Ada kawan pernah bertanya begini,”Lip, kalau bepergian enaknya menginap dimana ya? Hotel atau hostel?” Sebelum menjawab, saya balik bertanya beberapa hal padanya. “Emang loe mau jalan – jalan kemana? Bikin anggaran untuk perjalanan, gak? Dari anggaran tersebut, loe bikin alokasi untuk penginapan, transportasi, konsumsi, dan biaya senang – senang, gak?” Maaf, saya memang orangnya sangat perhitungan meski untuk perjalanan senang – senang ke tempat yang tak jauh dari rumah. Dari seorang kawan yang lain, saya pun mendengar cerita seorang kawan berjalan padanya kalau si Olip itu, duit parkir seribu perak aja dicatat di laporannya! 🙂

Begini, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan ketika mencari – cari tempat menginap saat hendak bepergian. Baiknya pilihlah penginapan yang tarifnya terjangkau isi dompet, artinya sesuai anggaran perjalanan, lokasinya strategis – ini tergantung dari kegiatan yang dilakukan selama bepergian – agar biaya yang dikeluarkan tak memengaruhi pos – pos lain yang sudah dianggarkan. Pertimbangkan juga fasilitas yang ditawarkan oleh penginapan yang disasar, kenyamanan, dan keamanannya. Jika belum pernah ke tempat yang dituju, rajin – rajinlah membaca ulasan pejalan lain tentang penginapan – penginapan tersebut. Jangan terpaku pada ulasan satu pejalan saja. Carilah referensi lain karena sering pejalan Indonesia membuat ulasan dibumbui drama, baca juga ulasan pejalan asing sebagai pembanding.

Karena sangat pemilih, ketika melakukan perjalanan dengan biaya sendiri, saya pun jadi sangat selektif memilih penginapan. Di perjalanan Vietnam – Kamboja selama 21 hari, saya memilih hostel sebagai tempat menginap di setiap kota yang disinggahi. Meski hostel tarifnya lebih murah dari hotel, tak jarang pelayanan di hostel lebih menyenangkan dibanding dengan hotel yang tarifnya lebih mahal. Pandai – pandailah memilih.
Saya menemukan Lustig Hostel, penginapan saya selama 2 (dua) malam di Sa Pa, Vietnam setelah bolak – balik mengintip laman online travel agent (OTA) andalan Agoda, Booking.com, dan Traveloka. Lustig Hostel waktu itu hanya muncul di Booking.com dengan gambar – gambar kamar yang menggoda dan harganya pun murah. Agar lebih hemat lagi, saya memesan kamar mixed dorm – kamar asrama campuran untuk laki – laki dan perempuan – yang berisi 4 (empat) unit ranjang susun. Tarif kamarnya Rp 100.000/malam sudah termasuk sarapan. Meski di hari kedatangan saya masuk kamar pagi – pagi, saya hanya membayar kamar untuk dua malam saja. Asik kaaaaan?! Mana ada hotel yang mengabaikan tarif kamar semalam untuk tamu yang melakukan very early check in?
Lustig Hostel berdiri di tepi Duong Dien Bien Phu, jalan raya yang dilalui oleh Sapa Dragon Express, sleeper bus yang saya tumpangi dari Hanoi. Berhubung waktu kami lewat di depannya masih pk 03.30 dan bus hanya berhenti di perhentian yang telah ditentukan; saya pun ikut bus hingga perhentian terakhir di H’Mong Sapa Hotel. Pk 06.00 ketika langit mulai terang, saya memesan taksi daring lewat aplikasi Grab ke Lustig Hostel. Bila berjalan kaki sebenarnya tidak terlalu jauh. Karena jalanannya ‘nanjak ditambah pula harus memanggul Meywah serta menggendong Heijo dengan mata kriyep – kriyep; mending duduk manis di taksi kan?
Urusan check in di Lustig Hostel baik – baik saja meski sempat tersendat karena mas yang bertugas menerima tamu pagi itu tampak terkantuk – kantuk usai berjaga malam dan abai mengecek informasi kalau tamu perempuan yang datang pagi – pagi ke penginapan telah dikirimi surat konfirmasi, BOLEH masuk kamar pagi – pagi TANPA dikenai biaya tambahan. Setelah semua jelas, si mas menyerahkan kunci kamar, sebuah kantung serut berwarna coklat muda berisi handuk mandi, handuk muka berikut perlengkapan mandi, dan sebotol air mineral uk 330ml serta mengantarkan ke kamar di lantai 1.

