Kopi Vietnam dengan nama kerennya Vietnamese Drip Coffee, sudah lama hadir di menu kedai – kedai kopi di Indonesia. Hanya saja karena kejadian menggemparkan di sebuah kedai kopi di jantung Jakarta pada awal 2016 lalu, Kopi Vietnam menjadi buah bibir dan banyak dicari – cari untuk diicip orang – orang yang penasaran akan wujud dan rasanya.

Sebenarnya, yang disebut Kopi Vietnam itu kopi susu! Yang membuatnya berbeda adalah cara menyeduh, penyajiannya serta cerita kehadirannya. Kopi Vietnam diseduh dengan menggunakan phin, cawan aluminium yang memiliki lubang – lubang kecil di pantatnya untuk menyaring kopi. Di kalangan tukang ‘ngopi akrab disebut dripper.
Meski bukan penyesap kopi sejati, saat melakukan perjalanan bisa dipastikan secangkir kopi di tempat yang baru dikunjungi; hadir untuk merayakan perjalanan. Kalau tak bersua kopi, minimal bekal kopi dari rumah yang diseduh 🙂 Di Vietnam, Ca Phe Sua Da tak pernah absen menemani sore saya sejak mengenalnya di Ha Noi pada hari pertama menginjakkan kaki di negeri Paman Ho.

Menurut data statistik yang dikeluarkan International Coffee Organization (ICO) pada Juli 2019, Vietnam berada di urutan kedua penghasil kopi terbesar di dunia. Di bawah Brazil dan di atas Indonesia yang berada di urutan keempat dengan Kolumbia pada urutan ketiga. Vietnam pun berada di Top 5 Negara Pengekspor Kopi bersama Meksiko, Kolumbia, Brazil, dan Republik Dominika.
Serupa dengan banh mi, kopi masuk ke Vietnam lewat tangan misionaris Katolik dari Prancis pada abad ke-19 di utara Vietnam. Bibit kopi pertama yang dibawa adalah arabika (Coffea arabica), ditanam di pekarangan gereja – gereja katolik di wilayah utara. Lama kelamaan bibitnya menyebar ke Vietnam bagian tengah hingga ke selatan. Dari hasil uji coba tanam di berbagai lahan, mereka kemudian menyadari bahwa kopi lebih senang tumbuh di lahan – lahan di dataran tinggi. Pada awal 1900, Prancis kembali mengenalkan 2 (dua) varietas kopi baru untuk ditanam di Vietnam: robusta (Coffea canephora) dan liberika (Coffea liberica).
Sebagai penyesap arabika yang mengakrabi pengolahan kopi sewaktu kecil dari petik buah hingga siap diminum; lidah saya sedikit shock ketika menemukan robustalah yang mendominasi sajian kopi di kedai – kedai kopi di Vietnam. Tapi jangan khawatir, jika kamu masuk ke kedai – kedai kopi kekinian; biasanya di menu mereka ada pilihan varian kopinya koq. Asal bisa ‘ngobrol dengan pramusaji dan baristanya yang lebih sering hanya bisa bercakap Vietnam saja. Perlu diwaspadai, kalau tak terbiasa ‘ngopi (dan tak akrab dengan robusta), siapkan ketahanan lambung untuk menerima kejutan robusta. Baiknya beri landasan dulu lambungnya agar tak kaget. Jangan sampai perjalanan senang – senang berubah mules – mules di negeri orang.
Di negeri asalnya, Kopi Vietnam tak hanya sejenis seperti yang biasa dipesan di kedai – kedai kopi di Indonesia. Dari pengalaman ‘ngopi di beberapa kota di Vietnam tempo hari, saya jadi tahu setiap daerah punya kopi khasnya sendiri – sendiri.
01 – Ca Phe Sua Da
Berasal dari kata cà phê (dibaca: kafe dengan penyebutan e agak panjang, artinya kopi). Ca Phe Sua Da (dibaca serupa kafe soda) secara literal artinya Es Kopi Susu. Lahir di utara Vietnam tempat pertama kali kopi diperkenalkan. Karena Ha Noi panasnya ampun – ampunan, ca phe sua da paling laris dipesan.
Dari membaca ulasan beberapa pejalan, sore pertama di Ha Noi setelah seharian beristirahat di hostel, berjalan kakilah saya ke Highlands Coffee Flag Tower dan memesan Phin Sua Da ukuran kecil VND 29K dengan menunjuk gambar yang terpampang di menu. Untuk menemani ngopi, saya juga memesan Banh Mi Ca Ngu (Tuna) VND 19K. Jangan keliru dengan istilah yang digunakan di Highlands Coffee. Phin pada Phin Sua Da merujuk pada dripper jadi pengertiannya kembali ke Vietnamese Drip Coffee.

