Mengakrabi Transportasi Publik Vietnam dan Kamboja


Urusan transportasi adalah perkara krusial yang harus dipertimbangkan seorang pejalan ketika hendak bepergian di samping penginapan dan makan. Ketiga komponen tersebut memegang peran cukup besar dalam urusan geser menggeser lubang ikat pinggang aka urusan berhemat dalam perjalanan.

Naik transportasi publik, pilihan bijak untuk menyiasati membengkaknya ongkos perjalanan. Sebuah pemikiran yang menjadi poin penting saat pengambilan keputusan moda angkutan apa yang baiknya dipilih untuk berpindah dari satu kota ke kota berikutnya ketika hendak mengeksekusi rencana perjalanan Vietnam – Kamboja tempo hari.

Perkara angkutan ini pun mengemuka ketika membincangkan rencana – rencana perjalanan dengan dua lelaki, teman sekamar di Lustig Hostel, Sa Pa, Chris dan si Jerman Misterius – saya selalu lupa menanyakan nama si Jerman meski sekamar tiga hari bahkan ujung dipan kami nyaris dempetan 🙂

shuttle bus lao cai to sapa, public transportation sapa, public tranportation vietnam, hue train station
Stasiun Kereta Api Hue

Take a bus, its cheaper than sleeper train!” saran Chris ketika ditanya, balik ke Hanoi enaknya naik bus apa kereta? Perjalanan adalah pilihan! saya memilih membeli tiket sleeper train haha.

Selain ongkos, waktu, dan (kesempatan menambah) pengalaman pun menjadi acuan ketika hendak menentukan alat angkutan mana yang ingin dipilih. Bagi saya, perjalanan Vietnam – Kamboja adalah perjalanan kontemplasi juga senang – senang, santai meski tak jadi main ke pantai Mui Ne sehingga anggaran tranportasi pun dibuat wajar supaya tak menyisakan gerutu di belakang hari. Agar tak buang banyak waktu membaca panduan perjalanan dari pejalan yang setipe, baiknya perkara pilihan alat transportasi baru dikritisi setelah itinerary mulai tertata (sedikit) rapi.

Jadi, naik apa aja, Lip?

Untuk lebih memaknai perjalanan, saya memilih menyelami keseharian dan berbaur dengan warga lokal dengan mengakrabi transportasi publiknya sejak menjejak di Hanoi, naik sedikit ke utara lalu turun ke selatan hingga Siem Reap lewat perjalanan darat.

Ini 6 (enam) moda transportasi publik yang dinikmati selama berkegiatan di 8 (delapan) kota yang dimampiri di perjalanan Vietnam – Kamboja berikut kisah dramanya:

1 – Ojek Daring
Ketika tahu di Vietnam ada ojek daring, saya jadi bersemangat memesan ojek lewat aplikasi Grab demi menghemat waktu perjalanan yang jarak tempuhnya sedikit jauh atau ketika kaki mulai pegal diajak berjalan di Da Nang, Hanoi, Hue, Hoi An, dan Saigon – saya lebih senang tetap menyebutnya Saigon ketimbang Ho Chi Minh City. GrabBike menjadi transportasi andalan dalam kota. Bahkan di perjalanan Hoi An – Da Nang yang jaraknya 30 km pun saya menggunakan GrabBike.

public transportion in vietnam, train service in vietnam, grabbike in vietnam, ojek orang vietnam
Nama di aplikasi Hiep, saya panggilnya Mas OK, pengemudi ojol di Hanoi

Koq bisa melewati batas jarak maksimum?

Jadi, sore itu seharusnya saya memang pulang ke Da Nang dengan bus antar kota semacam Kopaja dari Terminal Hoi An yang berbau ikan asin. Tapiii, Nguyen van Hop, pengemudi ojol yang menjemput di penginapan dengan yakin menepikan motornya di seberang pangkalan entah bus AC tujuan mana. Karena kendala bahasa juga mengingat waktu yang mepet, saya menghindari berdebat terlebih memaksanya mencari terminal bus berbau ikan asin selain meracau, aku tuh mau ke Da Nang, Nguyeeeen.

