Dulu ketika kendaraan bermotor belum berkeliaran di jalan, masyarakat Melaka menggunakan moda transportasi dengan tenaga hewan – biasanya lembu atau kuda – untuk bepergian jarak jauh. Kendaraan beroda dua dengan pedati/gerobak kayu yang ditarik oleh satu atau dua ekor lembu. Oleh masyarakat setempat, kendaraan ini dikenal dengan nama kereta lembu.

Masa itu, ketika kereta lembu adalah satu – satunya alat transportasi, jika hendak ke Melaka, masyarakat dari Kampung Balik Bukit harus berangkat pagi – pagi sekali dan baru sampai di tujuan ketika petang datang. Jika dibandingkan saat ini, dengan naik mobil atau bus waktu tempuhnya hanya 30 menit saja. Meski sudah bukan masanya lagi bepergian dengan kereta lembu, Shamsudin Abdul masih setia membuat kereta lembu. Di belakang rumahnya, di Kampung Balik Bukit, Shamsudin memiliki bengkel kerja namun tak setiap hari ada kegiatan di bengkel itu karena dirinya hanya akan menyibukkan diri di bengkel itu menyiapkan kereta lembu berdasarkan pesanan.

Berkeliling kampung dengan kereta lembu adalah salah satu atraksi wisata yang diperkenalkan di Kampung Balik Bukit. Ketika ditawari untuk berkeliling dengan kereta lembu, saya memilih untuk naik kereta lembu yang gerobaknya memang dirancang untuk mengangkut penumpang dengan dua bangku panjang yang dipasang berhadapan. Kereta ini sangat khas dengan atapnya yang berbentuk seperti tanduk yang melengkung ke atas yang dijadikan juga sebagai logo Tourism Melaka. Sedang gerobak yang biasa digunakan untuk mengangkut barang tak beratap. Satu kereta bisa mengangkut delapan orang dengan postur tubuh sedang dan tungkai kaki tak panjang – panjang.


Di Kampung Balik Bukit sebagian warganya masih mempertahankan rumah tradisional berupa rumah panggung Melayu yang terbuat dari kayu dengan tangga semen dihiasi ubin bercorak. Jika ingin lebih merasakan kehidupan di kampung, tinggallah semalam dua malam di rumah warga yang menyediakan homestay dan mengikuti aktifitas keseharian yang dilakukan warga Kampung Balik Bukit.

Saya bersyukur sewaktu bertandang ke Kampung Balik Bukit bertepatan dengan Sembang Teh Tarik bersama Ketua Menteri Melaka, Datuk Seri Utama Ir Hj Idris bin Haron yang diselenggarakan oleh Tourism Melaka. Kami pun diajak komunitas warga pecinta vespa ke pusat kegiatan warga petang itu di tengah lahan persawahan menyaksikan beberapa lomba seperti lomba menangkap bebek, lomba menarik pelepah kelapa, dan tarik tambang sembari mengudap penganan tradisional di pematang sawah. Tentu saja, saya tak melewatkan untuk mencomot Singkong Rebus yang dimakan dengan cocolan Sambal Tumis Bilis yang sensasi pedasnya terasa nikmat di lidah. Singkong rebusnya pulen, sambelnya pun mantap sehingga kudapan lain tak lagi ditoleh. Tentu saja selain teh tarik campur sirop untuk mendorong makanan ke lambung.

Berada di tengah keriaan warga Kampung Balik Bukit, Idris bin Haron merasa seperti kembali ke masa kanak – kanak sewaktu permainan tradisional masih marak dimainkan oleh warga kampung selepas panen raya. Menurutnya sebuah kampung akan memiliki nilai lebih ketika kemajuan datang namun nilai – nilai tradisi yang ada tetap bisa dipertahankan dan dijalankan dengan selaras.
Bermain ke Kampung Balik Bukit membuat saya sadar, ternyata selain wisata sejarahnya yang terkenal, Melaka masih menyimpan banyak potensi wisata alternatif untuk dikunjungi. Dan di 2017 ini, Melaka mengincar 1 (satu) juta pejalan dari Indonesia bisa bertandang ke Melaka. Bisa jadi kamu salah satunya, saleum [oli3ve].
Wiiih bentuk keretanya keren banget ! Baru tahu ada kereta ditarik lembu, biasanya kan kuda aja, thank you buat ceritanya kak
Wah ternyata Melaka menyimpan sisi lain…keren nih mbak
Ada karapan sapi jiga nggak ya disitu?haha
nggak ada 😉