Personal Touch, Jembatan Berinteraksi dengan Anak


Anak perempuan berambut sebahu dengan mata berbinar – binar dan bibir penuh senyum, mindik – mindik mendekat, menowel – nowel bahu selagi saya membolak – balik beberapa lembar tugas menulis di tangan.

Hayooo, mau ngapain?

Senyum di bibirnya semakin melebar. Saya tarik tangan kanannya untuk mendekat. Ketika pegangannya dilepas, kedua tangannya otomatis memegang sisi roknya, kiri dan kanan, memainkannya dengan riang dengan kepala menunduk malu – malu.

rumil, rumah ilmu, sharing tentang blog, belajar ngeblog, mengenalkan blog pada anak - anak
Mengenal Blog bersama Kk Olive   πŸ˜‰

Salma namanya, umurnya 8 (delapan) tahun. Dia dengan cepat berbaur dan turut bermain dengan anak – anak lain yang baru dijumpainya di hari pertama dirinya melangkah ke Rumah Ilmu (Rumil), Jagakarsa. Senyum tak lepas dari wajahnya sejak langkah kecilnya hinggap di pendopo Rumil. Bahkan saat dirinya terkena hukuman karena tak bisa memberi jawaban pada permainan pagi itu, dia terus saja tersenyum.

Salma, tahu kegiatan di Rumil dari siapa?
Diajak temanku.”
Kamu senang nggak bisa main – main di sini?
Senaaaaaang.”
Bulan depan datang lagi yaaaa.”

Dia menganguk, memutar badan dan kembali bergabung dengan yang lain. Tak lama, dia balik mindik – mindik, iseng menowel – nowel bahu saya, lalu lari menghindar. Dasar anak – anak!   πŸ™‚

Salma, satu dari 20 orang anak yang tak kehilangan semangat berkumpul kala hujan kembali mengetuk – ngetuk pelataran pendopo Rumil di Minggu pagi (23/10/2016) lalu. Dirinya memiliki bakat bercerita lewat tulisan meski perlu diajak ngobrol dulu untuk mengarahkannya menggerakkan pensil di tangannya. Selain Salma, ada Izzah yang tulisannya kereeen banget dan pandai menggambar, serta Al-iz, adiknya yang senang memberi komentar menakjubkan setiap kali saya berbicara.

Saya bukanlah seorang pengajar yang baik, pun sangat mengenal diri saya yang tak sabar menghadapi anak – anak (dan orang dewasa yang kekanak – kanakan), tapi pagi itu saya HARUS datang untuk mengenalkan dunia blog pada mereka. Untuk mereka, saya menyiapkan bahan presentasi yang telah diolah dari materi yang biasanya dibahas dengan teman – teman yang sudah biasa ‘ngeblog, dimodifikasi dengan menambahkan informasi seputar blogger cilik yang inspiratif. Meski sudah beberapa kali melihat dan ikut kegiatan Rumil, melihat yang hadir kemarin, sempat khawatir apa mereka bisa menangkap materi yang akan disampaikan? Yang berkumpul sebagian besar anak yang imut – imut, usianya bervariasi dari balita hingga SMP. Tapi, kekhawatiran saya sirna saat melihat mereka begitu bersemangat diminta duduk mendekat ke laptop. Thank to infocus yang mengalami gangguan  πŸ™‚

Usai presentasi santai, biar rasanya seperti workshop menulis (padahal sih baru tahap perkenalan), anak – anak diberi tugas untuk menulis! Pada tahap ini saya benar – benar takjub melihat semangat mereka. Saya jadi ingat, duluuuuu waktu pertama kali ikut workshop menulis dan fotografi; saya sudah ‘ngeblog. Dan setiap kelar satu sesi, ada tugas menulis atau foto yang bikin mumet terlebih tugas menulis yang dibatasi oleh waktu yang singkat. Hasilnya, tulisan – tulisan saya nggak ada yang benar di mata pemateri. Terus jadi #baper? Nggak, dari situ saya belajar untuk membuktikan saya bisa menulis dengan baik meski tulisannya seputar kuburan. Hal ini yang membuat saya tergerak untuk mendekati beberapa anak yang terlihat bingung dan kesulitan saat menghadapi selembar kertas putih untuk mengerjakan tugas dalam waktu 20 menit.

rumil, rumah ilmu, sharing tentang blog, belajar ngeblog, mengenalkan blog pada anak - anak
Salma yang centil

Sekar misalnya. Dia kawan baik Salma, lebih pendiam. Karena saya bawaannya juga pendiam, saya pun mengerti posisi dirinya. Sebagai seorang pemerhati yang baik, sejak datang ke Rumil saya memerhatikan Sekar selalu duduk bersebelahan dan berdiri bersisian dengan Salma. Tangannya berhenti lama di atas papan berjalan usai menulis hari dan tanggal diberi tugas. Melihatnya dalam posisi antara bingung dan mikir seperti itu, saya mendekat dan mengajaknya berbincang.

