Choeung Ek: Lara dari Ladang Pembantaian


Pk 14.00 kurang sedikit ketika kami tiba di depan gerbang Choeung Ek Genocidal Center. Meski terkantuk – kantuk selama satu jam perjalanan dari Tuol Sleng, mata terlalu susah diajak merem. Pikiran melayang – layang pada kejadian 40 tahun lalu, saat truk – truk yang disesaki manusia, melintas malam – malam di jalan tanah bergelombang yang sekarang kami lalui. Bedanya, kami berjalan di siang hari dengan tuk tuk yang dikemudikan Sam, melaju amat lamban sehingga serpihan kecil tanah kering juga debunya yang terbang – terbang karena beradu dengan roda tuk tuk; tampak jelas.

Saya iri melihat Ike dan Yuli – duo roommate di Base Villa yang jadi kawan berjalan siang itu – bisa lelap dengan manisnya. Dari mengintip spion di atas kepalanya, saya lihat mata Sam pun mulai sayu. Ah, syukurlah sudah sampai. Kami bergegas turun dari tuk tuk, memberi kesempatan pada  Sam untuk tidur siang sambil menunggu kami berkeliling.

Hello, my name is Ros Kosal. I’d like to thank you, first of all, for coming to the Choeung Ek Genocidal Center, known to many as The Killing Fields … I was born in Phnom Penh, and I am Cambodian. Every one of us suffered, in one way or another, after what happened in our beautiful country on 17th April, 1975. That day, the fanatical leader Pol Pot destroyed our world and replaced it with his deranged vision of a ‘pure’ communist society … He ordered all of us to throw away our ancient roots and beliefs – our religions – and replace them with blind devotion to his extreme communist regime, the Khmer Rouge.

choeung ek, ladang pembantaian choeung ek, cara pergi ke choeung ek

Ros Kosal, menyambut kedatangan kami dengan suara baritonnya. Ia akan jadi pemandu kami menyusuri jejak lalu di Choeung Ek lewat audio guide. Ia menyarankan agar kami berjalan menyusuri 19 (sembilan belas) spot yang ada secara berurutan agar bisa memahami kejadian yang dahulu terjadi di sini.

Sewaktu Khmer Merah menguasai Phnom Penh, Ros dan kedua orang tua serta enam orang saudaranya terpisah – pisah. Mereka bersama warga Phnom Penh yang lain, dipaksa bergegas meninggalkan kota. Ayah, ibu, dan adik perempuannya dibawa ke sebuah kampung di propinsi lain di luar Phnom Penh dan menjadi pekerja paksa di sawah. Lima orang kakaknya (dua laki – laki dan tiga perempuan) entah dibawa ke kampung apa oleh Khmer Merah. Ros sendiri, dipekerjakan di kamp khusus anak – anak. Setelah terpisah tiga setengah tahun, Ros bisa berkumpul lagi dengan orang tua dan adiknya. Tapi kelima kakaknya tak pernah kembali ke rumah, pun tak pernah ada kabar keberadaaannya; masih hidup ataukah mengalami hal serupa dengan mereka yang mendahului?

Menyusuri Jejak Menuju Keabadian
Choeung Ek, jaraknya kira – kira 15 km di sebelah tenggara Phnom Penh. Satu dari sekitar 300 ladang pembantaian yang tersebar di Kamboja yang digunakan Khmer Merah sebagai tempat penyiksaan & eksekusi sekaligus kuburan massal pada 1975 – 1979. Mereka yang dieksekusi di sini, sebagian besar tahanan yang berasal dari penjara S-21, Tuol Sleng.

choeung ek, ladang pembantaian choeung ek, cara pergi ke choeung ek, map of choeung ek

Adanya kuburan massal di sini, tak sengaja ditemukan oleh seorang warga kampung Choeung Ek yang datang kemari untuk mencari kentang di jelang akhir 1979. Ketika sedang mengorek – orek tanah, ia mencium aroma tak sedap dan malah menemukan potongan tulang serta jasad manusia dalam jumlah tak sedikit.

