Jumat 26 Mei 2006 pk. 04.00 udah kebangun padahal alarm belum bunyi … semalaman hujan lebat dan petir sambar menyambar dengan hebatnya. Pertanda apakah gerangan, apakah alam sedang marah? Karena masih ada waktu satu setengah jam sebelum berangkat ke pantai, masih bisa goler – goler di tempat tidur yg lama² malah bikin bosen jadi mau gak mau bangun bongkar² ransel, ganti batere kamera dan mindahin tripod ke ransel supaya gak kelupaan.
Pk. 05.15 setelah cuci muka, gosok gigi dan ganti kaos (mandinya ntar aza sehabis main di pantai :p) saya keluar kamar dan mendapati keriuhan di luar. Semalam saya pikir kita bakal berjalan jauh soalnya Mas AMGD semalam bilang,”Besok yg mau ikut saya lihat sunrise harus bangun pagi², kalo gakditinggal ya!” Ternyata pantainya deket tempat kita semalam makan seafood, gak jauh²lah dari penginapan.

Para pemburu sunrise sudah berkumpul di bibir pantai saat rombongan kita datang, pantainya jadi ramai … ada yg datang naik mobil, bersepeda maupun jalan kaki. Karena masih gelap, masing² orang mencari kesibukan sendiri² … ada yg mulai motret, ada yg asik ngobrol, ada yg mondar – mandir gak tentu arah, ada yg duduk santai kayak Ibeth di atas peti tukang jualan ikan yg pagi itu blom buka. Saya juga sibuk sendiri memperhatikan orang² di sekitar sambil sekali² nyamperin Ibeth yg minta difoto dan “maksa” untuk moto dengan gaya yg sama dengan gayanya. Saat semburat merah mulai kelihatan di ufuk timur, cahaya blitz berlomba² tersembur dari kamera di sana sini.
Ceklak – ceklik..seru deh lihat mereka berlomba mengabadikan moment yang jarang² ditemui, saya masih bersantai dan hanya sekali² mengambil gambar. Yani mulai memasang tripod mungilnya, disampingnya ada Henry Friesland yg asik ngeker langit, Halimah duduk di atas batu di pinggir pantai sementara teman² lain juga asik dengan kameranya. Saya berjalan ke arah Ibeth dan mulai memasang tripod, ambil posisi motret diri sendiri ha …ha.. keluar deh ! Pk. 06.30 teman² ‘ngajakin untuk nyewa sepeda dan berkeliling di sekitar pantai. Waktu nyusul ke tempat penyewaan sepeda, seorang bapak teriak,”Neng, 15 menit lagi baru mataharinya muncul tungguin aza!”
“Bener nih pak?”
“Iya ..percaya deh sama bapak.”
Ok saya tungguin pak. Sambil jalan ke arah teman² yg sudah pada duduk manis di sepede tandem. Henry Procon + Bang Napi, Diyas + Helza, Endah + Ria, Ayu dan siapa ya ? Biar dikata sudah siap mengayuh pedal sepeda, tetep aza masih pada foto – foto. Ibeth ‘ngajak tandem, tapi setelah di cek ternyata roda sepeda tandem yg tersisa kempes dan sadelnya susah dinaikin. Akhirnya Ibeth memilih naik sepeda sendiri, saya pun mengambil satu sepeda dan minta tolong abangnya untuk menaikkan sadel yg rendah banget. Saat hendak menggoes sepeda, saya teringat pesan si bapak di warung tadi terus otomatis menoleh ke arah pantai.
Dan, hoiiii mataharinya muncul! Keren bo! Sambil berteriak kegirangan, kita semua melepas sepeda dan berlari ke bibir pantai untuk memotret. Takut ketinggalan moment yg bagus, saya main geletakin sepeda di depan salah satu warung yg ditungguin oleh ibu² tua & buru² mengeluarkan tripod dari ransel. Saking asiknya, begitu selesai motret ternyata saya tinggal sendirian, teman² yg lain sudah menghilang entah kemana. Puas mengambil gambar, sebelum kembali mengayuh sepeda balik lagi ke si abang tukang sepeda untuk menambah angin dan “memeras” sadel sepeda yg kemasukan air sehingga membuat celana saya basah.