Highlands Coffee ini Starbuck-nya Vietnam. Pendirinya David Thai, keturunan Vietnam Amerika yang terinspirasi dengan menjamurnya Starbuck di Amerika. Ia pulang ke Vietnam membuka kedai pertamanya di Hanoi pada 1999. Kini Highlands Coffee dengan mudah dijumpai dari Ha Noi hingga Sai Gon (Ho Chi Minh City). Bila dihitung mungkin sudah mencapai 300 gerai. Karena kebanyakan kedainya nempel dengan museum, jadilah selama di Vietnam saya tak pernah absen ke Highlands Coffee, kecuali di Sa Pa yang tak ada cabang dan Hoi An karena di kedua kota tersebut saya lebih senang membeli jus murni yang segar – segar di pinggir jalan.
Highlands Coffee Flag Tower
28 A Dien Bien Phu, Dien Ban, Ba Dinh, Ha Noi
Telp +84 24 3823 3339
Buka pk 07.00 – 23.00
Ada kejadian lucu sewaktu memesan Phin Sua Da – saya lupa hari keberapa? – yang melayani cowok, rambutnya pirang, kebanyakan gaya, dan tak paham bahasa Inggris. Saya ‘ngotot minta small cup karena itu yang selalu saya pesan. Dan dia ngotot menjawab .. NO NO NO! sembari tangannya dadah dadah. Karena bersitegang sementara antrean memanjang, dan yang di belakang saya sekelompok lelaki gemulai yang mulai rusuh; mbak yang baik hati itu datang sebagai penengah. Ia buru – buru membuka satu kasir lagi, meminta rekan kerjanya yang masih ‘ngedumel untuk tenang, dan mengarahkan saya mengantre di depannya dengan penuh senyum sembari minta maaf untuk kelakuan rekannya yang tak sopan terhadap pelanggan.
Pelajaran penting, walau ada peribahasa mengatakan masuk kandang kambing mengembik, masuk kandang sapi melenguh; belajarlah memahami kata – kata bahasa Inggris yang umum dipakai di keseharian agar tak ‘ngotot ketika ada orang asing berkunjung ke daerahmu dan mengajakmu berbahasa Inggris.
Selain Phin Sua Da, menu kesukaan di Highlands Coffee adalah Banh Chuoi (Banana Cake) VND 19K. Kedua menu inilah yang bolak balik dipesan setiap sore sampai – sampai seorang pramusaji perempuan yang baik hati di Highlands Coffee Flag Tower begitu melihat saya muncul di depan kasir, dia duluan yang menyebut pesanan saya. Jika ingin membeli buah tangan untuk orang – orang kesayangan, di gerai – gerai Highlands Coffee tertentu juga menyediakan kopi serta merchandise untuk dibawa pulang. Tempo hari saya belanja kopinya di SC VivoCity di Distrik 7, Saigon (jauh ya? hehe) dengan perhitungan sudah hari terakhir di Vietnam dan kebetulan ketemu Highlands Coffee saat numpang pipis di mal.
02 – Ca Phe Sua Nong
Jika tak biasa minum yang dingin – dingin dan ingin memesan Kopi Vietnam Panas, pesanlah Ca Phe Sua Nong. Untuk yang satu ini, kamu bisa mencobanya di kedai – kedai kopi kekinian. Ada 2 (dua) kedai kopi kekinian yang saya kunjungi sewaktu di Vietnam: Tranquil Books & Coffee di Ha Noi dan Tractor Coffee di Sai Gon.