Pada 1980 saat dilakukan ekskavasi dan penelitian terhadap jasad – jasad serta tulang yang ditemukan di Choeung Ek, barulah diketahui sebab – sebab kematian mereka yang tak wajar. Kapak, cangkul, bambu, bayonet, pisau, linggis dipilih Khmer Merah untuk menyiksa dan menghabisi korban. Cara lain, menggorok leher korban menggunakan duri – duri pada punggung pelepah pohon sejenis palem yang banyak tumbuh di Choeung Ek demi menghentikan suara mereka.

Bagi Khmer Merah, sebutir peluru lebih berharga daripada nyawa manusia. Pun mereka tak ingin memperdengarkan suara tembakan di malam hari. Kadang ketika sudah didorong ke dalam liang kubur, ada di antara para korban yang belum benar – benar meninggal. Untuk itu, bubuk DDT ditaburkan ke atas tubuh – tubuh tak berdaya itu guna mempercepat proses kematian mereka.

choeung ek, ladang pembantaian choeung ek, cara pergi ke choeung ek, choeung ek mass grave

choeung ek, ladang pembantaian choeung ek, cara pergi ke choeung ek, choeung ek mass grave

Dari lubang – lubang kuburan massal yang sudah digali, didapati 100 – 500 jasad. Terpisah antara laki – laki dan perempuan serta anak – anak dan orang dewasa. Ada juga satu lubang yang isinya dicampur, perempuan dan anak – anak.

Pohon Kematian
Jauh sebelum Khmer Merah datang kemari, sepetak lahan di kampung Choeung Ek ini merupakan area pemakanan Cina – beberapa makam masih bisa dijumpai di areal ini  – dikelilingi kebun buah – buahan.  Keberadaannya yang sepi dan tak terlalu jauh dari pusat kota menjadi pertimbangan baik bagi Khmer Merah, memilih Choeung Ek sebagai ladang pembantaian.

choeung ek, ladang pembantaian choeung ek, cara pergi ke choeung ek, choeung ek mass grave

Sebuah pohon besar yang berdiri tegak di tengah – tengah kebun mereka namai, magic tree. Dahan – dahannya yang kokoh, tempat menggantungkan pelantang suara yang mengeluarkan ingar bingar musik untuk membungkam teriak pilu para korban yang dieksekusi. Balita dan anak – anak, dipisahkan dari ibunya. Kedua kaki mereka dipedang kuat – kuat, badannya diputar, lalu diayun dan dihempaskan berkali – kali pada batang pohon Chankiri yang berdiri di seberang magic tree sampai suara mereka tak terdengar lagi.

choeung ek, ladang pembantaian choeung ek, cara pergi ke choeung ek, choeung ek mass grave

choeung ek, ladang pembantaian choeung ek, cara pergi ke choeung ek, choeung ek mass grave

Perempuan – perempuan yang sebelumnya diperlihatkan dan mendengar tangis pilu anak disiksa, pakaiannya dikoyak oleh tentara Khmer Merah dan digagahi sebelum dihabisi. Andai pohon itu bisa bicara, mungkin dia akan berteriak dengan lantang agar perbuatan biadab itu dihentikan.

Beberapa langkah dari sana, tentara Khmer Merah yang dituduh berkhianat pada negara, dijejalin ke dalam lubang setelah kepalanya dipenggal. Sakralnya upacara kematian yang biasa dilakukan dengan tradisi Cina di tempat ini, berubah menjadi “pesta pembantaian” di tengah malam di dalam kawasan yang dipagari rapat – rapat.

choeung ek, ladang pembantaian choeung ek, cara pergi ke choeung ek, choeung ek mass grave

Masih pantaskah orang – orang yang menghilangkan paksa nyawa sesamanya dengan cara biadab disebut manusia?

