Selain keunikan tradisi budayanya, orang Toraja selalu bangga dengan “Kaa” – nya. Kaa hadir dalam setiap pertemuan. Sejak matahari menggeliat dari peraduannya hingga bulan bersiap meronda semesta; kaa menemani setiap cerita yang bergulir. Dari dapur – dapur rumah, ga’deng – ga’deng ( = kedai) di tepi pasar hingga perhelatan besar di kampung – kampung adat; kaa menghangatkan pertemuan, tersaji dalam ragam bentuk cangkir, mengepulkan uap, dan menebar aroma yang merangsang indera penyesap rasa.

Dulu, istilah kaa hanya dipakai masyarakat Toraja yang tinggal di dataran tinggi. Sekarang, kaa bergulir dalam obrolan keseharian orang – orang Toraja. “Kaa!”, sapa akrab masyarakat Toraja untuk secangkir kopi hitam yang siap disesap.
Bertandang ke Toraja belumlah lengkap tanpa menikmati secangkir kopinya. Meski sejatinya bubuk kopi yang baru diseduh dengan air panas paling mantap dinikmati kala pagi datang sembari duduk – duduk di alang (= lumbung padi), ngopi di kedai kopipun bisa jadi pilihan menikmati kopi pilihan Toraja di tempat asal kaa.
Saking latahnya ingin berbisnis, saat ini kedai kopi menjamur di Toraja. Sayangnya, tak semua kedai itu menyajikan pelayanan dan sajian yang dapat meninggalkan kenangan menyenangkan dalam hati pelanggannya. Bagi #TukangKuburan, selain ngopi di rumah, 5 (lima) kedai berikut menjadi tempat pilihan yang menyenangkan untuk menikmati kopi karena paket spesialnya.
Warung Kopi Toraja
Awal 2016 seorang kawan baik, Rampa Maega, mengenalkan saya pada Warung Kopi Toraja. Menurutnya, this is the real kedai kopi, harus nyoba ngopi di sini. Dari namanya sudah terendus sajian apa yang ditawarkan di kedai sederhana yang menempati beranda depan rumah Sulaiman Miting, pemilik kedai. Di beranda itu hanya ada tiga atau empat meja kecil untuk tamu (dan keluarga bercengkerama). Ruangnya berbatasan dengan dapur. Di dekat pintu menuju dapur, ada lemari kaca untuk memajang kopi kemasan yang siap dijual sedang bagian atasnya untuk menaruh toples – toples kecil berisi biji kopi. Saya sempat mengintip ke dapur yang pintunya dibuka lebar – lebar, di sana tampak wadah yang dipakai untuk menyangrai kopi. Nyata kan, Warung Kopi Toraja ini benar- benar kedai kopi?
Saya memesan arabica sapan yang diantarkan dengan sepiring deppa te’tekan (beberapa menyebutnya deppa tori’), penganan khas Toraja yang dibuat dari campuran tepung beras dan gula aren dibentuk bulat panjang – panjang ditaburi wijen dan digoreng. Kawan saya menyebutnya serupa ee’ kucing, tapi sekali nyoba ketagihan. Iya, ee’ kucing ini enak .. manis dan legit. Deppa te’tekan teman karib kopi Toraja. Meski berada di bibir jalan poros Rantepao – Makale yang riuh lalu – lalang rupa – rupa kendaraan, suasana tenang tetap terasa di Warung Kopi Toraja membuat pengunjung betah duduk berlama – lama. Berbincanglah dengan Om Sulaiman yang tak pernah lelah menebar senyum, beliau akan senang sekali berbagi cerita seluk beluk kopi dan kisah petani kopi Toraja.
Warung Kopi Toraja
Jl. Poros Makale – Rantepao No 77
(samping Misiliana Hotel)
Desa Tallulolo, Kesu,
Toraja Utara, Sulawesi Selatan
Telp 0812-4104-8303
IG: @warungkopitoraja
Tak banyak yang mengakrabi Warung Kopi Toraja, menjadikannya tempat yang nyaman untuk menyepi dan mencari inspirasi. Jika kamu penikmati kopi sejati, mampirlah ke Warung Kopi Toraja untuk menyesap secangkir kopi Toraja pilihan dari Awan dan Sapan. Agar tetap bisa mencicipi cita rasa kopinya ke mana pun kau berjalan, jangan lupa membeli sebungkus dua bungkus sebagai buah tangan untuk diri sendiri.
Djong Coffee Roastery (sebelumnya Jak Koffie)
Mendengar namanya sudah terbayang sebuah tempat ngopi kekinian yang menyenangkan untuk duduk – duduk, berbincang, sembari menyesap secangkir kopi. Berawal dari perkongsian penyesap kopo, Jak Koffie hadir di Rantepao, Toraja Utara pertengahan 2016 lalu, dikelola seorang anak muda Toraja, Micha Rainer Pali. Sebagai barista, Micha turun tangan langsung meracik kopi dan melayani pelanggan yang datang ke kedainya.
