Apa yang akan kamu lakukan bila check in di hotel pk 02 dini hari dengan mata sayu, berjalan pun setengah melayang? Aku mengidam – idamkan kucuran air hangat untuk membasuh muka dan pembaringan empuk dalam ruang sejuk untuk mendapatkan jam istirahat yang cukup sebelum kembali berjalan. Namun sapa hangat lelaki yang menyodorkan kunci kamar di Avenue J Hotel dini hari itu membuatku diam – diam menghentikan langkah sedikit lama di depan lift demi menikmati kerlap – kerlip lampu pohon natal yang berdiri di tengah ruang tamunya. Ia dikelilingi bangku persegi dengan bantal – bantal empuk yang merindu pelukan sembari menyesap secangkir kopi panas dari kedai kopi di depannya, bersulang menyambut pagi.
Kulirik kotak kecil penanda tanggal pada jam di pergelangan tangan kanan. Angka 1 tertera di sana. Ah, selamat pagi Desember.
Kukibaskan angan pada secangkir kopi, bergegas masuk ke dalam lift yang terbuka, dan memencet angka lima. Pada lantai yang kutuju, lift berhenti, pintunya kembali terbuka. Kulangkahkan kaki menyusuri lorong senyapnya dengan penerangan yang ceria untuk sebuah hotel di pagi buta, mencari pintu bernomor 505.
Kartu bermagnet kuusapkan pada bonggol pintu agar ia bisa dibuka lebar – lebar sebelum mencucukkannya pada kantung yang tersedia. Sekejap, kamar terang benderang. Mataku turut benderang, berpijar 100 watt. Kantukku hilang, hatiku luluh pada sebentuk kamar yang cukup lega dengan pembaringan empuknya yang kurindukan berdiam di pojokan.

Wastafel dengan perlengkapan mandi dan cermin memanjang di atasnya ada di samping kiri pintu. Sederet dengannya, TV layar datar menggantung di dinding, di bawahnya meja kecil untuk meletakkan koper dan meja kerja yang terdiam di sudut kamar. Tak sadar, bibirku bersiul kegirangan mendapati pengering rambut terselip pada rak di kakinya.

Bilik pancuran untuk mandi dan toilet ada di samping kanan pintu. Umumnya memang seperti itu, kalau tak di kanan ya di kiri dengan pintu yang langsung kau jumpai bila membuka pintu kamar. Yang ini membuatku sedikit heran, kenapa pintu kaca gesernya berhadapan dengan pembaringan? Kalau kamu tidur sendiri tak mengapa. Tapi kalau berdua di kamar dan yang seorang sedang poop lalu lupa menutup pintu, kau akan melihatnya duduk merem melek menghadap bantal tidurmu! Bersyukurlah aku sendirian saja di kamar ini.

Aku menyukai tempat tidurnya yang terlihat empuk, oh tentu saja empuk sekali saat kurebahakan badan di atasnya. Terlebih saat mataku terantuk pada mural berbentuk segitiga di dinding berisi pepohonan dengan tenda dan seseorang di sana bersantai di hammock. Ada mobil van diparkir di tengahnya. BORN TO ROAM, kalimat itu terpatri di atasnya.
Yaiyyy! Ini kamar instagramable bangeeeet!! Kamu tahu apa yang kulakukan selama sejam berikutnya sebelum beranjak ke pembaringan? Menyimpan koper, mengatur cahaya dan suhu kamar, menjerang air panas dengan ketel yang tersedia untuk menyeduh kopi, sembari memikirkan konsep untuk membuat gambar kegiatan dini hari di dalam kamar. Tapi aku mesti bersabar untuk berbagi keriaan pada khalayak media sosial karena terkendala jaringan nirkabelnya yang enggan diakses meski sudah mendapat kata kunci. Aaah, ini pertanda harus cepat – cepat rebahan.

Aku lupa menanyakan siapa nama lelaki yang memberiku kunci kamar Standard Queen untuk kutempati beristirahat selama 6 (enam) jam saja. Lelaki yang kembali kujumpai beberapa jam kemudian tapi tetap lupa kutanyakan namanya selain menyapanya dengan,”Good Morning” dan memberikan senyum girang. Ia membuatku semakin bergirang ketika membuka tirai jendela saat langit mulai terang dan mendapati pandanganku bisa menyusuri aliran sungai Klang, menikmati pucuk- pucuk kubah Menara Sultan Abdul Samad serta menikmati lalu lalang manusia dan kendaraan yang berlarian di sepanjang Leboh Pasar Besar.
Avenue J Hotel
13, Leboh Pasar Besar, City Centre, 50050 Kuala Lumpur
Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur, Malaysia
Tel +60 3-2022 3338
Reservasi: reception@avenuejhotels.com

Pandainya membahagiakan hati. Mungkin karena tahu aku hanya beberapa jam saja di sini, maka diberinya kamar yang menyenangkan. Andai saja aku bisa berlama – lama di sini, pagiku pasti akan kubiarkan berhenti di depan jendela dengan secangkir kopi panas dalam cangkir, menikmati Sungai Nadi Kehidupan yang mengalir di samping Avenue J Hotel sembari bercakap denganmu, Ah Loy.

Kamu tahu, Avenue J Hotel ini hanya sepelemparan batu ke St Mary Church, Masjid Jamek dan MUD KL. Dengan selonjoran aku bisa menggapai KL City Gallery yang menghadap jendela kamarku. Central Market dan Petaling Street pun hanya butuh beberapa langkah panjang – panjang ke sana, sayang waktuku tak banyak untuk menggerayangi tempat – tempat yang selalu kurindukan itu.

Pk 07.45 saat Jalur Gemilang tampak berkibar di Dataran Merdeka, sebuah pesan mampir ke gawaiku,”Ayo mba.” Yiuuuuk, semua sudah berkumpul di lobi. Aku tergesa meraup sarapan praktis yang selalu kunikmati bila beristirahat di hotel; sereal yang dituangi susu cair banyak – banyak dan secangkir Orange Juice.

Selamat pagi Ah Loy. Aku merindukan derap riak sungaimu, rindu berbagi kisah pelombonganmu. Maafkan aku harus bergegas, saleum [oli3ve].
Sayangnya cuman 6 jam ya mbak 😅
iyaaa, keseringan begitu kalo terbang malam ke KL 😂😂
check innya malam banget kak olive
soalnya flight malam Win 😂
Ah Loy, kapitan Tionghoa yang akhirnya diberi gelar The Founding Father of KL. Mudah-mudahan nanti aku bisa mewakili dirimu mencicipi hotelnya lebih lama ya 😀
aku mau balik ngambil notes yg ketinggalan koq Nug 😂
btw, kalo baca kajiannya Pustaka, Ah Loy bukan founder fathernya KL meski dia diberi kuasa sebagai kapiten dan memegang mandat selaku perpanjangan tangan dari sultan, residen ke warga KL (khususnya yg Tionghoa) masa itu.
*lama2ambilstudisejarahselangorbeneraninihmahhaha*
Ooo seperti itu. Jadi siapa founding father KL menurut Pustaka, kak?
Aku pernah check in jam 4 pagi, masuk kamar mandi trus tiduran tapi mata akhir nya melek ngak tidur
Asiknya lukisan di kamarmu. Tapi di kamarku yang paling ujung kayanya ga ada tuh lukisannya.
Tapi viewnya memang top! 😀