Setelah dibujuk² Vicka dari bulan lalu untuk nonton Da Vinci Code, film kontroversial yg diangkat dari buku kontroversial berjudul sama karangan Dan Brown akhirnya kesampaian juga nonton bareng Sabtu kemarin di Plaza Semanggi secara hari itu ‘emang lagi ‘gak ada acara.
Dari awal bukunya terbit saya sih berpandangan isinya adalah sebuah hasil pengembangan imajinasi si Dan, nonton filmnya pun karena senang aza lihat tempat² bagus yg menjadi lokasi shooting. Tapi ada satu hal yg menarik perhatian saya yaitu loh batu yg digali si Silas di depan altar bertuliskan “JOB 38 :11”, tanya ken-apa?
Kitab Ayub adalah salah satu kitab nabi kecil di perjanjian lama yang memuat kisah Nabi Ayub dari Us, seorang nabi yg saleh dan setia menjalani proses yg diijinkan Tuhan terjadi dalam hidupnya meskipun harus ditinggalkan anak istri, keluarga, teman serta kehilangan hartanya; dia tidak pernah meragukan kesetiaan Tuhan dalam setiap langkah kehidupannya.
Setiap orang pasti pernah mengalami satu masa kebimbangan akan kebenaran dari keyakinan yg diyakininya (jujur or nggak itu tergantung masing² pribadi). Jujur, saya pun pernah mempertanyakan kesetiaan Tuhan dalam hidup saya ketika seijin DIA, saya harus melalui suatu gelombang dalam hidup. Ketika harapan yg sudah dalam genggaman harus dilepas, ketika segala daya upaya sebagai manusia tidak ada artinya dibanding dengan kasihNya.
“ketika Aku berfirman: Sampai di sini boleh engkau datang, jangan lewat, di sinilah gelombang-gelombangmu yang congkak akan dihentikan!” (Ayub 38 :11). Ini adalah bagian dari percakapan antara Ayub dengan Tuhan ketika Ayub merasa ditinggalkan dan mempertanyakan keberadaan Tuhan ketika dia diombang – ambing dalam badai kehidupan yg harus dilaluinya.
Untuk datang kepadaNya diperlukan kerendahan hati, membuang segala kecongkakan dan kepongahan serta penyangkalan diri. Ketika semua di dunia fana ini tidak dapat memberikan ketenteraman hanya kepadaNya segala syukur dipanjatkan :
“Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau ? Selain Engkau tidak ada yg kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama – lamanya” (Mzr 73 : 25 – 26)
Jika sebuah buku berhasil mengobok – obok keyakinan seseorang, semua kembali kepada si pembaca sejauh mana dia mendalami apa yg diyakininya dan sejauh mana dia memahami apa yg dibacanya. Sesat ataukah tidak sesat itu adalah hak setiap individu untuk menilainya.
Udah ahh … kepanjangan :p
ah.. buku ini lagi ..
Inilah susahnya manusia… hanya karena tertulis, lantas dianggap pasti benar.
Kalo hanya membaca satu buku ini lantas iman nya goyah, ya bagus deh.. itung itung spring cleaning …biar kalo hari minggu ngga usah desak desakan…(keliatan banget kan gue self centered banget)
Dulu waktu SMA ada yang bawa buku sejenis ke sekolah, pas ada guru yang liat, dia tanya 'apa kamu sudah cukup kuat iman buat baca buku itu?'
Itu dia.. iman ..seharusnya (paling tidak menurut saya), jika seseorang sudah mempunyai iman, dia tidak akan mempermasalahkan hal hal kecil. Let's not worry about semantics kata orang bule…
Soal buku ini, banyak yang lupa kalo buku ini adalah NOVEL, bukan buku sejarah atau true story …tapi a novel based on historical facts (tapi ngga tau kan fact mana yang bener mana yang fiksi). Makanya saya suka sentimen ama novel karena authornya suka play god alias maksain cerita (tapi ya buku buku dia..terserah dia juga sih)
Contohnya, (menurut http://www.howstuffswork.com) sewaktu langdon dan sophie mau kabur dari Louvre, mereka tempelin tracking device ke soap bar lalu di lempar ke luar.. lalu mereka kabur lewat jendela di toilet kalo ga salah.
Masalahya, di toilet asli nya ngga ada jendela besar, dan sabunnya pake sabun cair semua..
Lha kalo untuk soal sekecil ini dan mudah di lihat aja dia membengkok-kan kenyataan, bagaimana dengan hal lain yang sudah terjadi ratusan tahun yang lalu ?
eh gue jadi pengen nonton the omen nih ..
ah.. buku ini lagi ..
Inilah susahnya manusia… hanya karena tertulis, lantas dianggap pasti benar.
Kalo hanya membaca satu buku ini lantas iman nya goyah, ya bagus deh.. itung itung spring cleaning …biar kalo hari minggu ngga usah desak desakan…(keliatan banget kan gue self centered banget)
Dulu waktu SMA ada yang bawa buku sejenis ke sekolah, pas ada guru yang liat, dia tanya 'apa kamu sudah cukup kuat iman buat baca buku itu?'
Itu dia.. iman ..seharusnya (paling tidak menurut saya), jika seseorang sudah mempunyai iman, dia tidak akan mempermasalahkan hal hal kecil. Let's not worry about semantics kata orang bule…
Soal buku ini, banyak yang lupa kalo buku ini adalah NOVEL, bukan buku sejarah atau true story …tapi a novel based on historical facts (tapi ngga tau kan fact mana yang bener mana yang fiksi). Makanya saya suka sentimen ama novel karena authornya suka play god alias maksain cerita (tapi ya buku buku dia..terserah dia juga sih)
Contohnya, (menurut http://www.howstuffswork.com) sewaktu langdon dan sophie mau kabur dari Louvre, mereka tempelin tracking device ke soap bar lalu di lempar ke luar.. lalu mereka kabur lewat jendela di toilet kalo ga salah.
Masalahya, di toilet asli nya ngga ada jendela besar, dan sabunnya pake sabun cair semua..
Lha kalo untuk soal sekecil ini dan mudah di lihat aja dia membengkok-kan kenyataan, bagaimana dengan hal lain yang sudah terjadi ratusan tahun yang lalu ?
eh gue jadi pengen nonton the omen nih ..
em' … 'palagi yg namanya paskah 'n natal pasti banyak wajah lama tapi baru muncul pas hari itu.
em' … 'palagi yg namanya paskah 'n natal pasti banyak wajah lama tapi baru muncul pas hari itu.