Tranquil Books & Coffee ini cocok buat yang senang membaca buku dan bekerja di kedai kopi yang nyaman. Di kedainya yang tak terlalu lega namun nyaman untuk bergerak, ruang duduknya dibagi 4 (empat) di dua lantai: teras, bar, ruang tengah di lantai bawah, dan lantai atas. Di ruang tengah ditempatkan lemari besar yang menempel ke dinding diisi banyak buku. Pada waktu – waktu tertentu ada hiburan live music. Pun kalau kamu senang bermain musik, bisa saja memainkan piano yang sengaja di tempatkan di salah satu sudut duduk di lantai bawah atau memetik gitar. Asal tahu diri saja, tidak menimbulkan kebisingan dan mengganggu tamu yang lain.
Tranquil Books & Coffee
5 Nguyen Quang Bich, Cua Dong, Hoan Kiem, Ha Noi
Telp +84 395 049 075 / 0395 049 075
Buka: pk 08.00 – 22.00

Saya datang ke Tranquil Books & Coffee bukan pada waktu jamnya minum kopi. Jadi selagi di sana saya memesan Orange Juice dan Banana Cake @VND 40K sembari leyeh – leyeh di sofa setelah kaki lelah berjalan seharian. O,ya .. kedainya berada di dalam gang kecil. Rumah di depannya seperti barbershop tempo dulu yang isinya engkoh – engkoh gitu, membuat saya kebingungan ketika diturunkan abang Ojol di depan rumah tersebut. Untung engkoh – engkohnya paham dan ‘nunjuk – ‘nunjuk ke gang di sebelah yang dihiasi jemuran baju yang bergelantungan dari atas rumah si engkoh 🙂
Tractor Coffee saya temukan tak sengaja ketika mencari kedai untuk menumpang mengisi daya gawai yang sudah sekarat selagi bersantai di Tao Dan Park sambil menunggu waktu buka War Remnants Museum. Meski tak terlalu jauh dari apartemen, saya enggan untuk kembali ke sana karena bisa – bisa masuk kamar lalu tertidur.
Serupa saat ke Tranquil Books & Coffee, saya datang ke Tractor Coffee di jam saya sudah brunch namun belum waktunya ‘ngopi. Agar tak terlalu terlalu kentara hanya mampir untuk mengisi daya, saya pun memesan Orange Juice VND 35K dan Homemade Cake (Pie Isi Babi) VND 15K.

Tempatnya asik, di ruang ber-AC-nya siang itu terlihat ada sekelompok anak muda yang sedang melakukan pertemuan. Tak lama mereka pergi berganti dengan sekelompok pekerja yang juga asik membahas proyek.
Tractor Coffee
16 Cach Mang Thang 8 District 1
Ho Chi Minh City
Buka: pk 08.00 – 23.00
Jika mampir ke kedua kedai di atas, ada pilihan varian kopinya. Mau arabika atau robusta. Saya sempat bingung ketika melihat – lihat menu di Tractor disodori yang berbahasa Vietnam. Beruntung ada pramusaji perempuan yang mendadak sadar minta maaf, dan membalik menu di tangan saya agar yang terlihat menu dalam bahasa Inggris.

Ca Phe Sua Nong yang nikmat justru saya sesap pertama kali di perjalanan dengan kereta malam Orient Express jurusan Lao Cai – Hanoi. Saya memesannya kepada petugas kantin untuk diantarkan pagi – pagi ke kompartemen sebelum kereta tiba di Ha Noi. Benar saja, 30 menit sebelum kereta sampai di Stasiun Ha Noi, petugasnya sudah mengetuk – ngetuk pintu kompartemen, ca pheee … ca pheee !! Satu cup VND 20K. Yang kedua di kedai kopi di dalam Temple of Literature VND 35K. Saya lupa nama kedainya, cukup nyaman untuk ‘ngadem hanya saja tak ada kudapan di sana.
03 – Ca Phe Thrung
Banyak yang bilang belum sahih ke Ha Noi bila belum mencoba Ca Phe Thrung alias Vietnam Egg Coffee di Giang Cafe, kedai kopi yang direkomendasikan banyak pejalan tempat Ca Phe Thrung diracik pertama kali oleh Nguyen Giang pemilik kedai pada 1946. Meski Giang Cafe tak jauh dari hostel, seperti biasa saya melipir ke kedai lain dan memilih untuk menikmati Ca Phe Thrung di Hanoi 1980s Coffee. Kedai kopi yang saya pilih secara acak di pinggir rel kereta Ha Noi yang instagenik itu.