Jak Koffie menawarkan tempat untuk menikmati kopi dengan beragam pilihan yang sesuai selera bagi generasi kekinian di dua pilihan ruang yang tersedia; ruang berasap atau tanpa asap. Tak sekadar sajian kopi yang ditawarkan, ada banyak cerita yang bisa dinikmati lewat bacaan yang disedikan di sebuah rak buku yang menempel di salah satu sudut ruang depan. Ketika tak sedang sibuk meracik kopi pesanan pelanggan setianya, sang barista pun takkan pelit berbagi cerita menarik tentang budaya Toraja, kopi, fotografi, atau topik yang sedang ramai dibincangkan di keseharian.

Jak Koffie Djong Coffee Roastery
Jl. Wolter Monginsidi No 31
Rantepao, Toraja Utara
Sulawesi Selatan
Telp 0812-9119-5525
IG: @jakkoffie @djongcoffeeroastery
Sejak 2020, kedainya berganti nama menjadi Djong Coffee Roastery. Ke kedai kopi tanpa berbagi keriaan di media sosial rasanya tak kekinian. Jangan khawatir, Djong Coffee sudah memahami hasrat itu dan menyiapkan kedainya yang instagramable menjadi tempat berbagi kenangan menyenangkan saat ‘ngopi. Tinggal pilih, pada bagian mana Djong Coffee yang membuat ‘ngopimu selalu ingin dikenang.
Kaana Toraya Coffee
Kincir angin dual fungsi Kaana Toraya Coffee memiliki daya tarik tersendiri. Tak sekadar dipajang dan diputar – putar ketika ingin menikmati gemericik air. Ia juga berfungsi sebagai sumber energi untuk menghidupkan roasting machine kreasi sang pemilik kedai, Eli Pongrekun.
Kaana Toraya Coffee tak serupa kedai kopi kebanyakan. Keunggulannya terbaca dari dua kata yang mengikuti namanya, Espresso & Roastery. Lho, apa bedanya dengan kedai kopi biasa?
Gini sangmane, di kedai kopi kebanyakan, kopi yang disajikan diracik barista dari biji – biji kopi yang didapatkannya dari tempat lain. Sedang di coffee roastery, kamu bisa mengetahui proses pengolahan kopi dari masih berbentuk biji, bagaimana memilih biji yang berkualitas dan sesuai selera, melihat teknik dan cara memanggang biji kopi, melihat proses menggiling hingga kopi siap disesap.

Kaana Toraya Coffee
Jl. Pongtiku No 8, Karassik
Rantepao, Sulawesi Selatan
Telp 0813 – 5534 – 0175
IG: @kaanatorayacoffee
Jujur, meski dari kecil suka memainkan biji kopi bahkan kadang ikut mengganggu nenek yang menyangrai kopi di belakang rumah; sewaktu diijinkan membantu memisahkan biji kopi di Kaana, saya baru tahu bedanya lanang dan wadon. Ingin tahu banyak tentang kopi? mampirlah ke Kaana Toraya Coffee, pesan kopimu dan nikmati kisahnya dari om Eli.
Kelana Street Coffee
Pagi pertama sesampai di Toraja minggu lalu, saya merindukan secangkir Green Tea Latte. Lhooo .. katanya ngopi? Jadi gini, saat pertama kali mampir ke Kelana Street Coffee, lidah saya jatuh cinta pada Green Tea Latte-nya. Karenanya, ketika kembali ke Toraja, rasa itulah yang dirindukan.
Kelana Street Coffee menawarkan konsep ‘ngopi yang berbeda dengan kedai kopi pada umumnya yang dibatasi oleh ruang. Eki, sang pemilik, anak muda yang lebih senang berproses di jalan. Katanya, orang yang mau belajar berproses adalah orang yang tahan dibanting di jalanan. Sebagai manusia yang senang berproses, obrolan kami pun mengalir tanpa hambatan. Eki meracik kopinya dari pantat suzuki carry yang sehari – hari diparkir di salah satu sudut Lapangan Bakti, Rantepao.

