Dalam satu perjalanan singkat ke Toraja, seorang kawan memamerkan gambar yang diambil di Londa dan diunggah ke media sosial (medsos) menuai banyak komentar dari beberapa temannya. Mereka yang tadinya percaya tak ada yang bisa dilihat di Toraja selain pesta adatnya, menjadi penasaran. Seorang kawan lain yang sempat mencibir keputusannya berlibur ke Toraja, terheran-heran karena sebelumnya, hari-hari tugasnya selama dua minggu di Toraja berlalu tanpa sempat mengunjungi tempat yang ditunjukkan di medsos.
Destinasi Wisata Toraja
Londa adalah kuburan alam dari masa lampau yang diperuntukkan bagi kaum bangsawan dengan dua buah gua besar yang bisa dimasuki oleh pengunjung tempat menyimpan peti mati, tengkorak serta tulang belulang manusia. Dahulu kala Londa yang berada kawasan bukit Patabang Bunga ini adalah titik pertahanan bangsawan Toraja dari serangan Kerajaan Bone, sehingga untuk mengantisipasi serangan dibangunlah sebuah benteng pertahanan di punggung bukit yang dikenal dengan Benteng Tarangenge.

Patung atau tau-tau, replika dari mereka yang telah meninggal berjejer rapi di singgasananya akan menyambut kedatangan pengunjung di Londa. Di bagian luar gua pengunjung akan menjumpai beberapa peti mati model kuno yang digantung di dinding ataupun diletakkan begitu saja di atas tanah. Peletakan peti-peti mati tersebut disesuaikan dengan strata sosial dari yang meninggal. Peti mati ini disebut erong dengan 3 (tiga) bentuk: rumah adat (=untuk keturunan bangsawan), kerbau (= untuk laki-kali) dan babi (= untuk perempuan). Semakin tinggi status sosialnya, semakin tinggi pula letak erong-nya.
Londa, satu diantara beberapa destinasi wisata andalan di Toraja yang siap menyambut kunjungan wisatawan ke Toraja. Destinasi lain yang senada dengan Londa adalah kuburan batu Lemo, Lo’ko’ Mata dan Ke’te Kesu’. Bagi mereka yang lebih tertarik dengan seni budaya tidak akan melewatkan kunjungan ke To’Barana melihat para penenun, menenun helai demi helai benang menjadi selembar kain.
Berinteraksi dengan Nenek Panggau (83) yang tubuhnya sudah mulai bongkok namun tetap setia memainkan pemintal benang yang usianya dua atau bahkan tiga kali lipat dari usia si nenek, membuahkan kenikmatan tersendiri. Meski napasnya kadang tersendat, Nenek Panggau dengan telaten dan sigap melayani setiap pengunjung yang ingin melihat dan membeli tenunan yang dipajang di kios kecilnya. Sayang, tak adanya generasi penerus yang akan melanjutkan kesetiaan itu membuat mata Nenek Panggau memancarkan gelisah yang terpantul di keriput wajahnya.

Saat ini Toraja juga sedang membuat dan mengembangkan destinasi wisata religi, potensi wisata yang sangat jarang dilirik oleh masyarakat/pemerintah daerah maupun wisatawan yang berkunjung ke Toraja. Pembangunan Salib Raksasa di atas Bukit Singki’ adalah perwujudan destinasi religi, sebuah proyek yang sedang dikejar perampungannya. Salib yang berdiri tegap ini akan terlihat dari kejauhan saat kita memasuki Rantepao, ibukota Toraja Utara.
Untuk melengkapi destinasi wisata religi dan sejarah Toraja, pengunjung bisa melihat dari dekat bangunan gereja Toraja atau gereja besar yang ada di tengah kota. Menikmati keindahan bangunan-bangunan bersejarah yang masih bertahan seperti Rumah Sakit Elim Rantepao, kandean dulang ikon Rantepao yang berada di tengah kota, rumah adat Toraja tongkonan atau berkunjung ke pasar Bolu melihat proses jual beli kerbau/babi untuk dibawa ke satu upacara yang transaksinya semua berlangsung dengan kas.

