Deja vu. Rasa yang merayapi pagi saat kaki menjejak di tanah dewata setelah perjalanan terakhir ke pulau ini 6 (enam) tahun lalu. Ngurah Rai yang dulunya kecil, kini berdiri gagah dan megah. Perubahan mencolok yang paling awal terlihat saat melangkah ke terminal kedatangan. Di pulau ini aku akan mengisi liburan denganmu, berdua saja. Menyepi kalau kata mereka, teman-teman dekat yang memaksa tuk mencari tempat persembunyian. Mereka rela tak diajak serta meski selama ini kita selalu berjalan beramai – ramai.

“Ini liburan yang berbeda, Lip! Cari tempat yang romantis donk untuk berduaan,” desak mereka ketika kita masih bermalas-malas meski sekadar mencari informasi tempat liburan yang tak jauh dari Jakarta.
Katamu, biar seru kita pilih saja nama tempat yang pertama muncul di pikiran sebagai destinasi berlibur. Setelahnya baru mencari tempat untuk menginap, makan dan cuci mata. Karenanya kita sepakat untuk memilih Bali ketika kata itu yang terlontar saat mulai menyusuri laman demi laman destinasi wisata dalam jaringan, mencoba mencari rekomendasi vila untuk berBULAN MADU. Dan karena kita sedang sangat ingin menikmati alam pegunungan, sama-sama merindu gemericik air, mendamba pemandangan hijau yang benar-benar hijau dan langka dijumpai di Jakarta serta dibangunkan pujian burung-burung di pagi hari; kita sepakat untuk menginap di The Sanctoo Villa. Tempat yang sarat godaan untuk bermanja-manja.

The Sanctoo Villa berada di Singapadu, sedikit di bawah Ubud, Gianyar. Meski dari villa disediakan kendaraan untuk antar jemput dari/ke bandara; kita memilih untuk mencari kendaraan sewa di hari kedatangan karena masih ingin berputar-putar ke Klungkung sebelum menyepi.
12 (dua belas) private villa dengan 2 (dua) pilihan pemandangan Garden View dan River View yang dibangun dengan 3 (tiga) konsep desain: Celebes, Borneo dan Bali ditawarkan kepada tamu yang ingin menginap di The Sanctoo Villa.

Kulihat bibirmu tersenyum saat bersentuhan dengan Rosella Tea with Lime and Mint di ruang resepsionis, pun senyum sapa menyegarkan petugasnya menggirangkan hari. Bagiku, ruang kecil di seberang meja resepsionis yang tertutup sliding door mulai menggoda saat mata mengitari seisi ruang.
“Itu mini library the Sanctoo,”kata Bli Dwi yang menyambut langkah siang itu. Dirinya pun membolehkan kita duduk manis di sana sembari menunggu dirinya membereskan urusan administrasi tamu. Aku tak bisa menampik wangi buku yang bersandar di dalam rak di ruang kecil dan membuat hidung kembang kempis serta mata kelap-kelip penasaran. Kejutan demi kejutan terus saja berlanjut siang itu. Setelah chek in dan diantarkan ke villa; ternyata kita mendapatkan villa yang berada di atas tepian sungai bukan garden view seperti pesanan awal. Om Swastiastu, diberkatilah dia yang hari itu meninggalkan villa di hari kedatangan kita.

Happy Honeymoon,” bisikmu sembari melirik tart mini selamat datang di dalam besek yang tersaji di atas meja panjang yang sekaligus berfungsi sebagai tempat penyimpanan di dekat pintu masuk kamar. Dipan empuk berukuran besar menempel di depannya, menghadap ke kolam renang pribadi yang tampak dari balik pintu kaca. Gemericik air dari dalam sungai serta desah dedaunan yang bercumbu dengan bayu memenuhi ruang tidur saat pintu itu dibuka, sontak membuat bibir kita tak henti berucap syukur. Pikirku, kenapa kita tak mulai saja mencumbu senja agar tak kalah dengan sepasang angsa yang berpagut mesra dikelilingi kelopak mawar merah di ujung pembaringan?
Kamu mencoba menenangkan buncahan asa yang sudah melambung dibuai rasa. Bersabarlah sebentar saja, mari kita melihat seisi tempat pembaringan yang terus saja menggoda rasa kita. Lemari penyimpan dan meja rias yang menempel di dinding menjadi pembatas ruang tidur dengan kamar mandi seluas ruang tidur dan ruang lemari penyimpanan.

Oh maaaaak! Mata tak henti mengerjap memandangi bathtub yang diisi air dengan kelopak-kelopak mawar yang bergandengan membentuk tulisan I LOVE YOU melambai di atas permukaan airnya. Sebentar lagi, sebentar saja kau kembali mengecup rasa untuk menenangkan gejolak di dalam raga. Tapi sabarnya tak bisa lagi ditunda, sesaat saja kelopak-kelopak mawar merah dan merah muda itu pun ikut bergolak dengan rasa kita yang menyatu dengan kecibak air di dalamnya.
Aaaah, Semesta berperkara! Ijinkan aku terus memelukmu erat wahai pencipta rasa yang tak pernah lalai menyelipkan syukur di sela kepenatan raga.
Dan ketika angan semakin jauh mengangkasa, pijatan lembut dan sapa asing itu mengembalikanku ke alam rasa,”mbak, massagenya sudah selesai.”


Eh, oh … ah, terima kasih. Rupanya aroma melati yang diusap dan dipijatkan dengan lembut di sekujur tubuh melelapkan saat menikmati spa petang di The Sanctoo Spa & Wellness. Secangkir teh jahe panas pun diseduh untuk dinikmati sesudah bersih diri, dikawani lantunan malam yang dipujikan di bawah terang rembulan. Sebelum rasa kita kembali menyatu di peraduan, kita memliih untuk menikmati sajian makan malam, penambah energi di restoran. Bagi pasangan yang enggan bergerak dan beranjak jauh dari pembaringan, sarapan hingga makan malam romantis dapat dipesan untuk diantarkan ke villa.
The Sanctoo Villa
Jl Raya Singapadu
Ubud Selatan, Bali
Telp +62 – 361-4711-222
Erangan air menggapai orgasme saat menyentuh bebatuan bergema dari kedalaman perut bumi. Pada ujung lengkingnya yang panjang, disisakannya desah lembut dedaunan yang kerumunannya tersibak tempiasannya. Pada aliran sungai di ujung air terjun yang mengalir di bawah jembatan, pandangan kita terpana. Om Swastiastu! Selamat malam yang terkasih, saleum [oli3ve].
Ah penasaran. Dengan siapa gerangan Mbak Olive haneymoon ya. Gambar love di dalam bathub itu indah nian…
dengan dirinya donk mbak Evi 😂😂