Kehadiran kedai – kedai tenda yang mengitari lapangan dan merusak pemandangan di Lapangan Bakti sempat membuat Luna Maya – si carry, kawan karib Eki – terpinggirkan dari tempat mereka biasa menyapa penikmat setia kopinya. Agar tetap bisa memenuhi hasrat pelanggan yang kadung cinta pada racikan kopi Kelana Street Coffee, sebuah kedai dibuka tak jauh destinasi wisata religi Salib Singki’. Sedang Luna Maya, diajak bergerilya 😉
Kelana Street Coffee
Jl. Poros Singki
Rantepao, Toraja Utara
Sulawesi Selatan
IG: @kelanastreetcoffee
Serupa dengan Jak Koffie, di Kelana Street Coffee; kamu bisa memesan beberapa varian kopi yang diracik dari beragam jenis kopi pilihan dengan rasa yang sesuai selera.
Ingin menyesap kopi di tempat terbuka? Wajib mampir ke Kelana Street Coffee. Pesan kopimu dan nikmati sembari duduk – duduk di depan meja kayu atau di bibir lapangan pada pagi atau sore hari. Jangan lupa mengecek IG @kelanastreetcofee untuk menyimak waktu buka kedai dan dimana si Luna Maya parkir.
Letter eL Cafe
Letter El lahir dari kecintaan pemiliknya, penulis muda Toraja, seorang pekerja di pengeboran yang senang mengisi jadwal break-nya dengan mengakrabi biji kopi; Rampa Maega. Dari tagline namanya: cafe, books, and soliloquy; kamu pasti sudah bisa meraba konsep kedai kopi yang baru seumur jagung ini. Bagi penikmat kopi yang gemar menenggelamkan diri dalam sebentuk bacaan, datanglah sewaktu kesibukan di kedai masih renggang – di pagi hari saat kedai baru mulai membuka diri – agar kamu leluasa memilih tempat duduk yang nyaman buatmu bersendiri. Jika tak membawa bacaan sendiri, beberapa koleksi buku pemilik kedai dapat menjadi kawan selama berkunjung di Letter eL.
Serupa dengan Jak Kofie, Letter eL memang didesain sebagai kedai kopi instagramable untuk memuaskan hasrat bergambar para pengunjungnya sembari menyesap secangkir kopi. Pilihan ruang duduknya dibagi 4 (empat): bangku – bangku kayu yang tinggi untuk pengunjung yang ingin bersendiri di depan jendela dengan pemandangan kesibukan Jl Emmy Saelan dan Masjid Raya Rantepao atau jika ingin mengendus aroma kopi lebih dekat dan melihat barista menyiapkan pesanan kopimu tersedia pula bangku yang sama di depan bar. Meja untuk beramai – ramai di seberang bar tersedia untuk pengunjung yang datang berkelompok, ada pula ruang baca di tengah – tengah kedai yang dilengkapi dengan rak – rak buku yang menempel di dinding, dan beberapa meja di luar ruang yang biasanya akan dipilih oleh mereka yang mengakrabi dunia berasap.
Letter eL Cafe
Cafe, Books, and Soliloquy
Jl. Emmy Saelan (dekat Masjid Raya Rantepao)
Rantepao, Toraja Utara
IG: @letterel
Di lantai dasar kedai kopi, terdapat gerai eL Fashion yang dikelola oleh belahan jiwa pemilik Letter eL, Helen. Bagi pejalan yang senang mengenakan busana kekinian, tak akan melewatkan untuk mampir dan memilih padu padan busana dan asesoris keseharian atau pun kegiatan khusus. Kali aja selagi ngetrip ke Toraja mendadak ada undangan ke pesta ulang tahun atau pernikahan kenalan sementara di backpack hanya ada beberapa gulung kaos. Jadilah sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui kan?
Selain kelima kedai khusus ngopi di atas, ada satu tempat lagi yang senang saya datangi ketika berada di Toraja untuk ngopi atau menikmati segelas Jus Tamarillo sembari berbincang dengan pemiliknya, Cafe Aras.
Cafe Aras
Cafe Aras adalah kafe resto pertama yang dibuka di Toraja untuk memanjakan mata lewat desain ruang berbentuk ruang di dalam tongkonan, rumah adat Toraja. Dekorasi ruangnya pun tak lepas dari ornamen tongkonan. Cafe Aras menyasar pelanggan kelas menengah ke atas, namun sekali dua kali kamu akan bersua dengan anak – anak muda yang berkumpul untuk suatu perayaan di sana. Meski tak dikhususkan sebagai tempat ngopi, sajian kopi tubruk arabicanya bisa diadu dengan kedai kopi.
Bagi saya, Cafe Aras bukan sekadar tempat yang wajib dikunjungi untuk ‘ngopi ketika pulang ke Toraja. Di sini tempat pertemuan yang menyenangkan dengan sosok – sosok inspitatif, berbagi cerita sembari memuaskan lidah. Pemiliknya pun tak segan menyapa pelanggan yang bertandang ke kedainya bahkan dengan senang hati berbagi banyak informasi seputar budaya dan adat Toraja. Tahun lalu, saya berkenalan dengan Dana Rappoport, antropolog Perancis yang menyelami Toraja lewat etnomusikologi. Perbincangan yang menyenangkan karena Dana suka keceplosan membalas tanya dalam bahasa Toraja yang halus.
