Kala Rasa Diguling Babi Guling Bali


Jam makan siang belumlah terlewat namun lambung sedari tadi menjerit-jerit minta perhatian. Rasanya lapar sekali. Mungkin karena Nasi Pedas yang disentuh pada pagi hari tak memuaskannya sehingga ia sedikit riuh. Malas memikirkan pilihan makanan yang memenuhi hasrat lidah, kuiyakan saja saat Putu menawarkan mengisi lambung dengan Babi Guling di Gianyar yang menurutnya terkenal dan sedap rasanya (menurut kabar dari lidah-lidah yang pernah mampir di sana dan dihembuskan ke sana sini). Meski rekomendasi sarapan yang tak sesuai harapan; saya masih saja memberi kesempatan padanya untuk menunjukkan tempat bersantap yang enak di kampung halamannya. Terlebih merasakan reaksi lambung yang menggeliat kesenangan setelah sekian lama lama tak menikmati makanan satu itu, tunggu apalagi?

babi guling bali, babi guling gianyar, kuliner gianyar, kuliner bali

Bagiku, makan tak melulu harus ke tempat yang banyak didatangi orang sehingga harus menyiapkan waktu mengantre hanya demi satu bangku kosong yang tersedia untukmu bisa duduk dengan nyaman menikmati sajiannya. Rasa itu relatif, terkadang saat lidah si A mengecap enak, lidahku berkata biasa saja. Atau ketika si B memuji tempat kesenangannya yang ramai, aku memilih duduk di kedai sederhana yang tak riuh demi sebuah ketenangan dalam mengolah rasa.

Karenanya, usai menjumpai Dewa Agung Jambe di Klungkung, turunlah kami ke Gianyar. Dan karena tak ingin merusak jalinan kenangan rasa yang pernah dirasa lidah bertahun lalu pada sepiring Babi Guling Bali, kukunci hasrat dan mengenakan kaca mata kuda agar tak tergoda untuk mencicipi menu lain yang mengemuka sepanjang perjalanan menuju Pasar Gianyar. babi guling bali, babi guling gianyar, kuliner gianyar, kuliner bali

Kedai makan itu menempati sebuah ruko di depan Pasar Gianyar. 4 (empat) ruko dari kedai yang menyediakan menu Babi Guling yang katanya enak itu; Putu memarkir kendaraan. Depot Melati namanya. Di pintunya, seorang ibu berkaos merah dengan gambar VW Kodok dan tulisan besar-besar Jakarta Tempo Dulu yang sedang asik mencabik-cabik kulit punggung seekor babi yang yang tinggal setengah, tergolek di atas meja. Sebagian yang dicabik-cabik itu, sebentar lagi akan menjadi santapan siang kami. Siang itu tak ramai. Hanya ada 2 (dua) orang yang terlihat sibuk menyendok lauk dari piring di depannya. Belum sepenuhnya kami duduk, kedua orang itu buru-buru beranjak. Hmmm … cepat sekali mereka makan.

babi guling bali, babi guling gianyar, kuliner gianyar, kuliner bali

Aku memesan seporsi Nasi Campur, nasi yang ditimbun dengan kulit babi guling dan kerupuk babi yang kres .. kress kala tergigit gigi, sate lilit dan sosis babi yang bumbunya nyeresep, jeroan goreng, kuah sop yang sedikit pedas namun makjleeeb bikin mata jreeeng terlepas dari kantuk,  serta lawar yang segar, dan tentu saja sambel matah yang mantap pedesnya. Pedas yang masih bisa ditolerir saat menyentuh lidah dan lambung. Untuk menghalau pedas, pesanlah secangkir teh tawar panas, nikmati perlahan-lahan. Rasanya sungguh ajiibbb … menghempaskan rasa ke masa lampau  :). Tentang harga, ia tak membuat isi dompet diraup dalam-dalam. Masih pada batas yang wajar dan sesuai dengan rasa yang dinikmati koq. Untuk kali ini, aku berterima kasih pada Putu yang membawaku ke kedai sederhana dengan sejuta rasa yang berjingkrak-jingkrak usai menikmati sepiring nasi campurnya, saleum [oli3ve].

Advertisement

8 thoughts on “Kala Rasa Diguling Babi Guling Bali

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s