Tiga perkara penting yang harus dipikirkan saat hendak melakukan perjalanan adalah transportasi, penginapan, dan makan. Kenapa? Karena ketiga perkara inilah yang akan menentukan gaya berjalan seperti apa yang hendak dilakukan, yang akan berdampak pula pada berapa besar biaya perjalanan yang akan dianggarkan (dan akan dihabiskan).

Penginapan adalah urusan yang harus segera diselesaikan setelah memesan tiket perjalanan. Butuh waktu tersendiri untuk mencari, menimbang a-b-c-d sebelum memutuskan sebuah tempat akan dipesan untuk menginap atau tidak ketika hendak bepergian. Tak mungkin juga kan pergi jauh dari rumah selama berhari – hari hanya untuk menumpang tidur di bandara atau rumah ibadah demi mengirit ongkos. Dalam beberapa kasus, hal ini bisa dimaklumi. Bahkan ada pula pejalan yang uji keberuntungan, baru mengecek ketersediaan kamar sesampai di tujuan.
Serupa dengan urusan transportasi, di perjalanan ke Vietnam Juni lalu, saya memulai perjalanan dengan hanya memesan penginapan di Hanoi dan Sapa; dua kota pertama yang saya datangi. Pilihan penginapan di kota lainnya baru dijajaki setelah tiba di Vietnam. Ini bukan kebiasaan saat berjalan tapi karena sempat terpikir untuk menunda perjalanan ke akhir tahun, jadilah berlambat – lambat dalam mencari informasi.
Tak semua penginapan yang ditawarkan daring memberikan gambaran kondisi terkini di tempatnya. Cara paling aman agar tak merasa dirugikan karena memesan kucing dalam karung, rajin – rajinlah membaca ulasan tempat menginap yang direkomendasikan pejalan lain yang sudah pernah mengunjungi tempat – tempat yang akan disinggahi. Puji Tuhan, di perjalanan lalu jaringan telekomunikasi sangat baik – selama di Vietnam saya menggunakan Viettel – sehingga tak bersua kendala dalam memesan tiket perjalanan pun penginapan di Hue, Hoi An, Da Nang, Sai Gon (Ho Chi Minh City), serta Phnom Penh dan Siem Reap di Kamboja; kota – kota yang dikunjungi dari utara ke selatan.

Karena memilih untuk berjalan santai dengan anggaran yang wajar – tak tinggi juga tak harus menggembok dompet – untuk urusan penginapan, saya mempersempit pencarian dengan menyasar 3 (tiga) hostel di Hanoi Old Quarter. Pertimbangannya: lokasi strategis, jaraknya ke tempat – tempat yang ingin dikunjungi pun bisa berjalan kaki, dan tarif kamarnya meringankan tangan saat membuka dompet. Setelah membanding – bandingkan tarif dan ketersediaan kamar lewat 3 (tiga) OTA terpercaya Traveloka, Bookingdotcom, dan Agoda; saya memutuskan memesan 1 (satu) tempat tidur di 6 Beds Female Dorm, Hanoi Backpackersuite Hostel untuk tempat beristirahat di Hanoi. Saat pesan daring tarifnya Rp 70.000/malam tanpa sarapan (sesampai di sana bayar dengan mata uang setempat 130.000 VND/malam tanpa sarapan). Jika mau sarapan di hostel, dikenakan biaya tambahan, tak mahal koq Rp 15.000/orang. Kalau pun hendak mencari sarapan di luar, di sekitar hostel banyak tempat kuliner yang selalu ramai, bahkan ada yang buka 24 jam.
Sewaktu check in, oleh masnya yang baik hati – lupa mencatat namanya hehe – saya diberi tempat tidur di 4 Beds Female Dorm berikut sarapan tanpa ada penambahan biaya. Esoknya, sarapan saya lewatkan karena pagi itu sarapan belum siap dan saya bergegas ke Ba Dinh Square untuk mengantre masuk Ho Chi Minh Mousoleum. Sebagai gantinya, saya menikmati semangkuk Pho Bo panas – panas di samping tangga hostel.

Kamar saya berada di lantai 5. Penyejuk kamarnya baru dan dingiiin, berlantai parket, bersih, ada jaringan nirkabel yang kuat serta memiliki jendela kaca yang bisa dibuka sehingga kamar mendapatkan cahaya dan udara dari luar. Pemandangannya, rel kereta api yang ikonik. Tak ada lift di hostel. Untuk sampai ke depan pintu kamar harus melalui tangga yang undakannya enak untuk melangkah. Untunglah si mas yang baik hati itu membopong Meywah sampai ke kamar, jadi saya hanya memanggul Heijo, adiknya, sembari mengikuti langkah si mas baik hati yang panjang – panjang.
Tip bagi yang hendak mencari penginapan, hostel di Vietnam dan Kamboja jarang yang memiliki lift. Gedungnya disiapkan untuk tempat latihan mengencangkan otot kaki. Jadi, pikirkanlah barang bawaan yang hendak dibawa karena kamu tak tahu akan mendapatkan kamar di lantai berapa. Di perjalanan kemarin saya memang sengaja mengajak Meywah, Deuter Spectro 30 yang lama tak diajak berjalan untuk menyiasati perkara naik tangga.

Kamar mandi di dalam, legaaaa, menggunakan pancuran dengan air panas dan dingin. Ranjangnya cukup lega untuk yang berbadan lebar, membuat badan masih leluasa bergerak, dan kasurya empuk. Untuk menyimpan barang – barang berharga, tersedia loker namun untuk mendapatkan kuncinya harus dijamin dengan deposit 100.000 VND. Setiap penghuni kamar akan mendapatkan selembar selimut dan handuk. Sedang perlengkapan mandi seperti sabun cair, sampo , dan tisu toilet sudah tersedia di kamar mandi untuk digunakan bersama.