Cafe Aras menyediakan makanan khas Toraja seperti pa’piong babi/ayam/ikan atau pantollo’ babi/bale pammarrasan. Namun perlu dicatat, bila ingin mencicipi sajian tersebut, pesanlah 4 – 5 jam sebelum datang duduk manis karena dibutuhkan waktu yang tak sedikit untuk menyiapkannya. Bagi pejalan yang lidahnya tak akrab dengan masakan Indonesia yang kaya bumbu tak perlu khawatir karena Cafe Aras pun menyediakan ragam sajian western seperti steak, pasta, dan lain – lain. Menu kesukaan yang tak pernah lalai dipesan bila bermain ke sini adalah Jus Tamarilo, Kopi Toraja, dan Guacamole, kudapan khas Meksiko yang dibuat dari alpukat. Sedang untuk makanan mengenyangkan saya suka Pork Steak dan Pa’piong Ayam.

Cafe Aras
Jl. A. Mappanyuki No 64
Rantepao, Toraja Utara
Sulawesi Selatan
Telp. 0821-9036-2021
IG: @arasparura
Untuk memperluas jangkauan pasarnya, akhir 2016 lalu, Cafe Aras yang dikelola langsung pemiliknya, Aras Parura; telah membuka satu lagi kedai yang menyasar jiwa – jiwa muda yang menyenangi suasana kekinian dengan tetap mempertahankan konsep tongkonan. Tempatnya tak jauh dari kedai yang pertama, pas buat nongkrong, meresapi perjalananmu di Toraja sembari menanti jadwal keberangkatan bus malam yang akan membawamu pulang ke Makassar.
Kopi dan Toraja tak dapat dipisahkan, meski terkadang hanya hadir lewat perbincangan saja. Serupa dengan kebanyakan orang Toraja yang bangga dengan arabica-nya namun tak banyak yang menyadari kaa yang mereka teguk sehari – hari tak lagi dipetik dari kebun – kebun kopi yang dulu subur di belakang tongkonan, saleum [oli3ve].
Wuaaaa, jadi pengen coba salah satunya. Biasanya pulang kampung kami minum kopi dari rumah keluarga yang satu ke yang lainnya. 🙂
sesekali mesti coba ke kedai kopi jugalah 😉
Wahh kopi..
tapi sy masih peminum kopi dengan tambahan gula atau susu..
gak suka yang pahit2 euy.. hehehe..
bisa disesuaika selera koq 😊
mantep mas buat bahan refernsi kalau ke sana
Kopi memang teman perjalanan, jadi pengen ngopi2 disitu.
ninggal jejak ya kak, salam kenal https://vakansee.blogspot.co.id/
Kopi toraja emang topp..salah satu yang terbaik di Indonesia.
hai mbak Olive, aku suka kopi toraja karena rasa pahitnya khas di lidah, pengen banget bisa nyicip langsung di sana. Aku lebih suka justru kopi versi warung, masih bisa cium bau buah kopi mentah, biji kopi yang disangrai, ah wanginya….tnkyu sharingnya ya 🙂
ini tulisanku tentang kedai kopi di Sei Pinyuh http://laraswati.com/2012/09/07/kedai-kopi-sei-pinyuh/
Selain sejarah dan segala kekayaan budayanya, Toraja juga punya tempat ngopi2 cantik ya kak. Tapi apapun itu, Toraja memang sudah masuk bucket listku sejak dahulu. Tinggal nunggu pergerakan dari kak Olive nih ehh
#kodekeras hahaha
Wah, kayaknya Toraja cocok buat aku nih kak. Aku nggak mendalami kopi sih, tapi suka menikmatinya di kedai atau cafe sambil berkarya atau bercengkerama.
Warung Kopi Toraja dan Kaana Toraya are must-to-go!
Kopi Toraja terkenal enak
Jujurnya aku bukan penikmat kopi yang beneran. Selama ini suka minum kopi tp pasti hrs ditambahin gula lah, whipped cream, ato dibikin latte. Kalo buat pecinta kopi sejati, itu mah ga bisa dibilang mengerti kopi kan :p.
Tapi aku slalu suka utk tau gmn cara kopi diolah, juga mencium wanginya itu loh :). Makanya tiap traveling aku slalu nyempetin utk dtg k kafe2 kopinya di manapun :). Kayaknya kalo ke toraja memang wajib bgt hrs icip kopinya ya mba
pengunjungnya banyak wisatawan asing