Karena tertinggal jauh dan gak tahu rombongan pada jalan ke arah mana, saya kembali memarkir sepeda di dekat sebuah perahu. Niatnya sih mau naik itu perahu yg dihempas² ombak dari pantai, tetapi karena dilihatin sama si abang² jadi gak berani juga. Mereka ‘merhatiin saya sibuk memasang tripod, ‘nyetel kamera dan berlari ke sana kemari dengan muka penuh tanya he ..he ..ini namanya motret sendiri mas! Gak peduli deh, diliatin orang yg lewat bersepeda, jogging atau bermobil.
Lagi asik bereksperimen dengan berbagai gaya, Jenny dan Halimah lewat .. “koq gak naik sepeda ?” Ternyata mereka berdua lebih senang untuk berjalan kaki atau gak bisa naik sepeda ?Setelah benar² puas, saya kembali mengayuh sepeda ke arah timur; penasaran aza koq banyak yg berjalan dari arah sana ya ?Pandangan mulai silau dengan cahaya mentari yg mulai memperlihatkan kekuasaannya pada kegelapan malam yg telah kembali ke peraduannya. Dari kejauhan terlihat beberapa sepeda kuning terparkir dengan rapi, ahaaa … itu mereka lagi asik bermain air di pinggir pantai. Saat parkir sepeda, Endah dan Ria protes karena sepedanya kesenggol dan jatuh hi ..hi ..maap, gak sengaja.
Saya ‘merhatiin Helza yg ngumpulin anak² untuk dipotret kakinya di atas pasir (pada mau ya dikerjain) sementara Ibeth malah motret sepasang sendal yg tergeletak di atas pasirdisamping perahu. Kang Yana meminta anak² berlari berkejaran dengan ombak untuk diambil gambarnya, seneng banget bermain dan menghirup udara pantai dengan aromanya yg khas. Puas bermain, kita pun pulang mengembalikan sepeda dan bayar sewa Rp. 5.000/sepeda (boleh dipake sepuas hati lho) terus balik ke penginapan karena pk. 08.00 memulai perjalanan ke beberapa tempat.
Sepanjang jalan pulang ke penginapan, mata silau dengan berbagai souvenir yg dijual di pinggir jalan & akhirnya sepotong celana pantai berbunga² biru diturunin dari gantungan. Kayaknya bagus nih, buat padanan kaos biru jadi hariini temanya biru – biru. Beberapa toko kita masuki hanya untuk melihat² souvenir yg dipajang he …he.. termasuk jejeran ikan asin. Sampai di penginapan tak lupa beli sarapan sebungkus nasi kuning yg ditawarin oleh ibu² penjual keliling seharga Rp. 2500/porsi. Hmmm … lumayan nikmat apalagi untuk perut yg sudah kriuk – kriuk menahan lapar.
Setelah semua siap, kita berangkat ke Pantai Batu Hiu tapi koq celana saya basah yg Ri? Yaaaa … ternyata bangku saya basah, mungkin keciptratan air saat Pak Rizal nyuci mobil. Tanggung tak biarin basah sekalian, wong saya pake celana yg bahannya gampang kering ntar berangin – angin aza di pantai.

“Oh my God ! Amazing !! Langit biru – laut biru – ombak berdebur menyapa pantai – pasir putih – karang nan kokoh dihantam gelombang, gilaaaaa bagus banget man !!”
Segala macam kata takjub mengalir melihat pemandangan nan indah di depan mata, tak peduli dengan terik matahari yg menyengat kulit satu per satu peserta odys turun dari m
obil berlari ke pantai. Semua pengen diabadikan, jepret sana jepret sini ..gaya sana gaya sini … biar gak mengganggu yg lain tripod andalan pun dikeluarkan. Setiap sudut disusuri agar tak ada yg terlewatkan, biar dikata narsis habis yg penting bisa bergaya dengan sepuas hati dan bela²in manjat di sela² karang yg licin. Belum puas, saya nenteng tripod ke dekat karang dan berfoto ria, gak nyangka melihat hasilnya pas disaat ombak menerjang karang di tengah laut. Melihat gaya berfoto saya, Ayu datang nyamperin minta difoto’in dengan gaya dan pemandangan yg sama.
