Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony – [Mahatma Gandhi]
Pagi yang dinanti itu datang juga. Sebait syukur dipanjatkan padaNYA yang selalu setia menuntun langkah dan tak pernah bosan menyayangi jiwa. Di pagi yang dinanti itu; kembali tersungkur dalam diam. Berterima kasih masih bisa menghela napas, memenuhi rongga paru dengan udara pagi dan diberi kesempatan untuk melihat dunia.
Berkemas. Sebuah pertemuan telah disepakati dari beberapa bulan sebelumnya. Pertemuan yang waktunya telah berkali-kali berganti karena kesibukan yang menyertainya. Percaya, tak ada yang terjadi secara kebetulan. Di antara kesibukan itu, diberinya kita kesempatan untuk menyiapkan hati menyambut pertemuan ini, bukan? WaktuNYA tak pernah terlambat, meski harus melewati proses penantian panjang yang terkadang melelahkan dan mulai membosankan.
Kubuka gorden kamar di lantai tiga hotel tempat melepas penat beberapa jam lalu. Di luar masih terlalu gelap. Hanya ada cahaya lampu dari tiang-tiang listrik yang berderet di sepanjang jalan melingkar di belakang sana serta pendar lampu yang ditinggalkan sebuah motor yang melaju perlahan. Aaah, aku yang terlalu bersemangat pada pertemuan ini. Hampir lupa, pagi ini terbangun di ujung barat Sumatera. Di tempat matahari bangun berlambat-lambat.

Bosan mondar-mandir di dalam kamar, aku bergegas turun ke lobi. Bang Nausa berkabar sedang bersiap untuk menjemput ke hotel. Setelahnya, kami baru akan menjemputmu di hotel yang lain. Lucu juga, harusnya kita bisa mengatur waktu agar berada di satu hotel. Tapi ya itu tadi, kesibukan membuat kita disibukkan urusan masing-masing dan baru benar-benar berbagi kabar setelah menjejak di negeri ini.
Lobi masih sangat lengang. Duduk menanti jemputan, kuedarkan pandangan ke sekeliling. Sesekali kusambut sapaan pagi petugas yang melintas di lobi. Sebelum lupa, ijinkan aku untuk memuji para pekerja di hotel ini. Dari petugas yang menyambut di lobi, vallet service, penerima tamu, room boy, hingga manager-nya mengingat nama tamu yang masuk jelang pergantian hari dan pagi buta sudah duduk bersendiri menanti jemputan di lobi dengan mata setengah tertutup. Takjub! meski hotel penuh dengan tetamu yang lain, mereka melafalkan nama si tamu ajaib ini dengan baik dan benar.
Setahun lalu rasanya hanya mimpi. Ketika isengku kumat dan dirimu menanggapi setiap pesan yang kutitipkan tanpa merasa terganggu. Maka kupikir, ini bukan suatu kebetulan. Kupercayakan saja pada waktuNYA, apa yang kan terjadi. Pun masih seperti mimpi saat senja kemarin kita bersua di Nanggroe. Di tempat semangat itu adalah magnet yang menarik-narik kita sampai di sini.
Pagi masih lengang, kita berkendara meninggalkan pusat kota. Kembali menyusuri jalan yang kemarin telah kususuri, namun tak pernah ada bosan untuk melintasinya lagi. Di Ujong Batee aku merindu, pada sapa mentari yang menyembunyikan senyumnya. Seperti berjalan pulang ke rumah, ke tempat yang lekak-lekuknya telah melekat dalam memori.
Oh, ya bukankah ini perjalanan pulang? Pulang bersama memenuhi panggilanmu? Pulang ke tempat engkau menyatukan semangat untuk bangkit dan melawan segala bentuk ketidakadilan. Di tempat kaki ini tak pernah bosan untuk menapaki setiap jengkal tanahnya. Di tempat untuk kesekian kalinya aku memandang ujung cakrawala, di pagi yang tetap diam dan kau masih saja memilih mengamati setiap tingkah kami dari kejauhan.

Setelah semua lelah panjang ini, aku hanya ingin berdamai dengan hatiku. Semoga tak lagi lari dari harapmu, padaNYA aku berserah … BAPAku, tanpaMU, aku bukan siapa-siapa.
ENGKAU ada bersamaku
di setiap musim hidupku
tak pernah KAU biarkan kusendiri
kekuatan di hidupku
hanyalah bersamaMU
tak pernah kuragukan KasihMU
bersamaMU BAPA, kulewati semua
perkenananMU yang teguhkan hatiku
ENGKAU yang bertindak memberi pertolongan
anugerahMU besar melimpah bagiku
Biarlah kembali meleleh di pagi ini, untuk sebentuk hati yang memilih jalannya sendiri kala teringat pinta yang tak pernah bosan kuungkap padaNYA. Pinta yang berulang di pagi tadi: ingin memelukmu sebelum harapku berakhir. Aku merindumu saat pagi menyapa bumi. IBU, aku … ah, kami pulang. Jalan di depan masih panjang, bergandengan kita nikmati harmoni alam, untukmu IBU dan Nanggroe aku bersetia, saleum [oli3ve].
Aceh memang keren dan punya sejuta rasa ya Mbak… negeri tempat matahari bangun lamat-lamat, meminjam istilah Mbak Olive :hehe. Sejuk sekali baca tulisan pengalaman yang menggetarkan jiwa seperti ini. Bagaimana menyesap keindahan alam meski sederhana, terus ada cerita yang mengalir pelan-pelan di dalamnya. Keren banget. Tulisan-tulisannya selalu dinanti, Mbak :)).
aku aja gk pernah kesana Gara
Ke sana yuk?
ayuk
Happy nyew year mbak, Semoga di tahun 2016 makin banyak tempat yang bisa dikunjungi ya mbak & bisa di share supaya say abisa ikutan bacanya
All the best for 2016 mba..Aceh dengan segala keindahannya memang selalu menautkan rindu..kangen akut dengan tanah air 🙂
hi mbak Indah, hepi nu yeaaah
kangennya lewat bacaan dan makanan dulu ya, makasi sudah mampir
rangkaian kata2nya bagus bangett ..
teurimong gaseuh, terima kasih 😋