Pernahkah engkau mencoba mendengar keluh kesah pepohonan dan gerutuan air dari sungai – sungai?
Pernahkah engkau merasakan keresahan burung – burung, binatang – binatang, dan tetumbuhan di hutan yang ketenangannya terganggu?
Pernahkah engkau peduli – meski sedikit saja – pada kelangsungan hidup kami?
Sapa ragu yang sayup tertangkap pendengaran kala matahari menggeliat dari pembaringannya. Pagi saat aku melangkah perlahan di pinggir hutan, menyusuri tepi sungai yang airnya bening dan hasratnya yang menggebu tuk memeluk tubuhku. Aah, dia membuatku menghentikan langkah sejenak sebelum suara itu kembali terdengar.
Takkah engkau bertanya -tanya, mengapa bumi yang kau pijak memanas dari hari ke hari?
Kubuka kuping lebar – lebar, mengedarkan pandang, mencari – cari siapa gerangan yang meniupkan tanya ketika kudapati senyum malu – malu dedaunan yang menggelayut manja pada ujung – ujung ranting pepohonan. Ia memintaku duduk di pangkuan bebatuan yang berdiam tak jauh dari kaki pohon. Katanya, dia sangat ingin berbagi cerita. Maka kuturuti pintanya yang jarang – jarang itu. Dia pun memulai ceritanya dengan kembali bertanya.
Masihkah engkau mengingat pesan bapak ibu guru tentang hutan yang tak bosan didengungkan? Bahwa hutan adalah paru – paru bumi, jagalah keberadaannya. Pada setiap hembusan napasmu, kau membuang karbon dioksida. Kami dedaunan, akan menghirup dan menyerap karbon dioksida itu, zat yang dapat mencekikmu, namun penting bagi kami dalam melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan oksigen yang kau hirup demi memanjangkan napasmu.
Tapi, pernahkah engkau berpikir, mengapa Tuhan mendandani sepertiga permukaan bumi dengan hutan? Apa yang akan terjadi bila paru – paru bumi itu terganggu? Serupa denganmu, kesehatan bumi pun terganggu. Di arisan pepohonan kemarin, beberapa kawanku mengeluhkan batuk – batuk kecil yang mulai mengganggu kesehariannya. Batuk – batuk yang berawal dari polusi udara yang disebabkan pembalakan dan pembakaran hutan secara liar. Kenapa masih saja ada manusia yang berpikir, hutan diciptakan hanya untuk mereka saja? Kamu tahu kan, dua pertiga spesies darat tinggalnya di hutan! Tak sekadar menumpang hidup, Tuhan tak asal menciptakan makhluk hidup dan menempatkannya secara serampangan di muka bumi. Setiap makhluk melakukan fungsinya masing – masing, berkontribusi untuk kelangsungan hidup bumi.
Kulirik dedaunan yang tertunduk pilu. Kegelisahan hatinya tak terbantahkan, pilunya menusuk ke relung hati.

Aku teringat perjalanan ke ujung barat Sumatera Oktober 2015 lalu. Pesawat pagi yang membawaku berlama – lama berputar di udara karena tak dapat menjejak di Kualanamu. Lewat pengeras suara, pilot memberitahu, kabut asap menyelimuti Kualanamu rapat – rapat. Asap berasal dari kebakaran hutan selama berhari – hari di Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi; bahkan diterbangkan angin hingga ke negara tetangga. Jarak pandang menjadi lebih pendek, diingatkannya penumpang untuk berdoa bersama – sama agar pesawat dapat menggapai landasan tanpa terkendala. “Bahan bakar kita masih cukup untuk berputar selama sejam di udara.” Usai memberikan pengumuman yang mendebarkan itu, tak ada lagi suara – suara yang terdengar. Tak ada yang berani bertanya, bahkan pada dia yang duduk di bangku di sebelah. Aku menghitung setiap menit yang berlalu, tepat pada menit keempat puluh lima – usai pemberitahuan dari sang pilot – kudengar cericit ban mencumbu daratan. Sedikit kasar, membuat tubuh pesawat menggelinjang. Tiga hari kemudian, saat aku hendak beranjak ke Sultan Iskandar Muda (SIM); seorang kawan yang bertugas di bandara berkabar, jangan tergesa ke bandara. Lalu lintas udara selama kabut asap turut hinggap di Nanggroe menjadi tak beraturan. Banyak penerbangan dibatalkan demi keselamatan. Sedikit bercanda sang kawan berseloroh, gegara kabut asap, ada pemandangan langka di SIM, kami bisa menikmati body pesawat – pesawat asing yang parkir di landasan.
Segala sesuatu yang dilakukan berlebihan hasilnya tak baik. Kapasitas dedaunan dari pepohonan yang sudah terbatas jumlahnya tak mampu lagi mengimbangi peningkatan karbon dioksida yang dimuntahkan ke udara dari pembakaran mesin kendaraan bermotor dan corong – corong asap industri setiap hari. Keseimbangan ekosistem terganggu, pemanasan global membuat es di kutub mencair. Adakah engkau memikirkan perkara ini, atau engkau hanya memikirkan dirimu saja?

