Nyawa yang belum seratus persen terkumpul, tersentak dengan talu – taluan rebana yang menyapa saat kepala baru melongok setengah dari dalam pintu bus di pelataran rumah panggung tempat bus yang saya tumpangi berhenti. Aduuuh, ini di mana? Koq ramai benar? Rumah siapa ini, sepertinya tak asing. Kusapa Shams yang berdiri tak jauh dari para penalu rebana.

+ Heiiii! kita pernah ke sini kan? ya, kaaaan?
– Iyaaaa. Eh, kapan ya kamu ke sini?
+ MTH2013
– Aaaah, iya benar
Saya ingat sekarang, rumah ini adalah ikon di Banghuris Homestay tempat menikmati makan siang sewaktu mengikuti keriaan Malaysia Tourism Hunt (MTH) 2013. Masa awal berkenalan dengan destinasi wisata Malaysia. Biasanya, keriaan acara Banghuris Homestay dipusatkan di pekarangan rumah ini.
Banghuris adalah akronim 3 (tiga) kampung yang bertetangga di Sepang; Kampung Bukit Bangkong, Kampung Hulu Chuchuh, dan Kampung Hulu Teris. Hari pertama Desember 2016, saya kembali ke Banghuris mengikuti Rentak Selangor yang peresmiannya digelar di Kampung Hulu Chuchuh. Kampung tempat berdirinya rumah – rumah panggung dengan pekarangan yang lega, ditumbuhi aneka pohon dan tanaman hias. Di pekarangannya, saya senang duduk menikmati wangi tanah yang basah tersiram air hujan, menenteramkan hati.

Warga Banghuris membuka lebar – lebar pintu rumahnya yang dijadikan homestay untuk diinapi pejalan yang ingin menikmati suasana dan keseharian di kampung dan berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat. Kalau pun tak menginap, pintu – pintu rumah itu tetap terbuka untuk melihat – lihat seperti apa kamar – kamar yang tersedia di dalamnya. Janganlah heran, bila tahu dirimu datang dari Indonesia akan diajak bertutur dalam bahasa Jawa. Karena, warga Banghuris mewarisi darah Jawa dari kakek nenek buyut mereka yang bermigrasi ke Selangor, Malaysia.
Seperti siang itu, saat hendak mengantri mengambil makan siang, Hj. Basir bin Wagiman, salah seorang pengurus Banghuris Homestay datang menyalami dan mengajak berbincang. Dia bercerita, baru saja pulang dari Mojokerto bersua keluarganya sekaligus memandu pelancong melihat – lihat Jawa Timur. Setiap tahun, tiga sampai empat kali dirinya terbang ke Indonesia membawa rombongan pelancong Malaysia ke Bandung, Yogya, Surabaya dan Malang. Ya, bapak sekalian pulang kampunglah. Karena tak pandai berbahasa Jawa meski wajah berparas Jawa; kami pun berbincang dengan bahasa gado – gado Indonesia – Melayu.
Di Banghuris Homestay pengunjung dapat menikmati akulturasi budaya Jawa, Sunda, Melayu, India, Cina, dan moderen yang berkelindan satu dengan yang lain, tersaji lewat desain rumah, kesenian, busana, tutur bahasa, dan ragam kuliner. Siang itu, kami menikmati menu santap siang sederhana di pekarangan rumah Hajjah Misriah berupa Ayam Goreng Rempah, Tumis Buncis + Kembang Kol, Sambal Goreng Tempe Teri, dan aneka lalapan dengan sambal mentah yang aduhai pedasnya. Psst, saya suka lalapan jantung pisangnya dicocol dengan sambal; pengalaman pertama makan jantung pisang dilalap, rasanya menyenangkan lidah 🙂

Usai bersantap, kelompok kesenian Cempuling Cendana Klasik pun unjuk suara. Mereka sungguh menghibur dengan mendendangkan lagu dari Jawa, Melayu, Cina, India, Indonesia, dan Thailand. Bila merunut perjalanannya, musik cempuling diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga saat berdakwah ke Selangor dengan alat musik dasarnya terdiri dari Gendang Sunda, Gendang Jawa, Eting – eting, Kempreng, Kempul, dan Gendang Ageng. Seiring dengan perkembangan seni, lahirlah akulturasi cempuling moderen dengan bergabungnya akordeon, keyboard, gitar, dan bas.
Banghuris terkenal dengan wisata agronya. Dulu, waktu pertama kali datang ke sini, saya dan tim MTH2013 diajak berkebun dan bermain. Beramai – ramai belajar menyadap getah karet, memanen kelapa sawit yang pakai perjuangan karena mengangkat alat potongnya saja sudah mengeluarkan energi besar, dan memanen kopi. Yang tak kalah seru, bermain – main di kebun Bambu Madu, tempat yang menjadi sasaran berswafoto.

Hj. Basir bin Wagiman
Banghuris Homestay, Kampung Hulu Chuchuh
43950 Sungai Pelek, Sepang, Selangor
Tel: +6013-300 3942
Fax: +603-31421010
Email: banguris_homestay@yahoo.com

Bagi yang berkesempatan tinggal di sini, tentu akan lebih banyak kegiatan lainnya yang bisa dilakukan seperti melihat – lihat kebun anggrek dan sayur hidroponik, mengunjungi pabrik (mie, tahu, kerupuk) yang dikelola warga, memancing, turun ke sawah, dan banyak lagi kegiatan lainnya termasuk permainan tradisional yang menyenangkan dan sudah sangaaaaat jarang dimainkan oleh anak anak di kota – kota besar, saleum [oli3ve].
It looks fun!
Sepertinya menariiik. kalau ke selangor, pengin sekalian mampir ke stadionnya Selangor FC hihihi
stadion 😂
Terpikat lalapan jantung pisang. Wah kemasan wisata yg menarik nih mbak Olive. Salam
Wew seru yaaa, ah, rasanya saya juga sering menemukan orang keturunan Jawa yang tak bisa berbahasa Jawa 😀
budaya jawa ternyata sampai dimana-mana, jangan jangan keturunan melayu itu juga keturunan jawa 😀