Personal touch, interaksi secara personal akan membuat seseorang merasa keberadannya dihargai. Dan setiap orang membutuhkan itu, terlebih anak – anak yang berada dalam masa pertumbuhan dan pencarian jati diri. Saya mencoba untuk membangun itu dengan Sekar dan teman – teman lain yang terlihat kebingungan.

Bingung ya mau menulis cerita apa?” kepalanya mengangguk dengan mulut menganga dan mata penuh tanya.

Padanya, saya memberikan gambaran keseharian yang bisa menjadi ide untuk ditulis, misal kegiatannya sehari-hari di rumah menjelang berangkat ke sekolah. Tak perlu ditulis semua, satu saja yang menyenangkan atau yang menyebalkan juga boleh. Atau, perjalanan paginya selepas hujan ke Rumil, gimana rasanya bertemu teman-teman di sini dan lain – lain. Sebelum bergeser ke anak yang lain, saya berpesan bila dirinya kesulitan untuk memilih kata-kata dia boleh menggambarkan pengalamannya. Dalam 30 menit, dia mengumpulkan tugasnya.

rumil, rumah ilmu, sharing tentang blog, belajar ngeblog, mengenalkan blog pada anak - anak
Sekar si pendiam

Kamu tahu apa yang dia buat di kertas dalam pangkuannya itu?

Dia memberi judul tugasnya, JENDELA. Diberinya poin pada tugas tersebut dengan angka 1 dan 2. Pada angka 1 dia menulis: Cinta sama Ayah dan Ibu. Di angka 2, tepat di bawah tulisan yang dia tulis pada angka 1,  dia menggambar sebuah rumah dengan pintu dan dua jendela, lalu di halaman rumah ada pohon, rumput dan bunga matahari.

Bisa memahami apa yang ingin Sekar sampaikan? Saya, bisa menangkap maksudnya. Dan saya memiliki kerinduan untuk berjumpa (lagi) dengan Sekar, berbincang tentang tulisan dan gambarnya.

Di antara yang tampak diam, tentu saja ada juga yang tak bisa diam dan mencari – cari perhatian. Bahkan ada yang teriak,”Tante Oliveeee, aku nggak mau menulis.” Ada Rafa dan Nina yang berani “menolak” tugas menulis karena mereka lebih senang menggambar. Ah, baiklah, mereka boleh menggambar dengan syarat gambarnya tetap harus diberi tulisan berupa keterangan singkat dari gambar yang mereka buat. Hasilnya … bukan gambar biasa tapi storyboard!!

rumil, rumah ilmu, sharing tentang blog, belajar ngeblog, mengenalkan blog pada anak - anak
Nina yang senang menggambar

Rafa membuat saya kaget saat menyerahkan gambarnya. Di kertas tugas yang diberi judul Minecraft vs Zombie – zombie itu, dia menggambar gundukan dengan tanda salib di sisi kirinya. Waduuuh, jangan – jangan dampak ditunjukin video slide kuburan nih? Ketika saya tanya kenapa ada gambar tersebut, jawaban yang saya terima adalah,”Kakak, itu kuburan. Kan zombie – zombienya kalah dan mati lalu jadi pocong.” upzzz  πŸ˜‰

Setiap anak dikaruniai talenta yang berbeda dengan bakat yang dianugerahkan TUHAN untuk diasah dengan baik agar menghasilkan karya yang baik dan bermanfaat tak hanya buat si anak tapi terlebih buat sekelilingnya. Jangan paksa mereka untuk melakukan apa yang kamu mau, hargai pilihan dan kesenangannya dengan membimbingnya berproses menjadi lebih baik.

Belajar dan bermain dengan mereka yakinkan diri BERBAGI bukan sekadar berdiri di ruang tapi MERUANG. Berbagi tak sekadar berceloteh untuk meraup tempik sorak yang hanya sekejap hilang tapi memBUKA mata lebar – lebar memerhatikan sekeliling, memBERIkan telinga untuk menDENGAR serta menajamkan hati untuk meRASA. Dan karena hidup perlu belajar membutuhkan orang lain, bertemu mereka menyadarkan diri untuk terus belajar dan berproses. Hari itu, saya menjadi manusia dewasa yang senang sekali diberi kesempatan bersua dan berinteraksi dengan mereka di sebuah pendopo yang disediakan untuk anak – anak mengembangkan kreatifitas di bawah bimbingan sekelompok pekerja seni yang mendedikasikan waktu mereka untuk bermain sambil belajar dengan anak – anak.

Sebagai apresiasi atas usaha dan semangat belajar mereka, saya pun berjanji akan mempublikasikan 3 (tiga) tulisan terbaik mereka di blog #TukangKuburan ini. Terima kasih Rumilers mengenal blog dengan kak Olive, kalian hebat! Selamat Hari Blogger Nasional, saleum [oli3ve].

7 thoughts on “Personal Touch, Jembatan Berinteraksi dengan Anak

Leave a comment