Hari sudah gelap ketika kami memasuki Phnom Penh. Setelah perjalanan panjang, saya hanya ingin segera tiba di penginapan, mandi, dan mencari semangkuk makanan berkuah yang hangat untuk perut yang dari siang hanya diisi roti, kripik Lays rasa babi panggang, susu UHT, dan air mineral. Jika berjalan tanpa kendala, harusnya, perjalanan Ho Chi Minh City – Phnom Penh ditempuh 7 jam saja. Tapi hari itu, kami mengawali pagi dengan drama bus jemputan rusak sehingga tiba di tujuan 7 jam lebih lambat a.k.a 14 jam berurusan dengan transportasi!
Tiga puluh menit jelang pool bus, saya iseng membuka aplikasi Grab yang otomatis sudah berubah tampilan ke versi Kamboja. Serupa waktu di Vietnam, tak perlu mengunduh aplikasi setempat karena begitu diakses di sana, sistemnya langsung menyesuaikan layanan yang tersedia di the Land of the Khmer. Girang banget menemukan ada tuk-tuk di situ! 🙂 Dari penelurusan lokasi, jarak dari pool Giant Ibis di Street 106 ke Base Villa di Street 222 dapat ditempuh 10 menit dengan tuk-tuk. Aman donk. Urusan transportasi ke penginapan terselesaikan.

Ternyata, perjalanan ke penginapan pakai keliling kota malam-malam karena Mister Son, sopir tuk-tuk yang lumayan ganteng, ‘gak hapal jalan walau sudah dipandu peta dari Grab. Permasalahan lainnya, ternyata si mas-nya juga baru ‘ngeh kalau nama jalan tidak berurutan sesuai angka/nomornya. Nama-nama jalan di Phnom Penh menggunakan angka – beberapa memiliki nama lain. Misal Street 106 tidak bersebelahan ataupun tersambung dengan Street 107, lha .. Street 222 justru bertetangga dekat dengan Street 55 dan Street 63. Jadilah kita sempat berbelok dan menjauhi titik tujuan di persimpangan Street 222 dan Street 63 sebelum kembali ke arah yang benar.
Dari luar pagar, Base Villa tampak serupa rumah-rumah besar di Pondok Indah. Sepertinya memang berada di kawasan gedongan yang kemudian diubah menjadi penginapan karena di pojok Street 222 dengan Street 55 juga terdapat penginapan dengan penampakan yang sama. Resepsionis berdiri tepat di depan pintu gerbang. Di seberang mejanya ada kolam renang kecil yang malam itu dipenuhi bule-bule yang berendam. Di sisi belakang kolam, Base Villa Bar and Lounge juga ramai dengan tamu penginapan yang makan malam ataupun sekadar kongkow di bangku-bangku bar dan meja yang tersedia. Sesuai dengan ulasan yang saya temukan di Tripadvisor sebelum memesan kamar, Base Villa adalah basecamp-nya backpacker dunia di Phnom Penh.

Setelah check in, saya mendapatkan kunci kamar, kunci gembok untuk loker, dan ditunjukkan cara menuju ke kamar di lantai 2 lewat tangga yang ada di belakang pintu dekat dua bule yang tampak seru banget bermain Soccer Table. Karena hanya semalam dan untuk beristirahat sebentar saja, saya memesan satu tempat tidur di 6 Bed Female Dormitory Room dengan tarif $10 per malam – sudah termasuk sarapan lewat booking[dot]com. Bila ingin di kamar yang lebih ramai dan tak risih di kamar bercampur dengan lawan jenis, terdapat kamar dengan 6/10/12/14 Bed Mixed Dormitory Room. Biasanya, harga kamar campur itu lebih murah. Tapi, jika terbiasa tidur di kamar sendiri, di Base Villa juga tersedia tipe kamar Standard Twin Room dan Deluxe Double Room with Balcony. Harga kamar per malamnya, tentu saja berbeda dengan kamar asrama.
Saya mendapatkan dipan nomor 3, di bagian atas. Lebar dipannya cukup untuk orang berbadan sedang golar-goler kiri kanan. Panjangnya yang kurang, apalagi untuk mereka yang tingginya di atas rata-rata. Dipan di bawah saya dan di seberangnya, ditempati dua pejalan dari Medan – Ike dan Yuli – yang juga baru masuk kamar malam itu. Perkenalan dengan mereka lucu sekali karena kita sama-sama berpikir, “Ini pasti Pinoy (= orang Filipina) deh!” hingga terdengar suara berbahasa planet dari kamar mandi yang bikin ketawa. “Lha, wong kita galo?!” 🙂 .


