Kak, sini aku fotoin. Senyum, ya!
Belum lagi dijawab, kamera yang tadinya tergeletak di sofa sudah berpindah ke pelukannya. Saya meraih tali kamera, berjaga – jaga jika terjatuh, tak sampai tergeletak dan guling – guling ke lantai. Meski tampak kesulitan menempatkan jari – jari kecilnya yang pendek – pendek pada badan kamera; dirinya tak menyerah hingga terdengar salakan shutter berulang.
Eh, Neng! Itu lensanya belum dibukaaa!
Oh iya. Ia menyeringai, mempertontonkan gigi coklatnya. Kakak lihat dululah hasilnya.
Tanpa diminta, ia lalu bercerita, sudah terbiasa dengan kamera. Tak perlu ditunjukkan cara memegang dan mengoperasikannya. Jawabannya membuat saya senyum – senyum sembari memerhatikan jemarinya yang berpindah dengan cepat mengikuti gerak jari – jari saya menyetel lensa kamera di genggamannya ke posisi manual.
Ok, diulang lagi ya, kak.
Rika Ayu Tantri namanya. Usianya 8 (delapan) tahun. Rika dibesarkan oleh neneknya dalam keadaan serba kekurangan di Lombok. Setahun lalu ketika dirujuk berobat dari Bali ke Jakarta, Rika disebut pasien malnutrisi akibat kurang gizi yang juga bermasalah dengan kulitnya. Setelah kontrol dan dilakukan pemeriksaan berulang di RSCM, muncul diagnosa baru, Rika mengalami porfiria, – di dunia medis dikenal juga dengan nama vampire disease – penyakit kelainan genetik yang membuat tubuhnya tak bisa terpapar matahari langsung. Jika itu terjadi, kulit tubuhnya akan melepuh.
Porfiria membuat penglihatannya pun terganggu. Untuk melihat, Rika hanya bisa menggunakan mata kanannya yang juga mulai buram. Jika diminta membaca buku, ia akan mendekatkan buku yang dipegangnya ke mata kanannya agar tampak jelas. Bila tidak, ia akan merayu dengan alasan,”Kak, tolong bacain ceritanya. Aku tidak bisa membaca ini kak, tulisannya bahasa Inggris.”
Rika, salah seorang adik dampingan di Rumah Harapan Indonesia (RHI). Meski di Jakarta Rika sendirian, tak ada keluarga yang menemaninya; dirinya selalu ceria, ceriwis, dan cepat akrab dengan orang yang baru dijumpainya. RHI Jakarta adalah rumahnya sejak Desember 2018 lalu. Kakak – kakak pengurus dan volunteer RHI serta adik – adik dampingan dan keluarganya yang juga tinggal sementara di RHI adalah keluarga barunya. Selain Rika, di RHI Jakarta saat ini ada Aren, Bintang, Fikri, Iva, Nafisa, Naura, Ragil, Rahmat, Syahdan, dan Zahira.
RHI adalah rumah singgah GRATIS yang diperuntukkan bagi anak – anak sakit berat namun tidak menular yang dirujuk berobat/rawat jalan ke rumah sakit di Jakarta, usia 0 – 17 tahun, dari keluarga tak mampu, dan berasal dari luar Jakarta. Di RHI, kebutuhan harian mereka – dan seorang pendamping yang menemani – seperti tempat tidur di kamar berpendingin, transportasi dari RHI ke rumah sakit (dan sebaliknya), makanan, susu, popok dan lain – lain; disediakan oleh RHI selama mereka tinggal dan menjalani pengobatan.
