Lusuh tapi menarik. Kesan yang didapatkan saat pertama kali berkeliling di jalan – jalan lengang kota tua Georgetown, Penang beberapa tahun lalu. Di satu kesempatan, ketika memasuki salah satu jalan tempat rumah – rumah lama dengan teras dan ruang tamu yang sempit dijadikan tempat usaha pemiliknya berdiri berdesakan, saya menjumpai barang – barang yang dijual tampaknya sepantaran dengan usia pemilik toko. Pemandangan yang menambah tak hanya kesan lusuh tapi juga berumur pada kota yang didirikan oleh Francis Light pada 11 Agustus 1786 lalu di Semenanjung Barat Malaysia ini.

Terkenal dengan akulturasi budaya, bahasa, dan agama yang adem dari warganya yang multi etnis, menjadikan Penang sebagai destinasi wisata yang unik dan menyenangkan untuk dikunjungi.
Tahun lalu, ketika kembali ke Penang, saya hanya memiliki waktu setengah hari untuk menikmati Georgetown setelah mengikuti kegiatan selama lima hari penuh. Agar waktu luangnya maksimal, saya harus beranjak pagi – pagi dari hotel. Beruntunglah hotel tempat saya menginap berada di jalan yang sama dengan tempat perisitirahatan Opa Francis Light. Hotelnya di ujung yang satu, Opa Francis di ujung satunya lagi haha. Jadi, pagi itu saya bisa mampir memberi salam terlebih dulu pada The Founder Father of Penang di Protestant Cemetery. Psstt, jangan bilang – bilang ya, saya masuknya dengan melompat pagar karena pagi – pagi tukang sapu taman belum datang dan gerbangnya masih digembok 🙂

Saya pun mampir sebentar ke St George’s Church, sayangnya hari itu gereja tutup sehingga tak bisa masuk ke dalam ruang ibadah. Tak apa. Masih ada hari esok, pula saya bisa menikmati prasasti berisi ungkapan terima kasih untuk Opa Francis Light karena telah menata kota selama menjadi gubernur Prince of Wales Island, nama Pulau Penang pada masa itu. Prasasti tersebut ditempatkan di dalam sebuah monumen berkubah di pekarangan gereja Anglikan tertua di Asia Tenggara itu.


Selepas dari St George’s Church, saya menyusuri jalan – jalan di kota tua Georgetown tanpa memiliki tujuan. Iseng saja. Karena berjalannya di bawah terik, makin lengkaplah suasana yang diberikan dengan kehadiran panas yang menyengat. Pada diri saya hanya bisa meledek, ”makanya Dul, topi dibawa bukan disimpan di koper!”
Sebagai penikmat kisah lalu, saya menikmati saat berkeliaran di Georgetown tanpa terpaku pada tempat – tempat yang direkomendasikan pejalan lain yang malah ramai diserbu turis. Berjalan dengan cara begini lebih sering menemukan kejutan – kejutan yang tak terpikirkan. Contoh, ketika melintas di depan vihara Dewi Kuan Im padahal tak ada agenda ke situ. Menurut catatan sejarah, vihara Dewi Kuan Im adalah vihara tertua di Penang yang dibangun di Penang pada 1728 oleh orang – orang Tiongkok yang datang pertama kali ke Penang.

Oh, tapi saya beruntung siang itu. Karena tanpa sengaja berbelok ke Penang Road dan mendapati antrean panjang di pinggir jalan. Penasaran, saya mendekat. Ternyata orang – orang ramai itu sedang mengantre Cendol Teochew, cendol legendaris yang katanya harus diicip bila berada di Penang. Meski sudah lima kali ke Penang, saya baru sekali minum Cendol Teochew. Itu pun minumnya di Sunway Putera Mall, Kuala Lumpur! 🙂 Yasudah, saya pun ikut antre. Kejutan berikutnya, saya diomeli dengan bahasa Kanton oleh engkong pedagang cendol yang berada di seberang gerobak Cendol Teochew karena menikmati cendol saingannya sembari berdiri di dekat gerobaknya! Maaf, cendolnya gak sempat difoto karena kena omel duluan 🙂

Menikmati tinggalan masa dan kuliner, dua hal yang tak bisa dipisahkan dari Penang. Bagi penikmat sejarah, Penang adalah destinasi yang menyenangkan. Demikian juga bagi pemburu kuliner. Keluar masuk kedai makanan di Penang, kesempatan yang tak boleh dilewatkan. Saya jadi teringat malam terakhir di Penang tahun lalu, usai kegiatan yang melelahkan, saya “diculik” dua orang panitia ke New Lane Hawker Center di Lorong Baru.
Sepulang makan tengah malam itu, muncul grup whatsapp Oyster Omelette yang tak berkesudahan membahas telur dadar tiram dan kawan – kawan yang kami nikmati di emper apotik sembari menunggu hujan reda. Ah rindu.