Meski sempat ‘nyicip Kopi Talua di Padang Panjang setahun lalu, penyajian Kopi Telur Vietnam berbeda! Ca Phe Thrung perpaduan dari kopi, kuning telur, condensed milk. Ia biasa diantarkan dengan secangkir air putih. Pilihannya ada yang panas juga dingin. Jika kamu tak suka telur mentah, pesanlah yang panas. Lalu meminumnya juga harus cepat – cepat, tak boleh berlambat – lambat agar rasanya tak tinggal lama – lama di kerongkongan. Itulah gunanya si air putih tadi, menyiram rasa – rasa eneg yang tersisa di saluran cerna bagi mereka yang tak terbiasa makan telur mentah.
Hanoi 1980s Coffee
So 48 Chan 5 Duong tau Phung Hung, Hoan Kiem
100000 Ha Noi
Telp +84 98 855 12 34
Buka: pk 08.00 – 23.00
Bagi lidah saya, Ca Pe Thrung terlalu manis. Tapi tak apa mencoba biar tahu rasa kopi yang secangkirnya dihargai VND 40K itu.
04 – Ca Phe Muoi
Jika Ha Noi terkenal dengan Ca Pe Thrung-nya, Hue dikenal sebagai tempat lahirnya Ca Phe Muoi a.k.a Salty Coffee yang tak akan dijumpai di kota – kota yang lain. Saya menikmati Salty Coffee di Ca Phe Muoi, kedai kopi legendaris, pionir salty coffee; atas ajakan Thu, mahasiswi Hue University yang menemani saya berkeliling selama di Hue.
Kami datang ke Ca Phe Muoi sekitar pk 08.30 di saat orang ramai minum kopi sehingga kedainya penuuuuuh. Nasib baik, ada satu meja yang ditinggalkan pelanggan sebelumnya, sehingga kami bisa cepat – cepat duduk di sana. Saya pasrah pada Thu yang bergegas ke dalam rumah untuk memesan Salty Coffee. Di jalan Thu sudah panjang lebar menjelaskan diakhiri promosi, if you like coffee, you should try Salty Coffee of Hue.
O, iya kedai Ca Phe Muoi ini memiliki dua cabang di Hue, satu entah di mana (alamatnya ada di bawah), yang satu di rumah pemiliknya. Yang kami datangi pagi itu, kedai pertama. Tempatnya asik. Sayangnya tak sempat foto – foto karena kami memberi kesempatan kepada pelanggan lain yang sudah mengantre untuk duduk. Pun kami harus bergegas, berlomba dengan matahari agar tak terlalu kepanasan di jalan.

Ca Phe Muoi (Cà Phê Muối)
10 Nguyen Luong Bang, P. Phu Hoi, Tp. Hue, Hue
Buka: pk 06:30 – 11:00 pk 15:00 – 23:00
142 Dang Thai Than, Hue
Buka pk 06.30 – 22.00
Salty Coffee diseduh dengan cara tradisional menggunakan phin. Kopinya disaring dengan phin yang diletakkan di atas cangkir yang sudah diisi dengan salty cream. Tunggu beberapa saat hingga semua kopi turun ke dalam cangkir baru diaduk perlahan – lahan. Tambahkan bongkahan es batu ke dalamnya sesuai selera agar kopinya sedikit adem, baru deh diminum. Jika ingin menikmati yang hangat, gak usah dikasih es batu. Terakhir, dorong dengan air putih dingin.
Lidah saya lebih menyukai Salty Coffee daripada Vietnam Egg Coffee. Harganya pun gak mahal, VND 20K saja.
05 – Ca Phe Nong dan Ca Phe Den Da
Ada beberapa manfaat kopi bagi tubuh selama dikonsumsi dengan benar dengan porsi yang tak berlebih (baiknya tanpa gula dan berbagai campuran = kopi pahit). Di antaranya anti oksidan, mengurangi potensi diabetes, mengurangi resiko kanker, meningkatkan produktifitas, meredam mual, dan menetralisir lambung.
Di perjalanan dengan kereta senja dari Da Nang turun ke Sai Gon, saya memesan Ca Phe Nong untuk menetralisir rasa aneh yang muncul di saluran cerna usai sarapan mi goreng asin dari gerbong restorasi. Pagi itu, karena takut kebablasan jekpot; saya pesan kopinya dengan menunjuk – nunjuk brankar yang didorong oleh petugas restorasi. Apa yang dilakukan petugas itu?
Dia mengambil satu botol ukuran 1,5 liter berisi cairan hitam pekat, menuangkan sedikit isinya ke dalam cup, lalu berjalan ke arah gerbong sebelah, membuka kran air panas di dekat wastafel, dan kembali ke bangku saya menyodorkan cup yang mengebul, katanya, “ca phe nong” sembari mengangkat 2 jari sebagai bahasa isyarat untuk VND 20K. Sesampai di Saigon, saya baru tahu kopi yang saya pesan di kereta itu Saigon Black Coffee dalam bahasa setempat disebut Ca Phe Nong alias Kopi Hitam Panas (tanpa gula).
Perkara si mas restorasi menyimpan stok kopi tadi di dalam botol, saya rasa itu demi kepraktisan semata agar dirinya tak bolak – balik menyeduh kopi ketika ada yang memesan. Pernah memerhatikan petugas kebersihan di commuter line yang bawa – bawa botol air mineral berisi cairan pel untuk disemprot – semprot ke lantai gerbong? Kira – kira serupa itulah hahahaha.