Menurut Valencia Mieke Randa, – oleh adik – adik dampingan RHI akrab disapa Kak Valen – pemilik Yayasan Sahabat Valencia Peduli dan pendiri RHI, hatinya tergerak untuk mendirikan rumah singgah bagi anak – anak dari keluarga tak mampu ketika di kunjungan rutin ke RSCM, ia melihat keluarga pasien yang berasal dari luar Jakarta, berbaring di selasar rumah sakit. Mereka harus kucing – kucingan dengan petugas keamanan karena memang tak diperkenankan untuk tidur di selasar rumah sakit. Bila petugas keamanan datang, mereka bergegas mengemas barang – barang. Lalu harus ke mana? Di Jakarta mereka tak punya keluarga, pun ongkos untuk membayar penginapan murah tak ada karena untuk berobat saja; dana mereka sangat terbatas.
Kunjungan rutin yang dilakukan Kak Valen ke anak – anak yang menjalani perawatan di RSCM adalah bagian dari penggenapan janjinya untuk bikin Tuhan senang. Melayani Tuhan tak selalu harus menjadi pendeta kan? Ada banyak cara yang bisa kita lakukan, tutur KaK Valen satu sore di sekertariat RHI.
Akhir 2014, RHI Jakarta resmi membuka pintu rumah lebar – lebar menyambut tamu – tamu kecil dari luar kota yang datang berobat ke Jakarta. Semua bisa mewujud berkat bantuan orang – orang baik yang dikirimkan Tuhan. Kehadiran RHI Jakarta disusul RHI Bandung, RHI Denpasar, RHI Makassar, RHI Aceh, dan RHI Semarang. Pada 2017 seiring meluasnya misi RHI untuk membantu anak sakit dari keluarga tak mampu dengan membangun rumah singgah di kota – kota besar di Indonesia; Raline Shah bergabung sebagai co-founder dan marketing RHI, juga Vivi Tolgay ikut membantu merapikan manajemen RHI.
Rencananya pada 2020 nanti RHI akan membuka lagi 3 (tiga) rumah singgah di Surabaya, Yogyakarta, dan Medan. Pun di awal 2020, sewa rumah RHI Jakarta dan Bandung harus diperpanjang agar adik – adik dampingan yang berada di Jakarta dan Bandung bisa tetap tinggal di RHI.
27 Oktober lalu, Kak Valen, Kak Raline, dan kakak – kakak #SuperHeroRunners berlari di Electric Jakarta Marathon 2019; menggalang dana untuk Sewa Rumah RHI lewat Kitabisa.com. Yuk, lakukan sesuatu! Masih ada 10 (sepuluh) hari untukmu menjadi bagian dari kegiatan ini, menyemangati adik – adik yang sedang berjuang dengan ikut membantu menyelesaikan misi #SuperHeroRunners.
Walau sakit mereka berat, keriaan masa kecil tak lepas dari keseharian mereka. Saya pun jadi terpacu untuk berbagi cerita di keseharian mereka yang penuh warna, tentang tetralogy of fallot tak mematahkan semangat Aren untuk kembali bersekolah setelah operasi jantung, Naura yang tak hilang riangnya meski penglihatannya hilang karena neuroblastoma, kebimbangan Nafisa setiap kali mendengar kateter, Syahdan yang tak bisa diam walau sesekali ada bunyi ngrookk .. ngrook .. dari lehernya yang bolong dipasangi alat bantu napas dan banyak lagi.
Senyum adik – adik dampingan di RHI adalah energi buat orang – orang sehat di sekitar mereka agar terus bersemangat berbagi hal – hal positif. Yakin gak mau ikutan? Laukanlah hal sederhana dan paling gampang: bantu BAGIKAN tautan ini karena saya yakin banyak orang – orang baik yang akan digerakkan untuk membantu adik – adik RHI, saleum [oli3ve].
Kadang ada bagian dari hidup yang sulit dimengerti, salah satunya adalah ketika anak-anak ini ‘diizinkan’ sakit. Namun, kiranya sukacita dan pengharapan adik-adik ini nggak padam, pun kakak-kakak volunteernya juga semangat terus melayani 🙂
Thanks for sharing, Kak Olive!
cocok buat warung sate gak kak? 😉
Cocok-cocok aja nih kak, tinggal ditambahin sedikit bahasan biblikalnya hehehe