Kami masuk kamar mengendap – endap karena di kamar pagi itu ada 2 (dua) penghuni kamar yang masih meringkuk di balik selimut yang tebal. Keduanya laki – laki. Seorang di ranjang dekat pintu masuk, mas – mas dari Amerika yang ramah, dan senang tersenyum. Namanya George. Seorang lainnya di dekat pintu ke balkon. Kulitnya kecoklatan, rambutnya ikal, agak – agak misterius, dan kami tak pernah berkenalan selain saling melempar senyum. Itinerary perjalanan kami bertiga nyaris serupa, kecuali mereka lebih memilih menyewa motor selama di Sa Pa dan berjalan ke lebih banyak tempat selama di Vietnam terutama George.

Saya mendapatkan tempat tidur di ranjang bawah, di pojok kamar. Ranjangnya di ujung kaki ranjang si mas – mas misterius. Tiap ranjang mendapatkan satu bantal kepala yang empuk dan selimut yang tebal. Selain itu di sisi ranjang juga dilengkapi stopkontak dan lampu baca kecil. Loker dengan laci berkunci berdiri di antara ranjang.
Pssttt .. sesuai gambar yang ditampilkan di Booking.com, ruang – ruang di Lustig Hostel legaaaaa temasuk kamarnya. Jarak antar ranjang pun sangat manusiawi. Di depan ranjang yang berderet ada dua meja kayu dengan bangku – bangku rotan pendek untuk duduk – duduk. Meski Sa Pa daerah dingin, setiap kamar tetap dilengkapi dengan AC dan perapian yang belum berfungsi ketika saya menginap di sana.

Ada ketentuan tak tertulis, setiap penghuni kamar yang kartunya tersangkut di slot kunci wajib memberitahu penghuni lain yang ada di kamar agar sigap menukar kartu jika tak ingin gelap – gelapan di kamar mandi atau sedang mengisi daya barang elektronik ketika hendak keluar kamar. Setelah mengingatkan beberapa aturan penting yang harus ditaati dan dijaga selama tinggal di Lustig Hostel, masnya pun pamit. Saya, tidur – tiduran hingga ketiduran padahal niatnya cuma mau lurusin punggung sekejap. Kasurnya keterlaluan empuknya 🙂

Kamar mandi bersama ada di dalam kamar dengan dua ruang pancuran yang airnya panas dan dingin, dua ruang toilet dengan kloset duduk, serta dua wastafel dengan cermin lebar. Di dalam ruang itu juga ada lemari kayu disekat – sekat. Gak jelas juga kenapa lemari itu ditempatkan di kamar mandi. Waktu menginap di sana saya biasa memanfaatkan raknya untuk menaruh baju ganti & peralatan mandi. Di dekat lemari itu, tersedia pula keranjang untuk pakaian kotor. Lustig Hostel menyediakan sandal kamar di rak sepatu yang ada di samping pintu kamar mandi untuk dikenakan penghuni kamar selama di hostel. Jika selesai dikenakan, sandal WAJIB dirapikan kembali pada tempatnya.
Yang lebih menyenangkan lagi, di Lustig Hostel tiap – tiap kamar memiliki jendela kaca hampir setinggi langit – langit dan selebar kamar sehingga di siang hari tinggal buka tirai dan cahaya akan menerangi seluruh kamar. Jika ingin menikmati udara luar, pintunya bisa digeser selebar – lebarnya atau ambil saja bangku rotan dan duduk – duduk di balkon sembari menikmati puncak gunung tertinggi di Indochina; Gunung Fansipan (jika sedang tak turun kabut).

Jika ingin lebih nyaman di kamar sendiri, ada Deluxe Double Room juga yang bisa dipilih. Tapi kalau anggaran kamarnya memang hanya cukup untuk satu ranjang di kamar asrama, boleh kok minta dipasangkan tirai di ranjangnya karena setiap ranjang memang sudah dilengkapi dengan rel untuk tirai. Lumayan kan tidur gak dilihatin teman sekamar, apalagi yang biasa tidur cuma pakai kolor 🙂

