Sudah agak lama saya mendengar sebuah tempat di negeri seberang yang bernama Damansara. Tempat yang ingin disambangi awal tahun lalu, yang harus digagalkan mengingat waktu yang sangat terbatas untuk pergi pulang hingga beranjak ke bandar udara Kuala Lumpur. Tempat yang kata seorang kawan ketika kami menikmati sarapan sederhana yang tersaji di penginapan pada awal Desember 2016 lalu, kawasan elit.

Damansara mulai dibuka dan dikembangkan pada pertengahan 1990-an menjadi kawasan hunian dan bisnis baru di Petaling Jaya, Malaysia. Jaraknya, sekitar 30 menit berkendara dari jantung Kuala Lumpur bila tak terkendala macet. Siapa sangka kalau di akhir tahun lalu saya akan menginap di kawasan Empire Damansara, yang hanya sepelemparan popok dari apartemen kemenakan yang selalu saja tak bisa bersua atau berselisih jalan ketika saya ke Kuala Lumpur dan mereka justru hendak beranjak dari sana. Nyata benar, segala sesuatu ada masanya.
Selama 3 (tiga) hari mengikuti kegiatan Rentak Selangor, saya menginap di Qliq Damansara, hotel yang berdiri di Empire Damansara, kawasan hunian dan komersial berkelas yang berada di dalam kawasan segitiga emas Petaling Jaya, Damansara Perdana.

Saya menempati Superior Twin di lantai 20 dengan kaca jendela yang bisa dibuka tutup, menghadap ke tengah kota. Bila pagi datang atau saat petang menjelang, saya senang berdiri di depan jendela menikmati secangkir teh panas menyambut datangnya halimun, sembari melihat lalu lalang kendaraan penghuni Damansara berangkat dan pulang beraktifitas.
Perlengkapan keseharian untuk dipergunakan di dalam kamar, sudah tersedia. Ruang kamar mandi dan toiletnya legaaa, tak seperti hotel kebanyakan yang biasanya meminimalkan ruang bersih-bersih tersebut sehingga saat menggunakannya pun hati lega. Satu yang penting, ada hair dryer! Saking senangnya dengan aroma serai dalam body lotionnya, saya sampai minta dikirimkan berulang ke kamar. Lumayan kan buat bekal keseharian, disimpan dalam bekpek hahaha.


Qliq Damansara menyediakan fasilitas layanan kelas satu selama 24 jam seperti pusat kebugaran moderen, saltwater indoor pool (kolam renang dalam ruang yang airnya mengandung garam), restoran, Qliq Corner, dan Zesty Q Lounge untuk bersantai bagi tamu – tamu yang menginap di sini.


Kala turun sarapan di pagi hari, saya paling senang duduk di bangku di depan rak buku di Qliq Corner. Dari bangku itu, mata bisa leluasa memandang ke hijaunya pepohonan di atas bukit di seberang hotel. Satu yang saya sayangkan, menu sarapannya tak banyak. Selama sarapan di hotel, saya hanya melihat nasi uduk eh nasi lemak dengan lauk-pauknya yang standar seperti semur daging, bihun goreng, kacang goreng, dua macam buah (pepaya dan melon atau semangka), dua macam kue tradisional, teh/kopi, dan air jeruk. Tak ada salad, aneka buah, konter omelet, sereal, dan roti yang biasanya menjadi sasaran saya bila menginap di hotel. Untungnya, ada History of Malaysia yang cukup tebal di rak bukunya yang dijadikan pelengkap sarapan setiap pagi.

Qliq Damansara dikelilingi gedung perkantoran, mal, restoran, gedung teater/pertunjukan, dan tempat – tempat lainnya untuk bersenang – senang bersama kawan atau keluarga. Bila ingin berbelanja keperluan sehari – hari yang tak sempat dikemas atau iseng mencari camilan, di belakang lobi hotel ada gerai myNEWS.com yang buka 24 jam. Pabila ingin berkeliling di mal, berjalan kakilah beberapa langkah dari Qliq Damansara ke The Curve, Ikea atau One Utama. Bagi yang membawa anak, tak jauh dari situ ada pula KidZania. Kalau tiba – tiba perlu dokter, ada Klinik Dr. Onn yang bisa kamu datangi dengan selonjoran saja ke Heritage Lane dari lobi hotel.

