiket pesawat Jakarta – Medan dan 1 (satu) tiket Banda Aceh – Jakarta, transport ke Takengon hingga Banda Aceh berikut tambahan makan untuk satu orang lagi. Sedang hotelnya, satu kamar Deluxe Single Bed di Oasis Atjeh sudah dipesan untuk dua orang. Sesekali bolehlah memanjakan diri dan menikmati kemewahan hotel di Kutaraja.

Segera kubuka aplikasi pemesanan tiket Traveloka, mencari jadwal penerbangan siang dari Jakarta ke Medan. Tak sampai 10 (sepuluh) menit semua proses telah selesai, pembayaran langsung dipotong dari rekening agar tak menyusahkanmu ditanyai saat check in di bandara. Semua proses itu dilakukan dalam sekejap dari dalam genggaman tangan lewat ujung jari, hingga sebuah pesan singkat aku terima. Terima kasih ya, e-ticket sudah di tangan. See you very soon in Medan.

pesan tiket traveloka, tiket gratis traveloka
Pesanan tiket buat Nona Last Minute
itinerary gayo, beli tiket di traveloka
Perhitungan tambahan untuk Nona Last Minute

Nanggroeeeee … Nanggroeee … tak putus aku berharap, cepatlah waktu berlalu agar aku segera bertemu denganmu. Bersama kita pulang menyusuri jejak-jejak masa yang tertinggal di tanah tercinta, yang tak henti memanggil untuk pulang. Kau tahu hal paling aku syukuri hari ini? Aku …

Tok! tok! tok!
Liiipp! Udah siang Non! Kamu nggak kerja?” suara induk semang menggedor pintu kamar.

Akuu …

Liiiipppp!!” suara ketukan di pintu semakin garang.

Gyompraangss! Jeritan bolpen dan buku berlomba membentur ubin, terdorong dari atas pembaringan. Dengan meraba-raba kuraih HP yang semalaman tergeletak di atas meja di sisi pembaringan mencoba melihat tanda waktu di layarnya. Pk 07.30 saat aku terbangun di kamarku yang adem karena pendingin, di selatan Jakarta dengan selaksa asa dan rindu pada Nanggroe. Saleum [oli3ve].

Tulisan ini diikutkan dalam lomba blog #TiketGratisTraveloka Garuda Indonesia

20 thoughts on “Menyusuri Jejak Jati Diri Aceh

      1. Dududuuu, sesekali manjain diri kak. Dikasih 10 juta nikmati, bisa sih susur ujung ke ujung tp semua lewat darat ya *tp cutinya habis*

Leave a reply to winnymarch Cancel reply