Sabtu malam, Warhi (78) datang bersendiri ke Ciputra ArtPreneur. Ia dengan bangga menceritakan bagaimana dirinya menjadi salah seorang saksi pementasan lakon Panembahan Reso berdurasi 7 (tujuh) jam yang dipentaskan Bengkel Teater selama 2 (dua) hari berturut – turut di Istora Senayan pada 1986 lalu. Setelah 34 tahun berlalu, Warhi tak sabar untuk menonton (lagi) Panembahan … Continue reading Telaga Darah Panembahan Reso
Tag: Sha Ine Febriyanti
Tata Nurra, Creative Learner Rumah Ilmu
Kalau kamu disodori data berikut, kira-kira hal apa yang akan muncul pertama kali di dalam pikiran kamu? Bagian mana yang akan menarik perhatian untuk ditanggapi? Lalu, kalau data yang sama ditunjukkan ke anak usia 11 tahun; kira-kira bagaimana reaksinya? Disimak, dilihat-lihat saja, bingung ataukah dikritisasi? Data di atas mengemuka dari penayangan film kampanye antikorupsi di … Continue reading Tata Nurra, Creative Learner Rumah Ilmu
Meniti 77, Mengalir dalam Kehidupan
Pondasi adalah bagian paling penting dari satu bangunan. Pemilihan tanah yang menjadi dasar untuk meletakkan pondasi bangunan pun haruslah benar-benar tepat. Bangunan yang tampak indah dari luar jika tak dibangun di atas landasan yang kuat dan ditopang dengan tiang yang kokoh tak akan bertahan lama. Seiring berjalannya waktu, bangunan itu lambat laun gampang goyah, retak … Continue reading Meniti 77, Mengalir dalam Kehidupan
Nay, Sinema Monolog Lika Liku Luka Perempuan
Setelah sukses memerankan tokoh Nayla dalam Monolog Tiga Perempuan pada Oktober 2014 lalu, Sha Ine Febriyanti kembali didaulat untuk memerankan tokoh Nay dalam film Nay. Di film yang akan digarap secara monolog tersebut, Ine Febriyanti didaulat menjadi pemeran utama dan satu-satunya pemain. Sedang pemain lain yang akan turut mendukung film Nay sebagai pengisi suara adalah … Continue reading Nay, Sinema Monolog Lika Liku Luka Perempuan
Menyelami Hati Cut Nyak Dien
Perempuan di ujung senja itu tertatih menyeret langkah ke sudut gubuknya. Derit pintu reot dan desah resahnya memecah pagi yang senyap. Rindunya teramat dalam, sedalam sepi yang menemani perjalanan panjangnya. Dia yang tercerabut secara paksa dari akarnya, meradang bergelut asa. Meski matanya sudah rabun, namun kepekaan rasanya belumlah susut. Terduduk dalam gelap pandangan, hatinya merintih, … Continue reading Menyelami Hati Cut Nyak Dien
Bersimbiosis Mutualisma dengan Idola
Idola adalah sosok yang akan membuatmu selalu merindukan pertemuan dengannya, sosok yang kadang bikin matamu tiada henti berkedip-kedip saat pertemuan yang didamba terwujud. Diam seribu bahasa, dada berdebar-debar bahkan salah tingkah kala berhadapan dengannya serasa bertemu kekasih hati. Sama seperti penggemar yang lain, saya pun pernah lompat pagar, lari sekencang-kencangnya tak peduli tas dan dompet … Continue reading Bersimbiosis Mutualisma dengan Idola