Puas di pantai, rombongan mendaki bukit untuk menikmati keindahan samudera dari ketinggian; bukit ini ditumbuhi oleh pepohonan Pandan Wong. Rasa haus dan capek segera terobati dengan menikmati es kelapa muda ditemani hembusan angin pantai sambil duduk di rerumputan nan hijau. Ahhhh …serasa di Hawai euy !! Setelah foto rame² dengan beberapa teman, saya sempetin menyeruput es kelapa mudanya Ibeth terus lanjut hunting sampai ke ujung bukit. Ria sempat gak mau waktu tak suruh bergaya di atas bukit, kemarin dia bilang fotonya sudah jadi wallpaper he ..he.. Endah juga saya bujuk² untuk pose di dekat pagar yg patah dengan latar belakang laut dan langit biru. Waktu ‘nunjukin hasil foto di bibir tebing dengan sebatang pohon Pandan Wong yg memang keren Jenny & Halimah akhirnya minta difoto’in juga tapi pake perjuangan karena batere kamera Jenny ngadat.

Pk. 11.30 kita meninggalkan Batu Hiu, target selanjutnya adalah Green Canyon. Karena rombongan kita tiba terlalu pagi di Dermaga Ciseureuh, maka kita harus menunggu 1½ jam sebelum dibuka. Ternyata kalau Jumat bukanya ½hari saja yaitu dari pk.13.30 –pk.16.00. Waktu yg masih panjang kita manfaatkan untuk makan siang, melihat – lihat souvenir dan off course saya sih gak mau diam mutar sampai ke pinggir kali berfoto ria namanya juga banci foto. Kita memilih untuk masuk ke salah satu warung di pojok dengan pemandangan kolam ikan, duduk semeja dengan Endah yg pesan mie kuah, Fanni makan nasi rames, Ibeth makan nasi ato bakso sih ‘Beth ? Soalnya dia ikut ‘nyuilin ikan bakar saya & Ria yang dimakan dengan sambel terasi ulek nan segar. Malahan Ria minta si ibunya ‘ngulek lagi karena sambelnya kita habisin. Begitu pk. 13.30 tet … Mas AMGD nyuruh kita untuk naik ke perahu ygmasing² diisi dengan 6 orang. Kita menyusuri sungai tenang yg membelah bukit yg ditumbuhi oleh berbagai jenis pepohonan dan sesekali melintasi bebatuan hingga akhirnya tiba di lokasi. Perahu² antri menunggu giliran menurunkan penumpang yg ingin berfoto dengan latar belakang air terjun. Karena semalam hujan besar dan terjadi pasang, akibatnya air sungai yg membentuk sebuah kolam di dalam gua tidak bening melainkan coklat. Alhasil tidak ada yg diijinkan turun untuk mandi, padahal udah pada siap basah – basahan.

Walaupun belum puas, dengan berat hati saya turun ke perahu memberi kesempatan kepada yg lain untuk naik ke atas karang. Gak tahunya, saya nyasar ke perahu orang lain he ..he..habis model perahunya semua sama dan abang²-nya sepintas mirip sih. Dari Green Canyon, mobil diarahkan kembali ke Pantai Pangandaran menuju Cagar Alam Pananjung. Disini kita menyusuri kawasan hutan wisata ini ditemani oleh Kang Asep (namanya gak tahu, soalnya waktu perkenalan saya lagi dibelakang motret monyet ekor panjang .. jadi tak kasih nama aza Kang Asep alias Akang Kasep :p).
