Tujuh tahun setelah ayahnya ditahan Komunis, Mihai Wurmbrand (14) akhirnya berkesempatan untuk menjenguknya di Fort 13 Jilava. Dari Bukares, Mihai menumpang kereta api ke Jilava, sebuah kampung di selatan Bukares, Rumania. Perjumpaan yang telah lama dirindukan itu, berlangsung singkat sekali. Sipir penjara yang kaku, tak memberi kesempatan mereka untuk berlama-lama berbincang dan melepas rindu. Mihai dipaksa untuk segera meninggalkan ruangan namun, ia masih mendengar teriakan ayahnya, “Berdiri teguh! Berdiri teguh pada imanmu, Mihai!” Mihai bersyukur ia masih memiliki ingatan yang baik tentang ayahnya meski keadaan membuat mereka dipisahkan secara paksa.
Richard Wurmbrand, ayah Mihai, seorang pendeta yang juga memelopori ibadah rahasia yang di kemudian hari dikenal sebagai pelayanan underground church. Pada 1945, Richard dan Sabina, istrinya, menghadiri Congress of Cults yang diprakarsai oleh rezim komunis yang baru saja berkuasa di Rumania. Kongres itu dihadiri 4000 orang pendeta dan pemimpin gereja yang bertujuan untuk menyatukan gereja-gereja di bawah panji komunis yang dikepalai oleh Stalin. Richard geram karena sebagian besar yang hadir memilih tunduk pada pemerintah yang ateis demi keselamatan diri dan keluarganya. Melihat itu, Sabina mendorongnya untuk berbicara walau ia tahu risikonya, kehilangan suaminya.
Pantang untuk undur, Richard naik podium. Bagaimana kita bisa menghormati pemerintah yang menolak keberadaan Tuhan? Menolak kita untuk membaca alkitab? Menutup tempat-tempat pertemuan kita? Dengan lantang Richard menyuarakan protes kepada Komunis dan membakar semangat yang hadir. Aksi Richard membuatnya ditandai sebagai seorang pemimpin yang memiliki pengaruh besar untuk menyatukan komunitas orang kristen.
Pada Minggu, 29 Februari 1948 dalam perjalanan dari rumah ke gereja untuk memimpin ibadah pagi, Richard Wurmbrand diculik oleh dua orang polisi rahasia. Sejak itu, Richard tidak pulang ke rumah dan tak pernah kelihatan. Richard dijebloskan ke penjara Fort 13 Jilava. Oleh Komunis, nama dan jati dirinya diregistrasi ulang menjadi Vasile Georgescu sehingga ketika data diri aslinya dicari, tak akan ditemukan. Tiga tahun pertamanya di penjara dijalani di ruang isolasi bawah tanah yang gelap dan pengap. Dia dilabeli sebagai PRISONER NUMBER 1.
Berdoa dan Lepaskan Pengampunan
Richard melewati hari-hari di selnya yang sempit dengan berdoa setiap hari walau ia tahu, berdoa DILARANG. Ia tak berhenti meski setiap ketahuan, dirinya disiksa. Sabina juga ditangkap. Ia dibawa ke kamp kerja paksa dan dipekerjakan di proyek pembangunan Kanal Danube selama tiga tahun. Mihai yang tinggal sendirian, sempat menjadi tuna wisma hingga diambil dan diasuh oleh teman pelayanan Richard dan Sabina walau untuk itu mereka menghadapi risiko karena merawat anak tahanan politik.
Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu [Yesus, Matius 5:44]
Baca juga: Seryozha Aleshkov, Bocah Ingusan Bernyali Besar di Garis Depan Pertempuran Stalingrad

Walau siksaan yang diterima sangat menyakitkan, Richard tak pernah mengeluarkan kata-kata kecewa pada Tuhan atau marah kepada eksekutornya. Richard tetap meyakini ketika kita menderita Tuhan menolong. Ketika ketika berdoa, Tuhan di pihak kita. Richard pun melepaskan pengampunan kepada kepala penjara atas apa yang dilakukannya terhadap dirinya, terhadap keluarganya, juga atas siksaan yang diterimanya. Di antara kesakitannya Richard mengatakan kalau waktunya tidak akan lama namun, dirinya sudah siap. Satu hari nanti kau juga akan mati, Kolonel. Apakah kau sudah siap?
Satu hari, setelah setahun di sel isolasi, Richard yang mulai merasa putus asa; mendengar suara ketukan di dinding selnya. Dia mengenali ketukan itu sebagai bahasa isyarat yang dikirimkan oleh tetangga selnya menggunakan sandi morse. Ketukan yang membuatnya bersemangat untuk membagikan kabar baik kepada tetangganya yang pada akhirnya menerima Tuhan. Di tahun ke delapan, Richard sempat dibebaskan sebelum ditangkap dan dikembalikan ke Jilava.