Puji Tuhan! Insting Nguyen tanggap sehingga komunikasi tarzan kami terjalin dengan cepat. Mendengar mulut saya berulang menyebut Da Nang sambil garuk – garuk kepala, bingung bagaimana mengejar jadwal keberangkatan kereta senja ke Saigon, Nguyen mengeluarkan HP dari kantung jaketnya. Dia mengetik sesuatu lalu disodorkan ke saya .. I am from Da Nang. Rupanya dia membuka gugel translet. Jadilah kami berkenalan dulu lewat gawainya terus lanjut dengan bahasa tubuh eeh tarzan.

Keretaku pk 17.30, may I brum brum with you to Da Nang? Jika ada yang merekam, mungkin saya serupa main pantomim atau serupa lagak Sarimin pergi ke pasar, di depan Nguyen siang itu. Tapiiii .. dia paham. Melihatnya mengangguk – angguk, saya cepat – cepat mengeluarkan HP dan membuat pesanan ojek dari Hoi An ke Stasiun Kereta Api Da Nang untuk melihat tarif daring sebagai panduan ongkos ojek. Uppps .. VND 230.000 saja. Karena waktu adalah uang, lupakan ongkos bus VND 20.000 – 30.000 itu.

public transportation vietnam, grabbike in vietnam, how to get Hoi An from Da Nang
Diantar Nguyen van Hop sampai depan pintu masuk stasiun Da Nang

Walau harus mengeluarkan ongkos 10 x lipat, saya bersyukur bertemu Nguyen van Hop sore itu. Pun meski senyum – senyum diunjukin gugel translet, berkatnya tiket kereta Da Nang – Saigon saya tak hangus! Kalau mengingat kejadian sore itu di bawah pohon di tepi jalan raya, suka ngikik sendiri. Selalu ada hikmah di balik drama perjalanan. Senang dapat pengalaman ngojek paling drama berkesan.

2 – Taksi Daring
Saya berusaha menghindari untuk naik taksi ketika melakukan perjalanan sendiri. Namun sewaktu di Sa Pa, saya memilih menggunakan taksi tiap pulang ke penginapan daripada berjalan kaki malam – malam lewat jalan pintas yang gulita. Saya pun ogah jalan kaki menyusuri jalan besar karena jauuuuuh dan .. nanjak hahaa. Kalau dilalui dengan kendaraan lebih cepat sampainya. Tarif taksi dari Quong Truong Square ke Duong Dien Bien Phu VND 30.000 – 35.000 tergantung naik dari mana. Jika ingin lebih murah, saya menghentikan taksi yang lewat di sekitar Danau Sa Pa.

Kenapa gak ngojek, Lip?

Tak ada ojek daring di Sa Pa, Ferguso! Yang ada ojek pangkalan. Sekali, saya naik ojek pakai harga getok balik, sepulang dari Cat Cat Village. Walau petang hampir lalu, langit masih terang; saya berani dibonceng dengan motor oleh Phu, lelaki baik hati dari etnis Black H’mong yang mulutnya tak henti berkicau meski suaranya tak jelas karena tertiup angin hingga ke Quang Truong Square.

public transportasion in vietnam, taxi in vietnam, naik taksi di vietnam
Taksi di depan Stasiun Kereta Api Da Nang

Selain taksi daring, di Vietnam juga masih banyak taksi konvensional. Berhati – hatilah jka hendak menggunakan taksi konvensional, terlebih yang kelamaan mangkal di pinggir jalan karena biasanya supirnya enggan menggunakan argo. Kalau mau ngotot – ngototan, baiknya cek tarif taksi daring sebelum menawar ongkos taksinya. Kadang, ada juga supir taksi daring yang minta pembayaran dengan kas. Kalau tidak, dia tak mau jemput *duh mama

Di kota besar seperti Da Nang, Hanoi atau Saigon, lebih nyaman pesan taksi daring dengan aplikasi Grab. Untuk ongkos, agar dompet tak sesak dengan uang kas, selama di Vietnam – Kamboja saya sengaja menyetel pembayaran daring dengan auto debit rekening untuk mengontrol biaya perjalanan.