Di kawasan ini terdapat berbagai jenis flora termasuk bunga Raflesia Padma, sayang lagi gak berbunga terus ada monyet ekor panjang, rusa, banteng, lutung sang penguasa pohon yg sibuk bermain di atas pohon (khan jadi gak kelihatan mukanya waktu difoto) dan tentunya nyamuk hutan. Selain itu juga terdapat beberapa gua alam dan buatan seperti : gua panggung, gua parat, gua sumur mudal, gua lanang, gua jepang, sumber air rengganis dan pantai pasir putih. Waktu keluar dari gua parat, saya merelakan kepala tripod patah karena lupa dimasukin ke ransel saat keluar dari gua dengan posisi miring², tripod yg saya sangkutin di saku celana menyenggol dinding gua dan terjatuh dengan sukses. Tempat terakhir yg kita masuki adalah gua jepang yg sempit, saya sempat bercanda ke Yanthi … “keterlaluan kalo berani masuk Londa tapi nggak berani masuk ke gua jepang yg gak ada tengkorak²nya”. Hayooo …ada yg berani uji nyali ke Londa ???

‘Gak terasa kita udah trekking di hutan dan keluar masuk gua selama hampir 2 jam, sebelum bubar jalan kita briefing sebentar untuk membulatkan suara maksudnya Mas AMGD ngasih sepatah dua kata dan minta inputan dari peserta. Keputusannya adalah, bagi yg ingin menikmati sunset akan diberikan kebebasan sampai dengan pk. 06.00, yg mau pulang beristirahat ke penginapan gak dilarang tapiii dengan syarat pk. 06.30 semuanya sudah harus ngumpul untuk makan malam dengan sea food tentunya di Karya Bahari. Udah diwanti² dari awal agar tidak kejadian seperti semalam pada makan sendiri², intinya walaupun kita tetap bayar dewe² tapi akan lebih terasa kebersamaannya kalau kita ngumpul bareng di satu tempat.
Biar gak ada yg nyasar kita akhirnya berangkat bareng² ke tempat makan dengan tujuan awal mobil akan diparkir di depan rumah makan, yg mau balik ke pantai untuk melihat sunset dipersilakan untuk berjalan kaki. Gak tahunya jarak dari pantai barat ke tempat makan jauh, dan pada akhirnya mobil putar haluan ke penginapan. Karena semua yg di mobil biru sepakat untuk naik perahu, kita minta diantar pak Rizal ke pantai barat untuk mencari tukang perahu yg sudah kita tawar dari sore tadi.
Setelah ketemu : Diyas – Ibeth – Fanni – Fenni – Lina – Ria – Endah dan saya berlomba naik perahu sementara Intan & Arien memilih untuk tinggal di pantai. Kita bersorak kegirangan saat perahu bergerak meninggalkan pantai, terus berteriak ketakutan saat perahu berhenti untuk menikmati taman lau dan oleng ketika dihantam gelombang. Suer deh … saya paling takut jatuh ke air karena gak bisa berenang tetapi selalu menerima tantangan untuk bermain² di laut. Satu tangan berpegangan erat di bibir perahu, tangan satunya lagi memegang palang kayu tempat duduk sesekali saya sempatin untuk mengambil gambar sunset. Udah gitu, kita gak ada yg pake pelampung !! Teriakan minta pulang ke tukang perahu gak digubris, Ibeth malah balik neriakin “Sudah bayar 10ribu rugi dong gak sampai tengah² kalau perlu kita langsung ke Australia !”
“Blom ngurus visa dan gak bawa passport oii!”
“Yeee …kita khan imigran gelap”
“Ayo pak ! Kita berlayar sampai ke tengah”
“Pulang paaaaaaaaak!”
“Asikk ya ..kayak main kora – kora”
Teriakan sahut menyahut terdengar di atas perahu sampai akhirnya perahu berlabuh sebentar di pasir putih. Malam sudah mulai turun, tukang perahunya ngajak kita buru² kembali ke perahu dan kembali menembus kegelapan malam yg menjemput kea rah pantai sebelum pasang datang.

Entah sengaja entah nggak, si bapaknya malah suka melawan gelombang yg tinggi sehingga terkadang perahu kita berayun cukup tinggi mengikuti gelombang laut selatan yg terkenal ganas. Waktu kita bilang ombaknya gede, eh bapaknya dengan santai bilang itu bukan ombak neng tapi gelombang.