Awal November nanti, di dua seperempat abad kepergian Opa Francis, saya akan kembali (lagi) ke Penang. Belajar dari pengalaman lalu, maka untuk perjalanan yang akan datang, saya menambah masa tinggal 1 – 2 hari demi berlama – lama menikmati Georgetown. Karena tiket perjalanan pergi pulang sudah di tangan, bolehlah mulai menyusun rencana perjalanan terutama untuk 2 (dua) hari terakhir.

Setelah #XperienceSeru di ESCAPE Theme Park akhir 2013 lalu, rasanya tahun ini ingin menikmati yang hijau – hijau dari Curtis Crest Tree Top Walk di The Habitat Penang Hill serta mengunjungi beberapa museum yang belum sempat disambangi di Georgetown. Khusus untuk The Habitat, saya sudah memesan tiket masuknya lewat daring agar di sana nanti tak perlu jalan terlalu pagi demi menghindari macet dan antrean ke Penang Hill untuk membeli tiket. Lho, koq bisa, Lip?
Bisa donk, kan ada Traveloka Xperience! Sebuah fitur yang disediakan oleh Traveloka untuk membantu pejalan (dan pengguna aplikasi Traveloka) mengatur perjalanan dengan memesan tiket atraksi di destinasi pilihan. Selain itu, lewat fitur ini juga kamu bisa mencari dan memesan tiket/paket: tur, bioskop, hiburan, olah raga, taman bermain, pijak dan spa, perlengkapan perjalanan, transportasi di tempat tujuan, urusan makan/minum hingga kegiatan kursus/workshop yang ingin diikuti, di dalam bahkan di luar negeri.

Jika selama ini sudah terbiasa memesan tiket perjalanan dan penginapan lewat Traveloka yang tak ribet, demikian pula dengan pemesanan tiket atraksi di The Habitat. Tinggal buka aplikasinya dan cari atraksi yang diinginkan. Pilihan cara pembayarannya pun mudah tinggal klak klik aja sesuai pengaturan keuangan kamu. Beres deh tanpa beranjak dari bangku. Oh ya, kabar baiknya lagi; membeli tiket The Habitat lewat Traveloka Xperience harganya lebih murah! Asik kan?!
Georgetown telah memikat hati sedari pertama menjejakkan kaki di sana. Karenanya setiap kembali ke Georgetown ada beberapa tempat yang tak pernah bosan dikunjungi lagi dan lagi. Sister Curry Mee, salah satunya. Nanti sebelum ke The Habitat, saya mau mampir melepas rindu dan sarapan Curry Mee Spesial di kedai Oma Lim Bersaudara di Pasar Air Itam. Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui.

Bagi penggemar foto, ada banyak kegiatan keseharian warga Georgetown yang menarik untuk diabadikan. Pun jika mau iseng mencari spot – spot mural yang bertebaran di beberapa tempat bagi beberapa pejalan juga menyenangkan. Ada yang mau bersua di Penang? Kabari ya jika kamu juga ke Penang di awal November, siapa tahu kita bisa berburu kuburan eh, makanan bersama he he, saleum [oli3ve].
Waaa, feb tahun depan saya mau ke penang kak! Serulah ya kayanya hehe
kirain November biar bisa hunting bareng haha .. Penang memang serunya menyenangkan
Jadi kakaknya baru ke George town saja kah? Business trip ya kak? Btw, saya mau coba ke Monkey beachnya di Penang
sudah ke beberapa tempat di Penang sih, cuma pengen ngulik Georgetown lebih dalam 🙂
Monkey beach yg TN Penang ya? blom pernah ke sana, keknya seru juga tuh nge-bus
Iyaaaa, saya mau ke monkey beachnya. Katanya bagus uwu
atau the top penang, tau gak kak? Pengen ke sana, tapi galau hehe
the top penang itu theme park ya? sangat jarang main ke tempat bermain, kecuali ikut kegiatan hehehe
Hmm ga tau sih theme park atau ga, tapi itu tempat tinggi gitu kalau ga salah hehe
Duh, pengen ke Penang lagi buat explore lebih dalam… cuma duuuh, inget panasnya itu lho, gahar banget!
Nov yuk mbak haha
panasnya memang gak ketulungan ya, matahari pindah sana semua keknya
Baca tulisannya, ditambah fotonya jadi ngiler ingin jajal ke Penang dan sowan ke makam Opa Francis juga 🙂
Thanks for sharing yaa kak.
terima kasih sudah mampir dan meninggalkan pesan, titip salam ya jika ke tempat Opa Francis
Sama-sama kak 🙂
tadi sudah jalan2 sebentar ke rumahnya tapi lupa meninggalkan jejak 😉