The Largest Primate Center


Pusat Primata Schmutzer, Ragunan yang diresmikan oleh Bapak Gubernur DKI Jakarta tahun 2002, adalah program bantuan hibah oleh mendiang nyonya Puck Schmutzer, seorang pencinta satwa yang sangat peduli akan pelestarian satwa liar di Indonesia. Inisiatif ini kemudian ditindaklanjuti oleh Dr.Ir Willie Smits yang juga Direktur The Gibbon Foundation untuk mewujudkan fasilitas yang kemudian diberi nama Pusat Primata Schmutzer.

Nyonya Puck Schmutzer ingin menunjukkan sebuah contoh akan kepedulian pada satwa liar didalam nuansa Taman Margasatwa. Beliau sangat mencintai Indonesia dan mengharapkan hibah yang diberikannya dapat membantu masyarakat Indonesia untuk lebih menghargai dan peduli pada keindahan satwa liar di Indonesia.

schmutzer
Schmutzer Primate Center, Ragunan

Pusat Primata Schmutzer menjadi salah satu pusat primata terbesar di dunia saat ini, dan kini sudah dilengkapi dengan berbagai koleksi primata khususnya dari spesies Indonesia. Pusat Primata Schmutzer juga dipercaya untuk menangani salah satu kera besar yaitu Gorila yang merupakan salah satu primata langka di dunia. Kepercayaan yang begitu tinggi ini menjadi tantangan dan contoh bagi Indonesia untuk meningkatkan upaya-upaya konservasi satwa liar khususnya primata.

schmutzer
Salah satu penghuni PPS

Pauline Adeline Antoinette Veersteegh atau Puck lahir pada tanggal 6 September 1924 di Wonorejo, sebuah kota kecil 200 kilometer diselatan kota Surabaya, Jawa Timur. Sebelum akhirnya ia sekeluarga hijrah ke kota Surabaya. Puck adalah putri dari pasangan Benjamin Versteegh dan Eugenia AHL Romer. Ayah Puck adalah pemilik perusahaan gula. Disamping pekerjaan ini, ia juga seorang pelukis dan pengumpul benda antik. Benjamin Versteegh meninggal pada tahun 1957 dalam umur 60, setahun sebelum Eugenia Romer-Versteegh meninggal.

Hal terpenting yang diajarkan orangtua Puck kepadanya yaitu: Menghargai dan Mencintai semua ciptaan, termasuk manusia dan satwa. Mereka memelihara kuda, kambing, anjing, dan kucing di villa mereka. Monyet-monyet liar kadang berkunjung di kebun mereka, bahkan kadang-kadang tupai kecil melompat masuk lewat jendela yang terbuka.

schmutzer
Menikmati jembatan PPS

Puck mencintai semua satwa, ia peduli pada mereka, dan mendapat banyak pelajaran dari mereka dalam bentuk kasih sayang. Ia peduli pada satwa sejak umurnya masih sangat muda, ia merasa sangat sedih acap kali melihat penduduk mengandangkan satwa untuk kesenangan mereka. Puck tidak takut bahkan pada ular sekalipun, pun mereka ia lihat sebagai ciptaan yang indah. Puck tumbuh bersama kakak lelakinya, Tonnie, dan saudara-saudara perempuannya Adeline dan Nani, ditengah-tengah alam dan di antara satwa, bunga, dan tanaman. Tonnie meninggal pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Sedangkan saudara-saudara perempuannya meninggal di Belanda.