2 – Bus Express 86
Selain motor yang memadati jalan raya, bus kota pun ramai berkeliaran di Vietnam. Bus Express 86 tranportasi publik pertama yang saya nikmati sesaat setelah menjejak di Vietnam untuk bergerak dari Bandar Udara Internasional Noi Bai ke jantung Hanoi, Old Quarter. Busnya mudah dikenali dari badannya yang berwarna kuning dan nomor bus yang ada di atas kepalanya. Busnya berpendingin, perhentiannya di sebelah kiri pintu keluar terminal kedatangan internasional.

public transportation in vietnam, bus express 86 hanoi, bus dari bandara noibai ke old quarter hanoi, airport bus in hanoi
Karcis Bus Express 86

Kalau bus tak ada, tunggu saja. Selama masih dalam rentang waktu operasionalnya (pk 05.30 – 23.00), nanti juga dia muncul. Bus akan ngetem menunggu calon penumpang hingga semua bangku terisi bahkan sebagian penumpang berdiri baru akan bergerak. Tarifnya VND 35.000 akan ditagih oleh kondektur yang berkeliling membagikan tiket setelah bus melaju.

3 – Bus Antar Kota Berbau Ikan Asin
Jadi ini bus ¾ serupa kopaja yang melayani rute antar kota yang jaraknya 1 – 2 jam perjalanan saja. Penumpangnya sebagian besar warga lokal yang baru pulang berbelanja/berdagang dari pasar dengan gembolan khas orang pergi ke pasar. Aromanya tentu saja perpaduan asem keringat, bau matahari hingga odor pejalan yang belum sempat mandi tapi ingin tetap wangi. Jadilah saya menamainya Bus Kota Berbau Ikan Asin he . he ..

public transportasion in vietnam, cara naik bus di vietnam, taking public bus in vietnam, how to get hoi an
Menunggu bus kuning, rasanya ingin nyanyi .. Bus Sekolah 😉
public transportation vietnam, grabbike in vietnam, how to get Hoi An from Da Nang
Bus Kota Berbau Ikan Asin, busnya dilengkapi cctv lho

Saya naik bus nomor 1 jurusan Da Nang – Hoi An. Busnya berwarna kuning, hanya akan berhenti untuk menaikkan/menurunkan penumpang di tempat perhentian bus. Busnya mengandalkan pendingin alam lewat kibasan angin jendela. Tarifnya ekonomis, VND 20.000. Namun kadang kondekturnya iseng meminta ongkos lebih ke orang asing hingga VND 50.000. Agar tak kena palak, siapkan saja uang kecil sebelum naik bus dan sodorkan ke kondektur ketika dia mulai menagih. Jangan lupa berikan senyum tipis – tipis.

4 – Sleeper Bus
Mengikuti saran Christ menghemat ongkos angkutan (dan menghindari sewa kamar semalam), untuk berpindah dari kota – kota tertentu saya memilih berjalan malam – malam dengan sleeper bus untuk perjalanan Hanoi – Sa Pa dengan SaPa Dragon, tiketnya Rp 130.000 saya pesan lewat Klook semasih di Jakarta. Hanoi – Hue dengan The Sinh Tourist, tiketnya VND 350.000 pesan lewat Boulau dan Phnom Penh – Siem Reap dengan Giant Ibis, tiketnya USD 15. Sedang Saigon – Phnom Penh berangkat pagi dengan Executive Bus-nya Giant Ibis USD 18 dengan harapan sampai di tujuan masih sempat untuk jalan – jalan sebentar.

public transportasion in vietnam, cara naik bus di vietnam, taking public bus in vietnam, overnight bus in vietnam
Menghalau bosan ketika bus berhenti dengan main gawai
public transportation vietnam, grabbike in vietnam, sleeper bus in vietnam, overnight bus in vietnam
Sleeper bus Hanoi – Hue dilengkapi lampu disko 😉

Kenyataannya, Giant Ibis yang akan berjalan pagi itu mengalami kendala sehingga kami harus menunggu hingga pk 12.30 untuk diberangkatkan ke perbatasan dengan mini van yang disewa pengelola bus. Baiknya, 3 (tiga) orang staf Giant Ibis sangat kooperatif dan memberitahu dari awal kepada setiap orang yang muncul di depannya kendala yang terjadi. Saya yang biasanya cepat naik tensi jika menghadapi keterlambatan yang tak seharusnya terjadi, hanya senyum – senyum ketika mbaknya mendekati saya yang baru saja jalan keluar karena malas duduk di ruangan untuk memberi kabar keberadaan bus.