Berdasarkan data Global Forest Resources Assessment (FRA), Indonesia menempati peringkat kedua dunia tertinggi kehilangan hutan. Sebagai salah satu negara dengan hutan terluas – Indonesia berada pada peringkat 9 (sembilan) dengan luas 884.950 km², – setiap tahun Indonesia juga banyak kehilangan hutannya. 684.000 hektar! Ini bukan pencapaian yang layak dibanggakan, jadi jangan berharap untuk menggeser posisi Brazil. Kamu harus membantu Indonesia, angka hilangnya hutan itu HARUS diturunkan agar Indonesia boleh mengembalikan sedikiiiit saja bangganya disebut paru – paru dunia.
Apa yang bisa kamu lakukan untuk menjaga kelestarian hutan? membantu agar kami tak sesak napas oleh ulah manusia?
Dalam rangka Hari Hutan Sedunia (International Day of Forests) 2017, Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) merilis kuisioner sesuai tema IDF 2017; Hutan dan Energi. Kuisioner berisi 10 pertanyaan itu diberi judul panjang how much do you know about forests and energy? Kamu pun boleh ikut mencoba menguji pengetahuan dan pandangan sederhanamu tentang hutan dan energi.

Semoga setelah menjawab pertanyaan tersebut kamu memiliki bayangan tentang kegiatan – kegiatan sederhana yang dapat kamu lakukan untuk membantu mencerahkan wajah dedaunan dan hutan Indonesia. Mari memanfaatkan kekayaan hutan dan energi terbarukan dengan lebih bijaksana. Selamat Hari Hutan Sedunia, saleum [oli3ve].
*****
Tulisan ini dibuat dalam rangka Hari Hutan Sedunia 2017 yang jatuh pada 21 Maret 2017 bersama Travel Bloggers Indonesia (TBI). Mampirlah untuk membaca juga tulisan kakak – kakak TBI lainnya pada tautan berikut:
- Albert Ghana – Suatu Pagi di Hutan Desa Benowo, Purworejo
- Atrasina Adlina – Bumi Semakin Kerontang, Hutan Sering Ditebang
- Edy Masrur – Hutan Jati Sengsara Berbuah Cinta
- Firsta Yunida – International Day of Forests: Stories About The Forest
- Indri Juwono – Gemerisik Hutan Pinus Bandung
- Liza Fatiah – Hutan Wakaf, Sebuah Inisiatif untuk Menghijaukan Aceh
- Parahita Satiti – Cerita Hutan dari Tiga Perempuan
- Rey Maulana – Hutanku Dulu, Hutanku Kini
- Shabrina Koeswologito – Sustainable Travel: A Path Toward Sustainable Forestry
- Titiw Akmar – Hutan Itu Berharga. Hutan Itu Indonesia.
- Tracy Chong – World Forestry Day 2017: Why I Love Forest and You Should, too!
- Yofangga – Pleidoi si Penebang Hutan
Banyak hal yang saya dapat dari tulisan Kak Olive ini. Semangat pun muncul melakukan kegiatan-kegiatan sederhana yang bisa bantu mencerahkan wajah dedaunan dan hutan Indonesia.
alhamdulillah ya kk mas Edy, semangat berbagi
Sedih ya, terutama kabut asap selalu jadi masalah setiap tahun
Iya kk Rey, ngerasain dikit aja sesak lho gimana yg dekat lokasi ya
Mau isi kuesioner FAO juga aaah. Selamat hari hutan kak olive
silakan kk, ajak2 ya kalo ke Jantho lagi
Insyaallah kak oliv. Nanti kalo kk ke nangroe liza kenalin deh sama bg akmal ini
trus gue langsung ke kuis FAO heheh. Thanks for sharing 🙂
untung kuisnya gw pindahin ke bawah jadi nggak cepat kabur bacanya 😂😂
pertama kali jalan ke kalimantan timur duluuu, pohon-pohon di pinggir jalan masih tinggi-tinggi tetapi di tengahnya kosong, belum lagi asap tebal terlihat disana-sini. Rasanya sedih banget
Mari semangat melakukan hal-hal kecil dan sederhana yang bisa kita lakukan 🙂
thanks for sharing…
Saya sempat merasakan dampak dari kebakaran hutan di Indonesia waktu masih di negara tetangga. 😦 Sedih tiap kali kalau diberitakan kondisi udara memburuk dan kita disarankan memakai masker. Ini terjadi hampir setiap tahun. Semoga tidak lagi terjadi di tahun-tahun yang akan datang.
Sama kak. Aku juga suka sedih kalau dari pesawat ngelihat hutan belang bentong digunduli di tengah-tengah gak ketahuan. Seharusnya mereka balik reboisasi bisa lebih hijau lagi..
Aku ngakak seketika miris membaca batuknya ibu pohon di acara arisan mereka. Semesta, semoga umat manusia bisa hidup lebih lama, begitu pula pepohonan dan seluruh penghuni rimba raya.