Menyambut Desember, ada satu agenda wisata pemerintah daerah Toraja yang dijadikan ajang promosi untuk mengajak para perantau Toraja pulang melihat keindahan kampung halamannya, Lovely Toraja. Beragam kegiatan dan lomba dilaksanakan sejak Agustus hingga akhir tahun untuk memeriahkan ajang mudik bersama yang puncak kegiatannya diadakan di minggu terakhir Desember. Lovely Toraja tidak tertutup bagi para wisatawan yang datang berkunjung ke Toraja untuk ikut menikmati semaraknya.
Kuliner Toraja
Tanda waktu menunjukkan pk 21, kami duduk mengelilingi meja panjang di lantai dua Cafe Aras menikmati pa’piong diiringi gelegar suara kembang api yang pecah di udara. Makanan khas Toraja yang dimasak dalam bambu ini memerlukan proses yang cukup lama sebelum disajikan di meja makan. Kami memesannya di sore hari untuk kembali ke tempat tersebut 4 jam kemudian.
Pa’piong siap saji dapat kita jumpai di beberapa warung makanan khas Toraja seperti warung Pong Buri atau warung Kikil. Umumnya pa’piong terdiri dari campuran daging babi dengan daun mayana yang dibubuhi aneka bumbu yang dimasak dengan cara dibakar di dalam bambu. Aroma bambu beradu dengan bumbu yang meresap ke dalam potongan daging tercium lewat kepulan asap yang menyembul dari sela potongan daging yang tersaji dalam bambu di atas meja. Bagi mereka yang tidak mengkonsumsi daging babi, dapat memesan pa’piong ikan mas atau ayam.

Masakan lain yang wajib dicicipi adalah pantollo’ pammarrasan! Daging babi, ayam, ikan mas atau belut yang dimasak dengan kluek diberi campuran cabai khas Toraja serta potongan kucai dan daun bawang.
Oleh-oleh dari Toraja
Buah tangan dan kesan menyenangkan akan satu tempat yang dikunjungi adalah pelengkap dari sebuah perjalanan. Â Toraja memiliki ukiran dan kain tenun sebagai buah tangan yang bisa ditemukan di beberapa tempat penjualan cinderamata di sekitar kawasan wisata atau di toko cinderamata di pusat kota. Bagi kolektor barang antik, beragam koleksi kain tenun yang memiliki nilai seni tinggi serta ukiran-ukiran unik dan langka akan menjadi sasaran yang selalu dicari.
Di satu kios cinderamata di salah satu destinasi wisata kami menjumpai penjual yang bersikukuh menawarkan barang dagangannya yang dipandang sebagai barang langka dengan harga melambung tinggi. Bagi mereka yang tidak terbiasa menilai kelangkaan sebuah barang seni dan kurang memahami karya seni khas dari berbagai daerah, dengan gampang akan tertipu. Untuk itu berhati-hatilah dalam membeli barang!

Beragam kaos yang berhiaskan tulisan Toraja, pernak-pernik seperti gelang, kalung, gantungan kunci, hiasan untuk pajangan adalah pilihan yang tepat yang bisa dibawa pulang buat keluarga maupun kawan banyak dijumpai di kios-kios cinderamata.
Untuk cemilan ada deppa tori, jipang Toraja serta sari markisa yang bisa didapatkan di tempat penjualan oleh-oleh Toko Nita atau Toko Reny di Buah.
Lovely Toraja di Mata Warganya
Umumnya, kita sering menjumpai warga di satu tempat cenderung tidak peduli dengan kegiatan yang berlangsung di sekitarnya jika tidak terlibat secara langsung. Hal ini berdampak pada program yang berjalan tidak mengena di hati warga. Disinilah perlunya satu komunikasi yang terarah dari penyelenggara kegiatan sehingga tujuannya bisa melekat di hati setiap warganya.
Beberapa warga yang dijumpai saat berpapasan di pasar pagi hanya menangkap makna kegiatan Lovely Toraja sebatas pada ramainya kampung mereka dengan pendatang, pekaknya kuping dan jantung yang melakukan sprint dikagetkan gelegar kembang api serta petasan yang bersahutan sepanjang hari.

