Pieter de Bruijn

Siron Mass Grave

Matahari hanya diam, ia memandangiku dengan muka ditekuk-tekuk. Belumlah waktunya makan siang, namun dirinya tampak sudah terlalu lelah dan hendak menangis saja. Harusnya yang tersedu si Darlang, yang berdiri tanpa kepala di depanku. Kepalanya hilang entah kemana. Aah, keterlaluan sekali mereka yang tega memisahkannya dari si empunya badan. Beruntung aku melihatnya di saat matahari masih … Continue reading Pieter de Bruijn

Manuskrip dari Aceh

asa untuk nanggroe, harapan untuk nanggroe, monumen tsunami aceh

Aku beringsut dari balik selimut di saat sebagian besar penghuni bumi lebih memilih untuk meringkuk di kehangatannya. Saat gelap masih menyelimuti cakrawala dan dingin sedikit menusuk, aku memilih mengantri di depan petugas bandara. Menunjukkan boarding pass, bergegas memanggul Meywah dan Onye mencari tempat bersandar untuk memejamkan mata sebentar saja. Namun, sebentar menjadi sangat langka. Di … Continue reading Manuskrip dari Aceh