Isinga, Gema Kidung Lembah Papua


Setiap manusia harus hidup dari pengalamannya sendiri. Ia tidak bisa hidup dengan melewati pengalaman orang lain. Pun tak bisa memasukkan pengalaman yang dirasakannya ke dalam kehidupan orang lain – [Meage Aromba]

Gunung-gunung mendendangkan kidung, lembah-lembah bersolek menari, sebuah hati merindu pada panggilan jiwanya, Meage. Ini kisah tentang seorang lelaki yang harus menjauh dari Lembah Piriom, tempatnya menyulam kehidupan sejak saluran napasnya menghirup udara Aitubu. Meage lelaki perkasa, badannya kekar ditopang betisnya yang kuat, ia seorang pemburu yang terampil dan pandai; menurun dari bapaknya. Namun, hatinya selalu gelisah saat rindunya pada gunung dan lembah serta nyanyian mama dan neneknya dari tanah Papua, terlebih kala nama Irewa mampir di pendengarannya. Saat rindu menyerangnya, tifa tempatnya mengadu lewat tabuhan.

Lebih banyak kisah tentang Irewa Ongge yang hatinya masih saja berdesir setiap kali mendengar nama Meage Aromba disebut. Lelaki yang merengkuh badannya dari arus sungai Warsor yang hendak memeluknya lebih dalam. Lelaki yang harus menerima dan merelakan perempuan yang dicintainya dipersunting lelaki lain, menjadi tumbal untuk mendamaikan perseteruan dua kampung. Irewa tak dapat menolak, perempuan dapat menolak saat dilamar laki-laki tapi mereka tak dapat menolak saat diminta oleh seluruh perkampungan menjadi alat perdamaian adat.

Jadilah perempuan yang baik. Perempuan yang baik itu adalah perempuan yang tidak banyak bicara dan tidak pernah marah pada suami. Kamu harus bersemangat dalam hidup. Semangat itu penting untuk dipakai mengerjakan berbagai pekerjaan jika ada kesulitan. Hiduplah penuh kegembiraan.

Isinga, roman papua, kisah perempuan papua, dorothea rosa herliany
Isinga, Roman Papua

Nasihat Mama Kame yang selalu diingat-ingat anak perempuannya ketika beban hidupnya terasa berat dan ia merasa lelah. Irewa tak pernah mengeluh. Ia mendobrak dinding yang membatasi gerak kaumnya yang hanya bisa pasrah pada nasib ketika lelaki mereka berlaku sesuka hati. Kala dirinya merasa sudah tak punya daya, Irewa menemukan energi untuk bangkit dan menunjukkan dirinya seorang yonime sejati.

Yonime tampil sebagai penengah ketika ada perselisihan yang terjadi di antara dua kampung yang bermusuhan. Karena, hanya pendapat dari perempuan yonime yang akan didengar tetua adat dan orang-orang perpengaruh di kampung itu. Bila tak ada perselisihan, tugas yonime untuk terus menjaga keharmonisan masyarakat. Ia dapat menyampaikan pendapat, baik diminta atau tidak.

Isinga, kisah perempuan yonime yang inspiratif dan mencerahkan dari tanah Papua. Ada luka yang terkoyak di sana, hak perempuan yang teperangkap dalam tatanan adat, ada gesekan politik serta perjuangan untuk bangkit dari keterpukuran. Semua dituturkan dengan bahasa yang nyaman hingga ke relung hati, lembut dan manis. Tuntas dibaca sekali duduk.

Akahi paekehi yae ewelende, wali onomi honomi eungekende. Jika semua orang kau anggap saudaramu, hidupmu akan aman dan damai.

Isinga, roman Papua yang ditulis oleh Dorothea Rosa Herliany, memenangkan Kusala Sastra Khatulistiwa 2015, sebuah gelaran apresiasi karya sastra tertua di Indonesia pada 13 Januari 2016 lalu menyingkirkan 4 (empat) besar kategori prosa, termasuk Hujan Bulan Juni-nya Sapardi Djoko Damona dan Aruna dan Lidah-nya Laksmi Pamuntjak, saleum [oli3ve].

5 thoughts on “Isinga, Gema Kidung Lembah Papua

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s