Pengakuan Eksekutor di Ladang Pembantaian
Dari Him Huy, mantan penjaga keamanan Tuol Sleng yang bertugas membawa para tahanan – Khmer Merah menyebut mereka pengkhianat meski tuduhannya dibuat – buat – dari Tuol Sleng ke Choeung Ek saya mendengar cerita; tangan – tangan korban diborgol ke belakang dan matanya ditutup kain agar mereka tak melihat apa yang terjadi serta tak membuat keributan saat digiring ke atas truk dan  diangkut malam – malam ke tempat eksekusi. Mereka hanya diberitahu akan dipindahkan ke tempat yang baru.

choeung ek, ladang pembantaian choeung ek, cara pergi ke choeung ek, choeung ek mass grave

Him Huy baru menginjak 17 tahun saat direkrut menjadi tentara Khmer Merah. Ia ditempatkan sebagai penjaga keamanan di penjara S-21. Tugasnya menerima dan mendata tahanan yang dibawa ke Tuol Sleng. Ia pun memegang data mereka yang hendak dibawa ke Choeung Ek untuk dieksekusi berikut jadwal keberangkatannya. Di akhir hari, dirinya harus memastikan data korban yang dieksekusi sudah sesuai dengan daftar yang dipegangnya, tak ada yang terlewat. Bisa kamu bayangkan, betapa sibuknya Him Huy dengan kertas berisi nama 300 orang yang dieksekusi malam itu dan yang menanti untuk esok harinya. Setiap hari dirinya mengerjakan itu dengan mondar mandir Tuol Sleng – Choeung Ek.

choeung ek, ladang pembantaian choeung ek, cara pergi ke choeung ek, choeung ek mass grave

choeung ek, ladang pembantaian choeung ek, cara pergi ke choeung ek, choeung ek mass grave

Pada bulan kedua di 2008, Kaing Guek Eav a.k.a Duch yang sedang menjalani persidangan dibawa ke Choeung Ek. Di bawah pohon kematian, ia berlutut dan menangis. Bahkan kamu bisa mendengarnya bertutur ketika mangakui kesalahan dan bertanggung jawab atas tindakan – tindakan keji yang dilakukan oleh anak buahnya di Tuol Sleng maupun Choeung Ek, selama menjadi kepala penjara S-21.

Jiwa – jiwa yang lara, beristirahatlah dalam damai
Belum setengah tempat ini disusuri, namun rasa sudah tercabik – cabik mendengar penuturan mereka yang pernah merasakan siksaan semasa rezim Khmer Merah berkuasa. Saya melangkah pelan – pelan menyusuri pinggiran empang di belakang ladang pembantaian dengan sesekali menyeka campuran keringat dan air mata yang mengalir di wajah.

choeung ek, ladang pembantaian choeung ek, cara pergi ke choeung ek, choeung ek mass grave

choeung ek, ladang pembantaian choeung ek, cara pergi ke choeung ek, choeung ek mass grave

Pengelola Choeung Ek telah membuat jalan – jalan setapak di antara tempat peristirahatan yang telah digali dan sengaja dibiarkan tetap menganga agar setiap orang yang berkunjung ke sini dapat melihat pun membayangkan apa yang dulu pernah terjadi. Jembatan kayu juga dibuat mengambang di atas permukaan tanah untuk perlintasan pengunjung agar tak menginjak peristirahatan yang ada di bawahnya. Bahkan jika berjalan dengan mata awas, akan tampak tulang ataupun potongan baju yang muncul di permukaan tanah karena terkikis air hujan.

Meski sudah lebih 100 kuburan massal yang digali dan jasadnya dievakuasi serta dikuburkan kembali dengan layak di sini; masih ada puluhan yang dibiarkan sebagaimana adanya karena terbenam di dalam ceruk besar yang telah berubah menjadi tanah gembur bahkan kolam yang digenangi air. Tak mungkin untuk digali dan dibongkar. Yang bisa dilakukan adalah mengirimkan doa bagi jiwa – jiwa mereka agar beristirahat dalam damai.

choeung ek, ladang pembantaian choeung ek, cara pergi ke choeung ek, choeung ek mass grave

Panduan berkunjung ke Choeung Ek:

  • Kenakan pakaian yang menyerap keringat
  • Bawalah topi (dan payung kecil) untuk menghindari panas/hujan
  • Kenakan masker karena perjalanan Phnom Penh – Chuoeng Ek berdebu (apalagi kalau kamu pakai tuk tuk)
  • Sewalah audio guide untuk memandu berkeliling karena tak ada pemandu kecuali kamu ikut trip yang dikelola biro perjalanan disertai pemandu lokal. Dari audio guide dengan banyak pilihan bahasa ini, perjalananmu akan dilengkapi dengan kisah – kisah mereka yang selamat juga cerita para eksekutor pada masa itu.
  • Sewalah tuk tuk khusus untuk menemani perjalanan datang hingga pulang. Meski kamu bisa memesan tuk tuk daring lewat aplikasi Grab, baiknya jangan mengambil risiko mengingat Choeung Ek sudah sangat sepi di jelang petang.
  • Jika kamu penikmat sejarah yang melankolis, sediakan waktu yang sedikit lebih panjang (2 – 3 jam untuk berkeliling) dari panduan berjalan yang disarankan oleh pejalan lain.