Hari kedua menginap di Qliq Damansara, petang hari saat kembali ke hotel untuk rehat, saya mampir ke Klinik Dr. Onn. Ini pengalaman pertama kali berjalan harus mencari dokter. Sejak berangkat, kulit muka dan dagu mengalami gangguan, semacam iritasi yang membuat kulit merah dan gatal. Kesalahan pakai salep, membuat ruamnya merajalela dan perih saat berkeringat. Sore itu, ketika bersua dengan kemenakan yang tinggal di Empire Soho, apartemen di samping hotel, saya mengajak mereka untuk menemani bersua dengan Dr. Onn.

Meski berada di kawasan elit, ternyata biaya pelayanan kesehatan di sini muraaaaah sekaliiiiii. Untuk biaya konsultasi, satu macam salep yang masih penuh hingga hari ini dan beberapa butir obat untuk oral; saya bayar tak sampai RM 40, lebih murah dari biaya sekali kunjungan ke dokter langganan, padahal sudah bersiap gesek kartu. Lebih senang lagi setelah dua kali menggunakan salep, dan sekali minum obat; kulitnya menjadi bersih. I love you Dr. Onn. Btw, pelayanan di kliniknya tak seperti di klinik faskes satu tempat saya terdaftar di Jakarta yang orang – orangnya cembetut. Di klinik itu, orangnya ramah, apalagi dokternya senang berbagi petuah sehat haha.


Di Heritage Lane juga ada tempat untuk berkesenian, Damansara Performing Art Centre (DPAC). DPAC ini salah satu tempat pertunjukan berkelas di Malaysia. Di sini ada macam – macam pertunjukan dunia yang bisa kamu saksikan seperti teater, tari, musik, dan aneka program yang bisa kamu ikuti. Tentu sesuai jadwal yang tersedia ya. Kalaupun pertunjukan sudah usai, kamu bisa menikmati interior ruang DPAC yang menyenangkan untuk bergambar. Terkadang, ada juga yang mengadakan pameran di serambinya. Bila ingin duduk – duduk santai menikmati kudapan ringan ditemani secangkir kopi atau teh, semangkuk mie, cuci mata, dan bercengkerama dengan kawan kamu bisa mencicipinya di kedai – kedai kopi dan bakmi yang ada di Heritage Lane ini.

Qliq Hotel Damansara
Empire Damansara
No 2 Jalan PJU 8/8A, Damansara Perdana
47820 Petaling Jaya
Selangor, Malaysia
Phone +603-2035-5959/5969
Email contact@qliqdamansara.com


Enggan keluar dari lobi hotel? Mampirlah ke Starbucks sebelum masuk ke dalam lift menuju ke kamar. Hanya perlu diingat, Starbucks-nya hanya buka hingga pk 22.00. Namun, jika masih ingin ngopi atau ‘ngeteh bisa dibuat sendiri di kamar.
Tak ingin lelap di hari terakhir karena harus beranjak pagi – pagi ke KLIA, malam terakhir saya isi dengan duduk – duduk di myNEWS.com, menikmati secangkir teh tarik panas sembari berbagi cerita dengan Makmur Dumilah hingga pagi menjelang. Saat jarum jam sudah menunjukkan pk 03.00, saya kembali ke kamar, menyeduh bubur ayam dan teh panas lalu berkemas kembali ke lobi, menanti jemputan ke bandara. Dengan menumpang uber car, dalam 40 menit saya sampai di KLIA, saleum [oli3ve].
pantas banyak berobat ke malaysia ya kak murah
mb lip,
menu tanpa nasi tapi banyak nda?
Aku juga udah sering denger Damansara terutama dari pembaca. Kemarin akhirnya mampir doang. Naik MRT sampai One Utama, lalu balik lagi karena tempatnya kaya antah berantah. Gak tau mau ke mana 😦
pantut di coba nih …