Legaaaaaaaa ketika perahu mendekati bibir pantai dan disambut oleh sekelompok lelaki yg bersiap untuk menarik perahu ke pangkalan. Terimakasih teman² untuk shock terapi hari ini he …he…
Karena sudah waktunya untuk berkumpul di tempat makan, kita langsung menuju ke pantai timur dan berkumpul dengan teman² disana. Ibeth yang gak tahan panas, sampai 2 kali ganti baju di dalam mobil ha …ha…”Lampunya tolong dimatiin dunk!”
Tahu teman² udah pada lapar, Mas AMGD & bang Napi mempersilahkan kita untuk duduk manis mengelilingi meja panjang sementara mereka memilih lauk dan menunya.Aroma aneka ikan bakar, cumi goreng tepung, udang goreng tepung, bawal goreng, udang saus tiram, tumis pakis ditambah nasi yg masih mengepul sungguh menggugah selera makan setelah seharian beraktifitas di bawah matahari. Biar dikata blom mandi, nasi habis dua piring berikut cemilan udang goreng,ikan bakar dan menggado tumis pakis hi ..hi .. Banyak yg gak doyan dengan pakis, lha …itu sih makanan yg saya cari kalo pulang kampung tapi ditumisnya pake campuran daun + bunga pepaya, irisan lada katokkon plus bab dua tentunya. Nyam …nyam ..deh
Rani yg duduk di sebelah sempat²nya nyeletuk,”Liv, gw blom lihat loe nambah.”
“Woalaaahh.. perut udah full gini, makanya datangnya jangan belakangan saya kan udah nambah 2 kali”.
Waktu pesanan kepiting saus tiram de-el-el buat grup Mane yang duduk di meja terpisah dari kita datang, air liur mengalir juga tapi mau ditaruh dimana lagi ? Rani bertanya² gimana caranya untuk bisa mencicipi kepiting itu ? “Udah Ran, minta aza ..mereka juga nawarin koq.” Bener aza, gak berapa lama bang Napi yg ‘nyamperin meja Mane menyodorkan sepotong kepiting buat Rani.
Udah makan .. tinggal mandi aza nih, badan sudah lengket dari tadi baju basah dan kering di badan, rambut juga udah lepet padahal tadi pagi keramas. Denger mau beli shampoo sachet, Rani & Diyas menawarkan sampo-nya daripada mesti beli lagi. “Saya sih gak nolak, nanti saya ke kamar ya !”
Setelah semua beres, kita berkumpul di tempat parkir untuk briefing acara besok pagi sebelum kembali ke penginapan. Karena besok adalah hari terakhir dan masih ada 3 (tiga) tempat yg akan dikunjungi, semuanya sepakat untuk berangkat pk. 05.00 .. hal ini juga diambil dengan pertimbangan agar besok pulang ke Jakarta tidak terlalu malam. Karena udah capek, saya memilih untuk pulang ke penginapan dengan naik mobil sementara beberapa teman berjalan kaki sambil menikmati suasana malam di pantai Pangandaran.
Begitu masuk kamar langsung rebahan di tempat tidur meluruskan punggung, teringat shampoo saya berlari ke kamar Diyas dan mendapatkan 2 sachet head & shoulder..’makasih yak! Segeeeeeeeeeerrr banget setelah mandi, karena yg lain masih beres² di kamar saya bertandang ke tetangga dan ngobrol di depan kamar Ibeth bareng Jenny sambil ‘ngemil desert white choclate-nya Ibeth, gak lama Mas AMGD ikut gabung.
Habis itu berganti² deh yg duduk menggantikan Mas AMGD yg kemudian pamit entah kemana, sampai akhirnya Bang Napi pulang memamerkan souvenir murah – meriah yg didapat dengan harga goceng hasil hunting di pantai. Rasa capek membuat saya pamit ke kamar untuk beristirahat. “Sampai besok pagi ya!”
cerita sebelumnya Day 01 : Pangandaran Trip (catatan perjalanan)
bersambung ke Day 03 : Malang Tak Dapat Ditolak