Sarapan tersedia di ruang makan, di samping lobi pada pk 07.00 – pk 09.00. Setiap tamu hostel boleh memilih satu dari 10 (sepuluh) menu utama yang baru akan disiapkan usai dipesan. Sedang menu pendampingnya sudah disiapkan di meja seperti buah potong, pisang madu, roti, dan dua macam cake yang dipotong kecil – kecil. Minumannya ada teh/kopi tinggal seduh, juga jus. Selama di Lustig Hostel, saya sarapan Choco Banana Pancake yang enak bangeeet. Trus masih juga meraup pisang untuk bekal di jalan haha.
Menyatu dengan ruang makan, ada meja khusus yang dilengkapi dengan dua unit komputer untuk dipakai berselancar dengan wifi yang larinya cukup kencang. Wifi hostel bisa diakses dari lobi hingga kamar. Jika ingin menonton, sebuah TV layar datar uk super jumbo tersedia di ruang makan.
Di samping lobi, ada mini swalayan yang menyediakan keperluan sehari – hari sekaligus sebagai tempat penitipan tas ketika tamu sudah check out tapi masih ingin berjalan – jalan tanpa dibebani tas besar – besar. Di seberangnya, lounge dengan bangku yang nyaman untuk selonjoran bahkan tidur – tiduran.
Lustig Hostel
762 Duong Dien Bien Phu, Sa Pa, Lao Cai, Vietnam 330000
Telp. : +84 90 293 96 83
Sebelum lupa, satu lagi yang menyenangkan di Lustig Hostel adalah taman bunga di pekarangannya! Tak luas, tapi melihat yang hijau – hijau dan bunga warna – warni di depan mata kan segar. Karyawannya pun ramah dan baik hati, sabar serta selalu tersenyum ketika meladeni pertanyaan dari tamu. Dari beberapa karyawan di sana, saya paling senang berbincang dengan Mac. Orangnya informatif, senang bercerita walau kadang terkesan ingin tauuu aja tamunya hendak kemana haha.
Lustig Hostel berada di ketinggian. Kalau ingin turun ke kota Sa Pa, jalan kaki 10 menit pun sampai dengan memotong jalan lewat jalan kampung. Jika mau menyusuri Duong Dien Bien Phu bisa juga, hanya jalannya lebih jauh. Nah, saat kembali dari kota, saya pasti melalui jalan itu dengan menumpang taksi daring! Koq gak jalan kaki, Lip? Karena jalannya nanjak dan muter, sedang kalau memangkas lewat jalan kampung; malam – malam sudah gelap.

Ada beberapa kedai Pho di kiri kanan Lustig Hostel. Namun kalau ingin yang lebih bervariasi, berjalanlah 100 meter dari Lustig Hostel ke arah kota. Lebih baik lagi cari makan di pusat kota yang pilihan tempat makannya buaanyaaak. Mac pun cukup paham tempat – tempat makan yang OK di pusat kota.
Di hari kepulangan, Mac pula yang saya mintai tolong untuk memesankan tiket shuttle bus ke Lao Cai – 1 jam perjalanan dari Sa Pa – karena saya pulang ke Hanoi dengan menumpang sleeper train. Karena hari itu saya masih jalan ke puncak Fansipan, Mac mengingatkan untuk siap – siap di lobi 30 menit sebelum pk 17.00 karena shuttle bus selalu datang menjemput tepat waktu. Ternyata benar lho, untung saya sudah leyeh – leyeh di lobi sedari pk 16.00. Saat bus baru saja bergerak dari depan hostel, saya sudah berjanji dalam hati jika tahun depan kembali ke Sa Pa, Lustig Hostel akan tetap jadi pilihan tempat menginap, saleum [oli3ve].
Ga naek cable car di fansipan? Gw naek cable car di da nang, dan ternyata keren bener cable car di bana hils 🙂 termasuk satu yanh terpanjang di dunia 😛
naik donk .. blom sempat diulas hehe
Ditunggu liputannyah
Kalau ada yang bertanya seperti itu, aku pun akan menanyakan beberapa hal dulu: budget-nya berapa? apakah mau tidur sekamar dengan orang asing? apakah akan merasa terganggu bila diajak ngobrol orang lain? dsb.
Waaaa hostelnya memang cakep, kak! Aku suka banget sama unsur kayu sama dinding kacanya, seperti hostel rasa hotel. Poin plus juga karena disediakan sandal dan menu sarapan yang variasinya nyaris setara hotel bintang 2.
hostelnya bikin betah deh
Belom pernah ke vietnam :’
tapi dilihat dari hostelnya, bagus ya mba ya ._.
iya, bersih lagi murah 😉
Wahh ternyata tempatnya seru juga ya mbak. Dan yang lebih penting lagi. Hemat…