Choeung Ek Genocidal Center
Choeung Ek Commune
Khan Dangkor, Phnom Penh

Buka setiap hari pk 08.00 – 17.00
HTM USD 6 (dengan audio guide)

choeung ek, ladang pembantaian choeung ek, cara pergi ke choeung ek, choeung ek mass grave

Pada 1988, pemerintah Kamboja membangun sebuah stupa (menara) peringatan untuk mereka yang meninggal di Choeung Ek. Meski menara ini berdiri menghadap gerbang dan menyambut kedatangan pengunjung yang memasuki pekarangan Choeung Ek, tempat ini adalah spot ke-18 yang dimampiri setelah berkeliling ladang pembantaian.

Di dalam menara ini, ditempatkan lemari kaca yang dibuat 17 level untuk menyimpan tulang – tulang dan tengkorak para korban yang telah diekskavasi dan diperiksa dengan saksama oleh ahli forensik. Pada sepuluh level pertama, disimpan 9.000 tengkorak yang ditempatkan sesuai kategori ilmiah dan diberi label. Ketika melihatnya, kamu akan tahu bagaimana dan dengan apa mereka dihabisi. Pada level atas, tempat untuk menyimpan tulang utama seperti tungkai kaki, lengan, juga tulang rahang. Sedang tulang – tulang yang lebih kecil, dikuburkan kembali ke dalam tanah.

choeung ek, ladang pembantaian choeung ek, cara pergi ke choeung ek, choeung ek mass grave

Jika dicermati, desain menara peringatan ini dibuat lebih besar dan tinggi dari rumah – rumah suci sebagai tempat peringatan jiwa – jiwa yang telah pergi. Simbol Hindu dan Buddha berpadu pada ornamen luarnya. Burung garuda, kendaraan Wisnu; ditempatkan pada setiap sudut pilanya. Lalu di ujung – ujung atap di atasnya, menjadi dudukan naga. Dalam mitodologi Hindu, garuda adalah raja dari segala burung musuh bebuyutan dari naga. Lalu kenapa mereka ditempatkan berdampingan pada sebuah bangunan peringatan? Ketika semua yang berseteru, berkumpul dan bersatu; perdamaian terjalin.

Setiap tanggal 20 Mei, ratusan bhiksu dan warga kamboja akan berkumpul untuk sebuah seremoni di sekitar stupa untuk mengenang dan berdoa bagi ketenangan jiwa – jiwa yang telah mendahului. Serta sebagai pengingat kengerian yang dilakukan Khmer Merah tak berulang di masa mendatang.

choeung ek, ladang pembantaian choeung ek, cara pergi ke choeung ek, choeung ek mass grave

choeung ek, ladang pembantaian choeung ek, cara pergi ke choeung ek, choeung ek mass grave

Sebelum melangkah keluar dari Choeung Ek, kami mampir ke museum yang ada di sisi depan di dekat loket pembelian tiket. Koleksinya tak banyak, karena cerita sebenarnya dari peristiwa yang terjadi di tempat ini terekam di setiap jengkal pekarangan luas di luar sana. Masuklah ke ruang kecil di dalam untuk menonton dokumenter pendek berdurasi 15 menit yang merekam masa – masa awal penemuan ladang pembantaian Choeung Ek. Saleum  [oli3ve].

2 thoughts on “Choeung Ek: Lara dari Ladang Pembantaian

  1. Sedih banget membaca sejarah tempat ini, kak. Jahat banget rezim itu, mau mati “aja” masih disiksa dulu 😦
    Aku justru pernahnya ke Killing Fields yang ada di Siem Reap, jauh lebih kecil dari yang di Phnom Penh. Ternyata ada banyak banget, sampai 300 spot.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s