Rindu Jantho


Jantho tak pernah tahu dirinya telah lama divonis mati. Bahkan kembang-kempis paru-parunya tak teraba meski nadinya masih berdenyut mengalirkan darah ke bilik jantungnya.

jantho_08
Kembang Jantho

Jantho tak pernah tahu, sepinya akan dirindu karena pesona lekak-lekuk bebukitannya yang menggoda rasa tuk memeluknya.

jantho_02
Ini bukan Tembok Cina, bukan pula New Zealand
jantho_07
Selamat pagi Semesta, selamat pagi Jantho

Jantho tak pernah tahu, hijau padang dan hembusan napasnya membawa damai ke relung jiwa. Serenade yang merangkul asa tuk berbaring dan terbuai dalam peluk malamnya.

jantho_04
Selamat pagi bapak ibu petani

Tak pernah terpikir untuk menjumpainya, meski berkali langkahku menjejak di Nanggroe. Tak pernah terbayang kan menemuinya saat mentari setengah hati menghangatkan tubuhnya, hingga hujan melerai semua keterasingan itu.

jantho_03
Menikmati Jantho
jantho_01
Salam rindu Jantho

Keterasingan yang membuatku tersadar: Jantho adalah bebukitan yang padanya asaku bertunas, rinduku berakar; surga yang tak kau sadar bernapas di dalamnya, saleum [oli3ve].

40 thoughts on “Rindu Jantho

  1. Aih, cantiknya. Hijau yang sejati hijau, biru yang sejati biru, kabut yang sebenar kabut, bagaikan di nirwana Mbak pemandangannya. Tapi entah ya, saya baru sekali datang ke Aceh dan agaknya aura Aceh itu sama seperti yang saya rasakan melalui gambar-gambar ini. Mudah-mudahan suatu hari nanti saya bisa ke sana dan merasakan aura itu lagi :hehe.

  2. Inilah Jantho, kota mati yang alamnya sangat indah. Kalau saya lihat, sebenarnya kota ini mati karena tidak berada dekat jalan Nasional, dan jalan ke Jantho itu mati. Artinya tidak tembus kemana2. hehe Salam mbak oli3ve 🙂

  3. aku nyesel mba, kenapa aku mulai rutin dan jatuh cinta ama traveling dr 2010.. bukannya pas dulu, pas masih tinggal di Aceh, ato waktu masih kuliah di luar. 18 thn di aceh, tempat yg prnh aku dtgin cuma banda aceh, takengon dan langsa… haiyaa… memalukan -__-.. pdhl aceh itu surganya wisata… jantho srg dgr pastinya, tp g pernah kesana

Leave a reply to Perempuan Keumala Cancel reply