Dying Room = Ministry Room
Saat kembali ke penjara, Richard kena TBC parah. Dokter memperkirakan umurnya tidak lama sehingga dia dimasukkan ke Kamar No 4 atau dying room, ruangan yang diperuntukkan bagi tahanan yang hidupnya sisa beberapa hari saja. Satu waktu ketika hendak membantu teman sekamarnya makan, sang kawan mengingatkan untuk mengucap syukur terlebih dulu. Ternyata, kawan yang baru dijumpainya itu adalah tetangga sel isolasinya yang bertahun lalu dituntunnya untuk bertobat dengan sandi morse. Jika Tuhan bisa pakai ketukan di tembok yang menghalangi untuk berkhotbah, bukankah Tuhan juga bisa pakai rantai menjadi melodi untuk memuji Dia? Mereka akhirnya memuji Tuhan dengan menggerakkan kaki yang dibelenggu hingga rantai yang mengikat kaki mereka mengeluarkan bunyi-bunyian.
Richard terus bersemangat melayani tahanan yang dimasukkan ke sana hingga banyak tahanan yang menerima Tuhan Yesus. Pada 1964, Richard mendapatkan amnesti.
Baca juga: Ketemu Kuburan Hitler di Surabaya
Kasih Tanpa Syarat
Richard, bungsu dari empat bersaudara yang lahir dalam keluarga Yahudi Rumania di Bukares pada 24 Maret 1909. Ayahnya dokter gigi yang miskin yang, meninggal saat Richard baru 9 tahun. Richard bertumbuh di masa sulit perang dunia pertama sebagai pemuda Yahudi ateis dan seorang Marxis. Ia menikah dengan Sabina Oster yang juga lahir dari keluarga Yahudi. Pasangan muda ini menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat lewat Christian Wolfkes, seorang tukang kayu Jerman yang berdoa untuk dikirimkan satu jiwa Yahudi untuk dibawa kepada Tuhan. Tak lama, Richard dan Sabina datang ke kampung Wolfkes untuk rehat karena Richard kena TBC.
Walau berulangkali ditangkap dan dipukuli karena kepercayaan mereka yang baru, pasangan muda ini tak gentar dan terus belajar untuk setia mengikut Yesus. Di masa perang dunia kedua, keluarga Sabina dihabisi dalam Holocaust. Namun, semua penderitaan itu tidak menghentikan mereka untuk terus melayani Tuhan dan memulai pelayanan bawah tanah.
Selalu Bersyukur
Meski setiap hari siksaan yang diterimanya bertambah keras dan menyisakan 18 bekas luka yang dalam di tubuhnya, selama di penjara Richard selalu mengingat 4 (empat) poin berikut:
- Tuhan itu ada
- Yesus adalah Juruselamat kita, akan menyertai di manapun meskipun di dalam penjara
- Ke manapun kita pergi, kita akan kembali pada kehidupan yang kekal
- Kasih Tuhan akan selalu menjadi jalan yang terbaik

Faktanya:
- Invasi Rusia yang mengirimkan satu juta tentaranya ke Rumania pada 1944 menjadikan Rumania negara blok Komunis Eropa Timur. Kekuasaan rezim Komunis berakhir di Rumania pada 25 Desember 1989, hari ketika diktator Nicolae Ceaușescu dan Elena, istrinya, dieksekusi.
- Setahun setelah mendapatkan amnesti, Komunis menawarkan kepala Richard kepada dunia barat sebesar $10.000. Sekelompok orang kristen di Norwegia yang mendengar kabarnya lalu mengumpulkan donasi dan menebus keluarga Richard. Richard, Sabina, dan Mihai mendarat di Oslo, Norwegia di malam natal 1965. Tak lama, Richard Wurmbrand dan keluarganya berimigrasi ke Amerika dan mendirikan Jesus to Communist World Ministry pada 1967 yang kemudian dikenal sebagai The Voice of the Martyrs (VOM). Misinya mengajak orang Kristen di manapun untuk bangkit dan mendukung saudara mereka yang menghadapi penganiayaan mengerikan dari rezim anti Tuhan.
- Fort 13 Jilava dibangun pada masa Raja Carol I pada akhir abad 19 sebagai benteng pertahanan Bukares yang kemudian menjadi penjara komunis terkenal sadis di masa rezim komunis. Kini menjadi salah satu destinasi sejarah yang diminati di Bukares, Rumania.
Sabina Oster pulang ke surga pada 11 Agustus 2000. Enam bulan kemudian, pada 17 Februari 2001, Richard Wurmbrand menyusulnya. Pemerintahan komunis Rumania berakhir namun pelayanan Richard Wurmbrand terus mengalir ke seluruh dunia lewat The Voice of the Martyrs hingga hari ini. Bagaimana dengan kita, masih mau setia? Saleum [oli3ve]