Love Life: Hidup, Cinta, dan Kesetiaan


Pemahaman yang keliru dalam memaknai valentine, membuat banyak orang salah kaprah dalam mengartikan hari yang di kalender penanggalannya tidak diberi tanda khusus tapi selalu ditunggu saat memasuki Februari. Seorang kawan dengan naifnya berusaha mempertahankan hubungan dengan pacarnya yang banyak ditentang dari sana sini hanya karena ingin merasakan ber-valentine bersama pacar. Katanya, harapan di hari spesial itu mereka bisa membaharui hubungan dan lingkungannya akan menerima sang pacar. Hmm, kenapa harus menunggu valentine jika setiap hari kita bisa membaharui dan membina hubungan yang lebih baik dengan orang-orang di sekitar kita?

Hari ini karena libur ada kesempatan untuk merapikan koleksi buku yang tak seberapa tapi berceceran di sana sini. Saat rapi-rapi saya menemukan buku yang dibeli tahun lalu sehari sebelum valentine (ketahuan dari tanggal yang sengaja dicatat setiap habis beli buku hehe). Dan, mumpung hari ini valentine datang, mari mencoba berbagi isi buku yang inspiratif ini di hari kasih sayang.

Lelaki yang mengejar banyak perempuan dapat digolongkan ke dalam 2 (dua) kategori. Sebagian lelaki mencari mimpinya masing-masing yang subyektif dan tanpa batas tentang seorang perempuan dalam diri seorang perempuan. Sebagian yang lain didorong oleh hasrat untuk memiliki keragaman tiada akhir atas dunia perempuan yang obyektif.

[Milan Kundera, The Unbearable Lightness of Being]

Penggalan kalimat di atas mengawali perkenalan dengan Dan van Diepen, seorang hedonis dengan monofobia akut yang hidupnya diwarnai perselingkuhan. Dan bekerja sebagai creative marketing di sebuah biro iklan, memiliki istri yang cantik bernama Carmen. Mereka hidup sebagai pasangan muda yang mapan, harmonis, dan dikarunai seorang putri yang cantik berusia satu tahun, Luna. Kebahagiaan itu menjadi suram ketika Carmen didiagnosa dokter mengidap kanker payudara (mastitis carcinomatosa).

Monofobia (monophobia) adalah trauma masa lalu yang membuat seseorang menyimpan takut berlebihan pada perasaan  terisolasi, kesepian, juga kesendirian.

Baca juga: Cerita Waktu Ibu Pulang

Hanya sekitar 45% perempuan yang didiagnosa mengidap kanker payudara yang, dapat bertahan hidup selama lima tahun pertama. Kanker telah memorak-porandakan kehidupan rumah tangga Dan dan Carmen. Segala upaya mereka lakukan untuk kesembuhan Carmen dengan dukungan orang-orang terdekat mereka. Dan marah pada dirinya sendiri karena tidak dapat menerima kenyataan bahwa Carmen mengidap kanker. Namun, di satu sisi Dan berusaha tetap bersikap manis kepada Carmen, menemaninya menjalani kemoterapi, mencari berbagai informasi untuk kesembuhan Carmen, dan berusaha tetap kuat meski Carmen harus menjalani operasi pengangkatan payudara (masektomi). Sebagai pelarian, Dan berusaha menghibur diri dengan pergi berpesta (beberapa seijin Carmen, sebagian besar mencari alasan di antara jadwal meetingnya) serta menenggelamkan diri dalam pelukan sejumlah perempuan.

love life, ray kluun, komt een vrouw bij de dokter, berjuang dengan kanker payudara

Sekarang kau memiliki kesempatan untuk mengembalikan kepada istrimu segala hal yang engkau terima darinya selama bertahun-tahun itu – [Nora]

Sebelum terlambat dan menyesali hidupnya, Dan disadarkan oleh pertemuannya dengan Nora, seorang penasihat spiritual atas rekomendasi Rose; perempuan yang menyadari posisinya tidak pada tempatnya karena mencintai dan menjalin hubungan gelap dengan lelaki yang istrinya sedang sekarat. Dan berusaha membahagiakan dan memberikan apa yang dapat dia berikan di sisa hidup Carmen termasuk mengurusi ketika (maaf) buang air besar.

Baca juga: Dilan dan Lubang Angin Tempatnya Bercerita

Carmen memilih untuk mengakhiri penderitaannya dengan eutanasia – proses mengakhiri kehidupan seseorang dengan memberikan suntikan yang mematikan. Dan dan Carmen mengisi sisa hari hidup Carmen dengan kasih sayang, perhatian, tawa dan air mata. Sebelum hari perpisahannya tiba, Carmen harus menulis dan menandatangani pernyataan yang menguatkan alasannya memilih eutanasia bahwa ia berada pada sebuah situasi tanpa harapan yang melibatkan penderitaan tidak berperikemanusiaan. Dalam keadaan sekarat Carmen mempersiapkan kematiannya dengan sempurna: menuliskan kisah hidup dan pesan khusus kepada putrinya dalam sebuah diary, mempersiapkan putrinya untuk menerima kenyataan Mamanya akan meninggalkannya karena harus pergi ke surga, mengurus persiapan pemakamannya, menyiapkan gaun terbaik yang akan dikenakan di dalam peti matinya, serta memilih lagu-lagu yang ingin diperdengarkan pada misa pemakamannya.

Sebuah kisah mengharukan tentang hidup, cinta, dan kesetiaan yang terinspirasi dari kehidupan pribadi penulisnya Ray Kluun. Pada 2001 istrinya meninggal karena kanker payudara di usia 36 tahun. Sepeninggal istrinya, Kluun memboyong putri mereka, Eva yang berusia 3 tahun; ke Australia. Di 2003 ia menuliskan kisahnya dalam novel Love Life. Novel yang telah diangkat ke layar lebar ini, dalam bahasa aslinya berjudul Komt een vrouw bij de dokter mendapatkan penghargaan The Dutch 2006 NS Publiek Book of The Year, saleum [oli3ve].

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s