Toraja adalah surga yang tersembunyi, destinasi wisata yang dapat dicapai dengan berkendara selama 8 (delapan) jam dari Makassar yang hadirkan rindu tidak hanya bagi perantau terhadap kampung halamannya tetapi juga bagi para pejalan. Diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah daerah dengan warganya untuk menjadikan tempat ini melekat di hati mereka yang berkunjung terutama dalam menata kota agar tampak lebih rapi, indah dan tidak semrawut. Sarana infrastrukur yang menjadi penghubung antar destinasi sudah selayaknya dibenahi dengan baik. Semoga siapapun yang kembali dari Toraja akan membawa kenangan yang indah untuk dibagikan kepada keluarga dan kawan. Kenali negerimu, selami budayanya, cintai karya anak bangsa! Saleum [oli3ve].
Mantap detail Torajanya…bikin mupeng đ
Rencana tahun depan mau kesana, mbak..
Salam kenal đ
silahkan datang ke Toraja mas Halim, salam kenal juga. jika butuh info lainnya boleh bertanya đ
Siap đ
Sudah pegang tiket ke Makassar tahun depan, tinggal planning jalannya yang belum hehe…
Ntar aku nanya-nanya kalo udah fix.. Makasih.
waaaaah dah siap rupanya,
kalo butuh draft itinerarynya saya ada lho đ
Asikkkk…. Kalau sudah nggak mawut dengan itinerary next trip, saya nempil itinnya ya mba…hehe #senyumlebar
monggo lho mas đ
…ijin share ya…kursum buda…:)
iyo, sulena đ
Shalom..
Mba Olive, saya suku Toraja, tapi belum pernah menyaksikan secara langsung acara Lovely Desember, saya cuma liat di dunia maya. berharap suatu saat bisa ikut menyaksikan secara langsung.
waa.. mammi liu tu Pa’pion iti đ hehee..
salama’
onjoiiiii, sule2 komi
saya tiap tahun pulang saat Lovely December tapi tak pernah menyaksikan pembukaan atau acara lainnya (kecuali pesta kembang api tahun 2010) karena kalo pulkam jadwal suka simata dengan acara keluarga. jadi, saya menikmati Toraja dengan mengajak teman2 yg turut liburan ke sana dengan cara saya dan membuat mereka juga punya kenangan manis akan tondokta đ
nice post. Keep it up for tondokta…
kurre, kapan buku barunya keluar?
mudah2an segera. Masih hibernasi untuk revisi, :D. Passambayangan bangmi na modomi’2. hehehe…
@Rampa : umbai parallu duka ma’piong hahaha, sip ditunggu. buku Landorundun saya habiskan sehari lho đ *kereeen*
Yo, pasti sule keden upa’ na passakenna Puang đ
Mantapp mbak ulasan torajanya. Bisa buat sangu kalau berkunjung ke sana. Boleh kan mbak kalau ntar minta2 info tambahan đ Salam kenal đ
makasih kunjungannya Yus Mei
boleh banget, mau itinerary buat banyangan juga boleh koq đ
waah boleh banget mbak…tapi masih lama mungkin ke sananya, habis Lebaran…:)
kapan aja perlu jangan ragu untuk bertanya đ
hai mba Olive, salam kenal đ
wah, boleh bgt nih dishare itinerarynya, rencana bulan depan mau ke Makassar đ
boleh, info aja alamat email nanti saya kirim đ
mba Olive, alamat emailnya yg ada di kolom komen yaa đ
makasii bgt yaa mba đ
Mbak Olive, I’m waiting for ur email
hahahaha …maaf habis beberes HD yang jebol, bentar ya tak cari di email dulu
Hello, salam kenal. đ lagi browsing2 dan akhirnya nemu blog ini.. nice blog hehe (^^), perjalanan ke Toraja sangat menarik, sy juga orang Toraja nih, dan sedang bergelut di Toraja dalam menjalankan usaha ortu.. semoga kapan2 kita bisa bertemu di Toraja đ
salam kenal juga
kalo lihat alamat email kayaknya tetangga deh đ
Tante Olive.. đ
Akhirnya ketemu juga blog nya,. Hehe. Bagus sekali tante, informasi nya. đ
Saya bisa ambil info sama foto-fotonya buat referensi ke media sosial tante? đ
boleh, kamu lagi ikut kompetisi ya Ndu?
Wakkk papiongnya menggiurkan…pernah nemu warung papiong ikan ma ayam, rasanya surga banget ha ha
enak tuh yang pake beb kak đ
Aku sekarang traveller syariah kak…gak boleh makan beb, kalo makan bareng bebih sih boleh đ
wahh..termia kasih info kulinernya.
Akhir Agustus ini saya singgah ke Toraja.
itinerary nya lg saya buat, klo berkenan bantuin koreksi dong hehe, sementara sih itinnya dalam bentuk peta, tapi di peta saya masukkin keterangannya.
https://www.google.com/maps/d/edit?mid=z0vkr8DZkrI0.kndmYS33WY5I&usp=sharing
Terima kasih.