Jika kopi hitamnya dingin, disebut Ca Phe Den atau Ca Phe Den Da. Secara kebetulan keinginan saya bisa dipahami oleh engkoh pemilik kedai kopi klasik yang membuat saya tertarik untuk mampir di jalan Nguyen Thien Thoat, Sai Gon. Kedai tak bernama, nomor rumahnya pun saya tak tahu karena tak terpampang di depan kedai itu. Sebut saja Ca Phe Deden. Mungkin karena melihat saya pagi – pagi bersimbah keringat saat masuk, si engkoh langsung paham .. ini anak pasti butuh yang dingin – dingin. Maka tersajilah segelas Ca Phe Den ditemani Es Teh. Saking hausnya, yang disambar duluan malah tehnya hahaha.
Ngopi paling asik di Vietnam ya duduknya di bangku dan meja pendek berbaur dengan warga lokal. Meski sering cuma senyum – senyum ketika diajak ngobrol dan nggak paham mesti menjawab apa lalu buru – buru mengaku bukan orang Viet.
Ca Phe Deden banyak dimampiri warga lokal yang hendak berangkat kerja, juga yang tinggal di sekitar. Selama duduk – duduk di sana, ada tiga orang yang mampir beli dan dibawa berjalan, juga seorang bapak – bapak yang datang saja duduk di hadapan saya. Untuk kesegaran kopi pagi itu saya hanya bayar VND 15K.
06 – Ca Phe Bac Xiu
Bonus. Kabar baik bagi kamu yang tak terbiasa minum kopi tapi ingin sekali mencicipi kopi di Vietnam, pesanlah Ca Phe Bac Xiu. Kopi dengan kadar kopi sedikit dan banyak susunya. Cocok untuk yang tak suka kopi. Untuk rasanya saya tak paham karena tak pernah mencobanya. Perkiraan saya mungkin serupa Sanger dari Aceh atau bisa jadi lebih bening.
Kata orang, tak mantap terbang jauh – jauh ke Vietnam jika belum menyesap kopi dan menikmati pho-nya. Meski tak wajib menyesap kopi di keseharian pun jaraaang makan mi – mi-an; ketika di Vietnam dua menu itulah yang menemani di saat haus dan lapar. Pun bolehlah berbangga – tanpa sadar – menikmati kopi khas masing – masing wilayah Vietnam di tempat asalnya meski sebelumnya tak melakukan penyusuran perkara kopi di perjalanan tempo hari. Itulah hikmah sebuah perjalanan: bersyukur, nikmati, dan belajar banyak sabar. Saleum [oli3ve].
Wahhh sajian-sajian diatas membuat kami kepengen ke negara asalnya
hehe .. boleh tuh dijadikan ibadah mimpi
wahahaha
Ampoooon. Saya belum pernah nyicipin kopi vietnam. Mentok goodday coffelatte ._.
cobainlah sesekali hehe
(((sekelompok lelaki gemulai yang mulai rusuh)))
#terngakak.
Aku setuju kak. Sama seperti kita yang juga mempelajari sedikit kosakata bahasa daerah yang penting, mereka pun sebaiknya begitu. Apalagi “small” dan “cup” kan lumrah banget di industri perkopian.
Baik kopi susu atau kopi hitam, aku suka semua kak! Di Saigon aku diajak minum Ca Phe Den di kedai kopi rumahan di deket rumahnya di Distrik 9. Siangnya diajak ke Crescent Lake di Distrik 7. Kopi Vietnam rasanya enak kak, aku suka 😀