Baru kali itu berhadapan dengan petugas di agen bus yang sangat sabar mengurusi keberangkatan, pun calon penumpangnya pada kalem – kalem. Meski ada empat orang bule yang undur karena mulai bosan menunggu berlama – lama, mbaknya tetap santai melayani pengembalian tiket TANPA memotong biaya administrasi. Beruntung juga bule – bule itu undur, mini van-nya jadi muat untuk ber-18 orang yang bertahan termasuk seorang pemandu dari agen bus yang menemani di perjalanan dan membantu urusan cap mencap di perbatasan.

public transportation cambodia, sleeper bus phnom penh - siem reap, overnight bus in cambodia
Lain lubuk lain ikannya, sleeper bus di Kamboja seperti ini

Di semua bus dan mini van di atas, tersedia fasilitas jaringan nirkabel GRATIS serta stop kontak untuk mengisi daya gawai.

5 – Kereta Api
Dari semua moda transportasi publik di Vietnam yang paling diidam – idamkan untuk dinikmati adalah menumpang kereta api yang melewati Hai Van Pass. Demi bisa menikmati pemandangan, saya banyak membaca ulasan bangku mana yang baiknya dipilih sebelum membeli 1 (satu) tiket soft seat Vietnam Railways SE3 seharga VND 155.000 untuk 3 (tiga) jam perjalanan pagi Hue – Da Nang.

Tiket kereta api pertama saya beli daring di Baolau untuk 7 (tujuh) jam perjalanan malam Lao Cai – Hanoi dengan Orient Express. Tarifnya VND 809.000 untuk satu tempat tidur dengan kasur empuk di dalam kompartemen berdinding kayu berisi 2 (dua) ranjang susun. Harga tersebut sudah termasuk camilan – di kompartemen saya waktu itu disediakan aneka biskuit dan pisang – dan 4 (empat) botol air mineral 600 ml. Khusus  jalur Sapa – Hanoi – Sapa, semua kereta api yang melayani jalur ini hanya menyediakan tempat tidur.

public transportation in vietnam, sleepert train sapa hanoi, overnight train in sapa
Kompartemen saya di sleeper train dari Lao Cai ke Hanoi

Rute berkereta api terpanjang saya tempo hari adalah dari Da Nang turun ke Saigon dengan SE3. Agar masih dalam perhitungan hemat ongkos, saya membeli 1 (satu) soft seat untuk diduduki selama 22 jam. Untungnya tetangga duduk, Minh Hy, seorang bhiksu dari Da Nang, pindah ke kompartemen saat kereta berhenti di Stasiun Dieu Tri sehingga saya bisa menguasai dua bangku untuk tidur di sisa 17 jam perjalanan hingga Saigon.

Jika ingin membeli tiket kereta api Vietnam, baiknya perhatikan tipe bangku yang disediakan di tiap kereta: hard seat, hard berth, soft seat, soft berth karena harganya berbeda juga kenyamanan ketika duduk di sana.

public transportion in vietnam, train service in vietnam
Gerbong yang setengahnya berisi anak – anak tanggung yang berisik

6 – Tuk Tuk
Memasuki Kamboja, saya girang banget ketika mulai iseng membuka aplikasi Grab dan menemukan tuk tuk di sana. Gak perlu mikir mau naik angkot dari mana kan? Walau hari itu turun di agen Giant Ibis pk 19.30, tak khawatir mencari kendaraan karena bisa langsung memesan tuk tuk untuk mengantarkan ke penginapan.

Amankah, Lip? Empat hari di Kamboja kemarin, aman – aman aja tuh.