Bagi yang tak terbiasa tidur bercampur dengan orang lain di dalam satu kamar, di Hanoi Backpackersuite Hostel juga tersedia kamar tipe Deluxe Queen Room dan Suite King Room yang bisa diisi 2 (dua) orang dewasa dengan 2 (dua) anak – anak. Jadi pilihan kamar tinggal disesuaikan dengan kenyamanan diri dan dompet saja.
Hanoi Backpackersuite Hostel
22 Cua Dong, Hang Ma Ward, Hoan Kiem District
Hanoi, Vietnam, 100000
Telp. : +84 24 3218 1111
Email: res@backpackersuitehostel.com
Untuk bersantai di hostel, tamu hostel dapat menggunakan ruang restoran di lantai dasar untuk berbincang, nonton TV atau pun bekerja. Beberapa tamu dari lantai 3 dan 4 yang malas turun naik, lebih sering bersantai di ruang duduk di lantai 5 tepat di seberang kamar saya.
Hostel – hostel di Vietnam, menempati bangunan – bangunan lama berukuran mungil yang menjulang. Di tiap lantainya tak akan kau jumpai pintu kamar yang berderet, karena penempatan kamar disesuaikan dengan luas lantai. Rerata tiap lantai hanya dimaksimalkan untuk 2 ruang saja, kamar tidur dan ruang santai atau keduanya kamar tidur saja. Di Hanoi Backpackersuite Hostel, meski bangunannya mungil, ruang gerak di tiap lantai masih legaaaa bahkan disediakan pojok duduk di tiap lantai. Mungkin .. antisipasi rehat sejenak untuk mereka yang kepayahan naik tangga hehe.
Setelah menunjukkan beberapa hal yang perlu diperhatikan selama menginap, sebelum turun tak lupa mas yang baik hati menyampaikan pesan kalau Hanoi Backpackersuite Hostel juga menyediakan informasi seputar tempat wisata Vietnam, dapat membantu memesankan tiket bus ke kota lain, juga menyediakan paket tur yang kesemuanya bisa ditanyakan langsung ke petugas di resepsionis.

Malam itu kamar diisi bertiga dengan Sara, pejalan dari UK. Ia pindah dari kamar mixed dorm untuk 8 (delapan) orang setelah semalam di sana bersama orang – orang yang membuat tidurnya tak nyaman. Satu teman kamar lainnya pejalan dari Tiongkok. Dia naik ke ranjang di atas ranjang saya jelang tengah malam waktu kami sudah lelap. Paginya saat saya siap – siap berjalan, dua orang itu masih tidur. Dan di sore saat pulang untuk berkemas dan menunggu jemputan ke Sapa; saya hanya bersua dengan Sara yang juga menunggu jemputan ke Ha Long Bay.

Tentang urusan makan – nanti akan diulas di tulisan tersendiri – jajakilah kebiasaan dan jenis makanan yang biasa disantap dan banyak dijumpai di tempat yang akan dituju. Penjajakan ini sangat penting dilakukan terlebih ketika tujuan perjalanan adalah tempat – tempat yang makanannya asing buat lidah. Meski tak pantang pada makanan tertentu, 4 (empat) hari di Hanoi, saya lebih banyak makan pho yang mudah diseruput karena gigi sedang manja, saleum [oli3ve].
Seriua murah ternyata ya mbk..sarapan tinggal nambah 15K saja ya..jd pengen jalan jalan ksna..
Travel blogger panutan deh mbak olive 🤗
penginapan dan makan di sana murah koq, ayolah ke Vietnam mas
kadang ulasan zonk kak, kaya pengalamanku yang di singapur bobo digudang. ternyata itu hostel pindah kepemilikan
yang di kamarnya ada yg mendesah – desah ya kk Danan? hihi
biar gak kena zonk, lebih suka baca ulasan pejalan luar kk
Duh saya belum sempat ke Hanoi dan Sa Pa, meskipun udah bertahun-tahun tahu tempat itu bagus-bagus. Mau denger cerita lanjutannya ah… hehehe
harus disempatkan ke sana, aku mau balik lagi malah hehe
Di beberapa negara, biaya makan dan hotel nggak perlu dipikirkan kayak Vietnam ini kak, lebih memikirkan mau ke mana saja dan ngapain saja karena banyak tempat wisatanya berbayar 😀
Aku biasanya pakai Booking.com aja buat pemesanan hotel di luar negeri. Pilihannya banyak, bisa bayar di tempat, dan aku suka user interface-nya. Harga yang ditampilkan sudah harga final, nggak kayak Agoda yang menjebak di awal. Aku prefer sarapan di penginapan sih biar berasa kayak di rumah, bangun tidur udah ada yang nyiapin makanan hehe.
sebagai orang yg terbiasa rapi administrasi, saya sih memikirikan semua sampai printilan bahkan pengeluaran 1 perak pun dicatat buat laporan 🙂
kalo urusan penginapan, pemilihan OTA tergantung siapa yg sponsorin sih kak. yg pasti 3 nama di tulisan di atas terpercaya untuk urusan pesan tiket dan kamar, punya kuota kamar di penginapan dengan view berbeda (yg paling asik si agoda).
urusan sarapan, saya lebih senang mencari kuliner lokal (hotel kan sarapannya standard ya, kecuali hotel bintang2). kalau perjalanan dinas yg waktunya padat, biasanya sarapan dikit di hotel.