Bali memadat ketika musim liburan tiba. Jika tak sigap dari jauh-jauh bulan, akan sangat susah untuk mendapatkan kamar kosong di hotel yang diinginkan. Maka, kala hasrat menepi di Bali meruang, saya memilih berkontemplasi di Seminyak, berdiam di Hotel Villa Lumbung (HVL).

Saya sampai di hotel bertepatan dengan jam makan siang. Kamar kosong belum tersedia karena waktu check in masih satu jam lagi. Demi mengisi perut yang mulai merintih, berjalan ke The Lumbung Restaurant dan memesan makanan untuk memuaskan selera adalah pilihan yang tak kan dibantah. Untuk menu, saya menurut saja pada pilihan yang ditawarkan oleh Chef Raka, sang empunya kuasa di dapur.
Sebut saja main course pilihannya ada Salmon Norwegian Steak, Sate Plecing, Ayam Betutu dan Hainam Chicken Rice. Lalu ada Cream Caramel, White Sangria, Fruty Creamy dan Frozen Strawberry serta yang imut Dummy Beer.
Sembari menanti pesanan datang, menyesap segelas Citrus Mint, paduan daun mint, lemon dan sprite yang segar perlahan-lahan membuat hari lebih adem. Lupa pada panas terik yang tadi menyengat di perjalanan. Sebagai teman pembuka selera, dikeluarkan pula satu pinggan berisi Potato Cake dan Potato Donat. Kenapa donat disajikan dengan miuman dingin? kemana kopinya? Bukankah donat dan kue itu lebih nikmat ditemani minuman panas? Pikiran itu membuat saya abai pada kehadiran si donat bersalut tepung gula yang dengan (mungkin) sengaja pula digeletakkan di depan mata.
Tak lama, makanan yang dinanti pun berdatangan. Langsung memenuhi meja panjang sehingga tampak saling berdesakan berbagi ruang. Sabarlah engkau perut, sebentar saja. Sampai sesi mengabadikan barang bukti selesai digelar.
Karena lapar, sekejap saja makanan beraneka rasa yang menggoda itu lenyap dari pinggannya. Rasa lapar yang tadi menyerang, berganti dengan mata yang mulai sayu. Oh maaak, kenyang sekalilah hari ini. Tinggal bersantai-santa saja di kamar, menanti waktu makan malam, hahaha. Aduh, jangan sampai rencana kontemplasi berubah menjadi kegiatan memuaskan perut saja. Sebelum mata benar-benar lelap, bergegas berbenah dan beranjak ke kamar yang telah disiapkan.
Dalam angan, sebuah rencana telah dirancang, hendak menikmati malam-malam di kamar bungalow, duduk di meja kerja kecil di hadapan tangga, di depan bale-bale. Ada beberapa hal yang harus diselesaikan agar tak menumpuk di ujung minggu. Harapan yang harus dibuang jauh. Ada sedikit kecewa ketika mendapatkan kamar yang berbeda dari bayangan. Kamar incaran saya sudah dipesan orang lain. Yaaa, tapi mau gimana lagi? biarlah itu menjadi rejeki dia yang telah lebih dahulu mendapatkannya. Beruntung masih dapat Deluxe Bungalows Down-Stair, coba kalau disuruh tidur di pinggir kolam, mau?
Sebelum meninggalkan meja makan, donat dan kawannya yang tadi diabaikan dibungkus dengan tisu dan dibawa serta ke kamar. Pasti di sana ada air panas untuk menyeduh kopi atau teh, sore nanti. Keputusan yang sangat tepat karena sesampai di kamar, donat itu sangat menggoda. Tak sampai sore, ia telah habis dilahap uppzzzz. Ternyata donatnya enak bangeeet. Ia membuat lupa pada kecewa yang tadi sempat menyelinap ke dalam hati.
Kalau dipikir-pikir, bungalow yang saya dapatkan ini pun sangatlah luas. Pada bagian luar ada bale-bale untuk leyeh-leyeh. Untuk masuk ke dalam kamar, sebuah pintu kaca geser menjadi pembatas dengan teras. Satu kamar utama dengan tempat tidur besar adalah yang pertama dijumpai saat pintu itu digeser. Ada meja kecil di pojokan berisi perkakas untuk membuat air panas dan menyeduh kopi dan teh. Sebuah tivi layar datar menggantung di dinding. Di sebelahnya ada sebuah pintu kecil, ia berada di bawah tangga yang menghubungkan kamar atas dengan bawah. Karena hanya menempati kamar bawah, maka pintu ke kamar atas tetap terkunci. Ruang kecil itu, dimanfaatkan sebagai tempat untuk menyimpan koper dan teman-temannya agar tak merusak pemandangan di dalam kamar. Sedang untuk penyimpanan pakaian, ada dua lemari yang menempel di dinding.
Ada satu kamar tidur di sebelah pintu kecil tadi dengan daun jendela menghadap ke taman di belakang kamar. Untuk keluarga kecil yang membawa anak, anaknya bisa tidur di kamar tersebut. Di depan kamar ada seperangkat meja dan kursi untuk bersantai, menjadi tempat untuk bekerja; pengganti meja di depan tangga di kamar idaman hahaha.
Berjalan sedikit ke belakang tempat tidur utama, ada pintu lagi yang menghubungkan kamar tidur dengan kamar mandi. Di sana tersedia bathtub yang terpisah dengan ruang shower yang berdiri di samping taman kecil. Kebayang kan buat yang berbulan madu, tak akan ada kejadian mengantri mandi? Ruang mandi dan toilet ini tak akan bau karena sirkulasi udaranya langsung ke alam, ia hanya dipisahkan oleh dinding yang tinggi dengan tanaman hijau untuk menghalangi mata iseng mengintip ke dalamnya. Berada di dalam kamar membuat enggan untuk beranjak hingga malam menjemput. Saya hanya keluar kamar ketika pergi ke Bloem’s Waroeng untuk menikmati makan malam. Selepas itu, istirahat adalah saat yang dinanti.
Hotel Vila Lumbung
Jalan Raya Petitenget, No. 1000 X, Petitenget, Seminyak 80361 Seminyak
Pagi datang di HVL saat senandung pagi dikumandangkan oleh burung-burung dari atas pepohonan yang ramai di pekarangan hotel. Duduk-duduk di tepi kolam menikmati mereka berdendang jadikan hari yang baru penuh semangat. Tak ingin buang waktu, sebelum waktu check out tiba; saya menyempatkan untuk menikmati spa dengan pijatan khas Bali, dilanjutkan dengan makan siang yang nikmat di saung di tepi kolam renang, serta berjalan-jalan sebentar ke pantai Petitenget. Hari berlari sangat cepat, jelang sore saya harus bergegas ke Ngurah Rai. Meski hanya semalam di sini, kenangan pada donat kentang melekat di lidah, terbawa hingga hari ini. Untuknya, saya pasti kembali, saleum [oli3ve].
Liburan yang sangat menyenangkan ya kak, menu makannya bikin ngiler dan lapar di perut 🙂
Kak oliv, internet di hotel ini apakah bisa diandalkan? Kecepatannya berapa Mbps? *si tukang kelayapan butuh internet cepat
sangat bisa, eh bukannya dirimu lagi di resort mana gitu 😉