Meski begitu, tetap saja ada dramanya. Hari pertama menjejak di Phnom Penh, saya lupa belum beli kartu sim lokal karena keasikan menggunakan fasilitas nirkabel GRATIS yang lajunya sangat cepat di dalam bus. Jadi waktu pesan tuk tuk pun masih menggunakan jaringan itu. Setelah semua penumpang turun di pool, bus-nya langsung jalan donk. Saya yang belum sadar jaringan sudah HILANG, berusaha untuk kontak abang tuk tuk karena tempatnya sudah mulai sepi. Penumpang yang lain satu – satu sudah pergi dengan tuk tuk yang mangkal di pinggir jalan.

public transportation in cambodia, tuk tuk in phnom penh, how to take tuk tuk in cambodia
Grab Tuk Tuk

Terberkatilah orang yang selalu ingat untuk skrinsut pesanan daring. Si abang tuk tuk yang ganteng itu – beneran dia ganteng, jarang banget kan saya memuji orang – mukanya mulai masam ketika saya dekati tuk tuk-nya, mencocokkan nomor yang ada di aplikasi dan di badan tuk tuk. Amanlah saya diantarkan ke penginapan sama abang ganteng yang tak terlalu hapal jalan di kotanya sendiri walau sudah menggunakan bantuan om gugel.

Oh, untuk jalan – jalan jauh di Phnom Penh dan Siem Reap, saya sewa tuk tuk seharian. Tarifnya USD 25 – 28 tergantung seberapa ngotot menawar. Sewaktu hendak ke bandara pun naik tuk tuk yang mangkal di depan penginapan bayarnya USD 5.

public transportion in cambodia, tuk tuk siem reap
Tuk tuk-nya mas Sam Song di Siem Reap

Pertengahan tahun ini berencana untuk kembali ke Vietnam – Kamboja lanjut ke Laos dan keluar dari Myanmar tapi pandemi Covid-19 terlanjur merebak duluan dari akhir 2019 lalu. Walau kasus kematian karena Covid-19 di Vietnam, Kamboja, dan Laos berdasarkan data WHO di angka NOL, perjalanan kali ini harus ditunda dulu hingga nanti keadaan sudah lebih baik. Ribet juga dengan protokol perjalanan sehat ditambah adanya uang jaminan untuk masuk negara orang karena ujungnya akan tersangkut ke perkara geser menggeser lubang ikat pinggang  🙂

Tak ada yang terjadi secara kebetulan. Puji Tuhan sudah dipaksa berjalan tempo hari setelah diulur – ulur dari 2018 bahkan ingin diundur lagi ke awal 2020, saleum [oli3ve].

13 thoughts on “Mengakrabi Transportasi Publik Vietnam dan Kamboja

  1. Seru2 banget perjalanannya Mbak. Thanks for sharing! Di tengah pandemi gini cuman bisa berangan2 kapan bisa jalan lagi, jadi cukup terhibur baca tulisannya. Salam kenal dari follower baru!

    1. hi Nabilah, terima kasih sudah mampir.
      pandemi memberi banyak pelajaran, salah satunya jadi menyelesaikan draft yang tertunda selama gak melakukan perjalanan 😉

  2. Aku sepakat, kak. Tak melulu memilih yang termurah, tapi juga soal pengalaman dan jika diperlukan, kenyamanan. Naik sleeper train adalah pengalaman yang nggak mau aku lewatkan lagi saat nanti ke Vietnam (juga Thailand), apalagi ada armada baru yang modern.

    Seru tuh motoran sama Nguyen dari Hoi An ke Da Nang. Eh tapi ternyata bus berbau ikan asin itu nggak seburuk dugaanku.
    Tumben liat orang ganteng di Kamboja wkwk, pas di sana gak liat 😀

    1. motoran dari Hoi An ke Da Nang emang paling top dah, ngobrol di jalan pakai bahasa sendiri – sendiri. tapi koq ya bisa nyambung hahaha.

      gantengnya keliatan karena sudah gelap dan unsur lapar kali ya Gie

  3. Rencana bulan mei mau keliling vietnam sudah beli tiketnya, enaknya kalo di sapa berarti pakai taksi saja ya kak karena gak ada ojek online?

    1. Kalau jaraknya tak terlalu jauh, lebih asyik jalan kaki kak biar sehat 🙂 Tapi kalau untuk jarak jauh baiknya menggunakan taksi. Coba saja dicek aplikasinya sesampai di sana, siapa tahu di SaPa sudah tersedia ojek daringnya kak.

      Terima kasih

Leave a reply to Olive B Cancel reply