Berkenalan dengan Owa
Berkenalan dengan Owa

Puck lahir dengan kewarganegaraan Indonesia, tetapi pada tahun 1951 ia mengganti kewarganegaraan menjadi warga negara Belanda. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di Surabaya, ia melanjutkan pendidikannya di Eropa. Pada tahun 1940 ia mendapat ijasah Stenografi di Rotterdam, Belanda. Setahun sebelum ujian akhir, keluarganya mengalami masa-masa sulit, mereka ditahan di kamp Jepang. Masa yang sangat sulit dilewati oleh Puck, bahkan sama sekali tak ingin ia ingat. Puck kembali ke Surabaya setelah ujian akhir dan tidak dapat melanjutkan pendidikannya. Keluarganya mengalami kesulitan keuangan sejak mereka dibebaskan dari penahanan Jepang. Puck mulai bekerja sebagai juru ketik dan mulai menikmati kehidupannya lagi. Ia juga senang banyak olahraga seperti golf, tenis, hoki, badminton, dan renang. Ia senang bepergian dan selalu bekerja keras. Ia berganti beberapa pekerjaan, dimana untuk masing-masing pekerjaan yang ia lakukan atasannya selalu puas karena bekerja dengan sangat baik dan memuaskan. Hal ini terlihat dalam kalimat-kalimat di surat rekomendasi yang mereka berikan: dapat dipercaya, pekerja keras, dan lain sebagainya.

Pada tahun 1953 Puck bekerja di perusahaan ‘Javan Car Import Company’, setahun kemudian ia bekerja lepas pada agensi pers ANETA dimana ia pindah ke Jakarta. Setahun kemudian Puck bekerja pada sebuah perusahaan baru di Indonesia yaitu, Ford Motor, dimana ia kemudian pindah ke Singapura untuk bekerja pada kantor pusat perusahaan tersebut. Tetapi pada tahun 1959 ia terpaksa meninggalkan perusahaan tersebut dan kembali ke Jakarta karena masalah imigrasi. Puck menikah dengan seorang pengusaha Belanda bernama drs. IAM Ignace Schmutzer.

schmutzer
@schmutzer

Cita-citanya adalah membangun sebuah fasilitas terbaik yang akan menjadi contoh penanganan satwa yang ideal bagi kebun-kebun binatang yang lain.
Puck dan John Aspinall bekerja bersama dalam sebuah program penangkaran bagi Rangkong Sumatra yang terancam punah. John Aspinall adalah penyayang satwa, ia mendedikasikan sejumlah dana bagi berbagai proyek penanganan dan penyelamatan satwa. Ia memulai program pelepasan bagi gorila dan berbagai program penangkaran di Kebun Binatang Howletts. Program penangkaran ini berjalan dengan baik sebagaimana gorila-gorila disanapun diperlakukan dengan baik.

Pada suatu ketika, Puck dan John mendiskusikan harapan Puck untuk memberikan sebuah contoh kepedulian mengenai penanganan satwa dalam lingkup kebun binatang bagi masyarakat Asia. Terutama setelah pengalamannya di Ragunan, dia berharap dapat membangun sebuah fasilitas dimana semua satwa dipedulikan dengan kasih dan perhatian, penanganan yang baik dan ruang gerak yang cukup. Sebuah fasilitas dimana masyarakat belajar menghargai satwa liar.

schmutzer
Gorilla lagi bersantai di gua

Puck meninggal pada tanggal 11 September 1998 setelah berjuang cukup lama dengan penyakit yang serius. Ia menitipkan harapannya kepada sahabat sejati dan orang yang menyemangatinya yaitu Dr. Ir. Willie Smits yang mewujudkan semua mimpi menjadi kenyataan. Pada awal tahun 2000 fasilitas Pusat Primata Schmutzer mulai berdiri dan pada pertengahan 2002, empat gorila dataran rendah barat yaitu Kumbo, Kihi, Komu dan Kidjoum didatangkan dari Kebun Satwa Howletts di Inggris. Pusat Primata Schmutzer diresmikan dan dibuka untuk umum pada tanggal 20 Agustus 2002.

Catatan di atas dikutip dari buklet PPS yang ditulis oleh Sicillia L dan Femke den Haas. Info lengkapnya dapat dilihat di : PRIMATA dan MP Education Schmutzer.  saleum [oli3ve]

5 thoughts on “The Largest Primate Center

Leave a reply to nur handoyoputro Cancel reply