Istana Bandar Jugra


Se’re se’re ji batara aule
Ati raja na ki jai pa’nganroi ri kodong
Rajale ellele kerea mino
Ati ati ati raja
Ki tarima pappala’na aule

Sedikit tahu beberapa lagu daerah yang umum didengar tak lantas membuat lidah ini pandai melafalkan lagu daerah dengan baik. Tapi ketika sayup – sayup terdengar Ati Raja yang tak asing di kuping mengalun dari belakang istana, saya penasaran ingin mencari tahu keriaan yang sedang berlangsung di dalam sana. Bergegas, saya membalikkan badan, meninggalkan Taman Larangan, mencari pintu untuk masuk ke istana.

istana bandar jugra, istana alaeddin, sultan selangor v, sejarah selangor, rentak selangor
Selamat datang di Istana Bandar Jugra

Di sebuah ruang, di belakang istana, saya menjumpai anak – anak perempuan berbaju bodo kembang – kembang. Pinggang hingga ujung kaki mereka ditutupi kain sarung. Rambutnya dicepol dengan hiasan kembang goyang dan mawar tersemat di sana. Tangannya memegang dupa, pergelangannya dihiasi gelang ponto lolak. Muka mereka berdandan, bibir mereka yang merah merona tiada henti melempar senyum ke sana kemari menyambut tetamu yang memenuhi pelataran belakang istana siang itu.

Kenapa Ati Raja diperdengarkan di bulan perkabungan istana?

Sepertinya perlu kujelaskan sedikit hal tentang istana ini terlebih dahulu. Meski tak ahli bertutur sejarahnya, lewat beberapa cerita yang pernah kubaca dan dari penuturan yang disampaikan oleh seorang perempuan (yang *maaf* tak sempat kutanyakan namanya) yang menemani berkeliling di beberapa ruang siang itu; kuringkaskan kisah ini untukmu.

istana bandar jugra, istana alaeddin, sultan selangor v, sejarah selangor
Gadis – gadis Bugis

Jugra, tempat istana ini berdiri, semasa Sultan Abdul Samad memerintah sebagai Sultan Selangor; adalah ibukota Negeri Selangor. Begitu pun ketika Abdul Samad mangkat di usia senja, cucunya, Alaeddin Sulaiman Shah diangkat sumpahnya menggantikan kakeknya dengan gelar Sultan Selangor V.

Sultan Alaeddin kemudian membangun 2 (dua) buah istana. Istana Alam Shah dibangun di selatan Klang diperuntukkan sebagai istana negeri tempatnya berkegiatan sebagai sultan, dan satu lagi tempat peristirahatan dimana para istri dan putera – puterinya tinggal dikenal sebagai Istana Alaeddin atau Istana Bandar Jugra.

Istana Bandar Jugra tempat Ati Raja bergema siang itu, dibangun swadana oleh Sultan Alaeddin. Beliau pulalah yang turun tangan sendiri merancang tempat peristirahatannya dengan memadukan nuansa Islami, Melayu, Cina, India, dan Eropa pada bagian – bagian bangunan. Di istana yang selesai dibangun pada 1905 inilah, Sultan Alaeddin mengisi kesehariannya bergaul karib dengan rakyatnya selepas menjalankan tanggung jawabnya sebagai kepala pemerintahan. Meski begitu, tetap ada batasan bagi masyarakat di luar istana yang tak bisa bebas begitu saja mendekat ke istana demi menjaga keamanan dan kenyamanan anggota keluarga kerajaan. Taman Larangan, tempatku tadi bermain dahulu hanya diperuntukkan bagi putera – puteri sultan bercengkerama. Tempat ini diawasi dan dijaga ketat oleh panglima istana. Mereka pun tak boleh keluar masuk sesuka hati dari lingkungan istana.

sultan alaeddin suleiman shah, sultan selangor v, istana bandar jugra, sejarah selangor, rentak selangor

Melangkah sedikit dari Taman Larangan, aku sampai di depan pintu yang di bagian atasnya tertera angka 1914 dan di sisi depannya ada tulisan dalam bahasa Arab. Pintu itu dikenal sebagai PINTU KECELAKAAN. Angka yang ada di atasnya menunjukkan angka tahun penempatan pintu, sedang tulisan berbahasa Arab yang ada di sana jika diterjemahkan secara harafiah merupakan pesan bagi setiap orang yang melintasinya sebagai peringatan agar tak abai pada hal baik dalam setiap laku. Dahulu, ketika istana ini masih didiami, para pesakitan yang hendak menjalani hukuman digiring menuju tempat eksekusi melalui pintu itu.

Ini kali kedua saya bertandang ke Istana Bandar Jugra di Banting. Tiga tahun lalu, dalam perjalanan ke Morib saya mampir makan siang di istana yang memiliki banyak sekali ruang ini. Serupa dengan kedatangan sebelumnya, saya melangkah ke dalam istana melalui pekarangan belakang. Yang berbeda di kedatangan ini disambut anak –  anak perempuan yang menarikan beberapa tarian Bugis termasuk kumandang Ati Raja yang mengiringi Tari Poja. Pada jaman dulu, tarian ini hanya dipersembahkan di hadapan sultan dalam Kesultanan Bugis. Jika kemudian tarian ini sampai di Istana Bandar Jugra, itu karena terjadinya asimilasi dan akulturasi budaya yang dibawa oleh leluhur gadis – gadis penari yang datang dari Bugis ke tanah Melayu berpuluh tahun lalu. Selain Tari Poja, siang itu, anak – anak perempuan itu juga menarikan Tari Zapin Cemara, Tari Pattennung, dan Tari Paduppa Bosara.

istana bandar jugra, istana alaeddin, sultan selangor v, sejarah selangor
Death Door

Sultan Alaeddin cukup lama menempati Istana Bandar Jugra. Ia tinggal di sana hingga ajal menjemputnya pada 31 Maret 1938. Siang itu, tepat di empat hari selepas 80 tahun kepergian Sultan Alaeddin, saya pun kembali menikmati makan siang sederhana di pekarangan belakang rumah peristirahatan Sultan Selangor; Istana Bandar Jugra. Saleum [oli3ve].

4 thoughts on “Istana Bandar Jugra

Leave a comment