Di tiap dipan disediakan selimut. Stopkontak berjamaah untuk colokan mengisi daya ke gawai, terikat di atas nakas antar bunkbed. Mungkin, pernah ada tamu yang tak sengaja membawanya sehingga perlu diikat 🙂 . Kamar tentu saja berpendingin dengan jaringan nirkabel yang stabil dan kencang. Toiletnya menyatu dengan kamar mandi dengan pancuran yang airnya kadang mengecil (mungkin) saat itu mandinya bersamaan dengan penghuni di kamar lain, terdapat di tiap kamar. Seingat saya, sabun mandi dan shampo tidak tersedia. Tapi, handuk bersih siap pakai, ada di atas dipan. Btw, lokernya mirip kerangkeng, terbuat dari plat besi bolong-bolong yang dirangkai berpasangan. Masing-masing loker dibagi dua ruang penyimpanan dengan bagian bawah, muat untuk Meywah yang tingginya sepantaran dengan koper 20 inci; leluasa berdiri.
Base Villa Phnom Penh
#29 Street 222, Phnom Penh, Cambodia
Email: base.phnompenh@gmail.com
Menu sarapan yang tersedia keesokan harinya adalah sarapan ala barat. Setangkup roti panggang disajikan di piring dengan dua lembar bacon, hash brown, baked tomato, sepiring kecil (saingan dengan sambal) baked beans, dan dua butir telur yang saya minta direbus setengah matang tapi munculnya telur rebus. Dinikmati saja, toh masih telur 🙂 Untuk minumnya, boleh pilih aneka jus. Karena pagi itu buah yang tersedia di bar adanya jeruk dan jambu, saya pilih jus jeruk.


Satu ketidaknyamanan yang datang waktu tidur di sana adalah suara berisik tamu-tamu yang berangkat tidur terlambat, terdengar ke kamar dan mengganggu orang yang ingin beristirahat. Paginya ketika saya bertanya ke mbak resepsionis, dia bilang kalau itu suara tamu-tamu yang ikut pool party hingga dini hari. Eh, ada yang lain dink .. ruang gerak di dalam kamarnya tidak begitu lega. Karena tak berjendela, kamar juga sedikit lembab dan pengap. Selebihnya, aman.
Jika dilihat di laman online travel agent (OTA), Base Villa termasuk penginapan murah di Phnom Penh yang diminati backpacker dengan tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanannya, menyenangkan. Mbak di resepsionisnya juga baik banget dan informatif. Karena itu, saya pun tergoda memesan tuk-tuk untuk berkeliling Phnom Penh serta membeli metfone, sim card Kamboja lewat penginapan. Dirinya pun memberikan saya akses ke kamar (lagi) setelah check out, untuk menyegarkan diri di kamar mandi. Sebelum kembali ke pool Giant Ibis untuk berpindah kota ke Siem Reap, saya makan Nasi Goreng Khmer yang enak di Base Villa Bar and Lounge. Saleum [oli3ve].
Nikmatnya sarapan hangat di tepi kolam renang ya mbak Olive. Salam sehat selalu ya mbak.
bersyukur untuk setiap yang masih bisa dinikmati. sehat selalu mbak Prih
Mungkin jalan-jalan di Phnom Penh dinamakan dari urutan dibangunnya, mungkin 😀 Unik ya ada Grab Tuk-Tuk, di Jakarta nggak ada ya?
Sarapannya oke banget, my favorite kind of breakfast
hhaha … mungkin ya
di Jakarta kayaknya ada GrabBajaj tapi hanya ada di titik tertentu