Lelah menghantarkan kaki menyusuri kelap-kelip Bragaweg mencari satu kamar untuk beristirahat malam itu. Muda-mudi berpasangan keluar masuk kedai, tawa mereka pecah meretas malam. Musik pengantar keriaan berdentum dari sebuah kedai kopi yang tampak semarak. Di depannya, seorang perempuan muda tertunduk lesu. Mungkin dirinya sudah terlalu lelah menanti kekasihnya yang tak kunjung menjemput. Pada sisi kedai Kopi Oey kutemukan sebuah papan berkelip memberi harap akan tempat untuk merebahkan badan, Chez Bon.

Satu kamar berukuran besar berisi delapan dipan susun ditunjukkan oleh seorang petugas yang berjaga malam. Serasa berada di dalam kamar asrama dengan dipan-dipan tinggi yang diatur berderet dan berhadapan sehingga masih ada ruang kosong di bagian depan pintu dan di antara dipan yang cukup lega utuk berlalu lalang.
Menurut lelaki berkulit putih yang bertugas di bagian penerimaan tamu, kamar berukuran kecil sudah penuh. Yang tersisa hanyalah ruang kamar ini. Aku tak terlalu menginginkan kamar untuk bersendiri tapi ruang ini terlalu luas untuk dihuni sendiri. Entah membaca pikiranku, lelaki itu buru-buru menyahut sembari menyodorkan kunci kamar,”Nanti ada temannya tiga orang koq mbak yang tidur di kamar itu.” Kepada lelaki lain yang sedang menyesap kopi di ruang sebelah dirinya bersuara,”Jang, Large Room.”
Large room adalah kamar berkapasitas 16 orang, masing-masing penghuni menempati dipan bersusun. Kamar yang lebih kecil Medium Room memiliki tiga dipan susun atau dapat diisi oleh 6 enam orang sedang yang terkecil Small Room dapat dihuni 2 orang dengan satu dipan susun. Yang unik, kamar mandi dan toilet di dalam kamar hanya tersedia untuk Large Room, sedang kamar-kamar lain kamar mandi dan toiletnya di luar kamar. Meski Bandung dinginnya terkadang menggalau; setiap kamar di Chez Bon dilengkapi dengan AC.

Aku berpikir, bila gelap semakin pekat, akan bertambah sepilah jalan di depan hostel. Ternyata tebakanku kurang jitu. Saat bergegas ke gerai di seberang hostel untuk membeli sabun cair, kulihat semakin ramai pulalah mereka yang berkeliaran di jalan itu. Sebagian yang letih berjalan, berhenti sejenak mengistirahatkan tungkai kaki dengan duduk-duduk pada bangku yang berderet di sepanjang pedestrian.
Kamar yang sepi. Dipan-dipan yang bisu dan bunyi berderit saat dipannya diduduki menyambut hadirku. Sepeninggal si Ujang yang hanya mengantarkan hingga ke depan pintu, aku bersendiri memindai setiap sudut kamar dengan pikiran berkelana pada satu masa. Pada perjumpaan sesaat di pagi sebelum engkau beranjak dari Bethel yang menyisakan jejak yang terus membayangi setiap langkah. Sudah kusampaikan kesalku pada hari yang terlalu cepat bergulir tuk menahan gelap agar waktu bagi kita masihlah panjang untuk bercengkerama. Meski akhirnya, waktu jualah yang melerai perbincangan kita.
Setelah membasuh badan di kamar mandi yang luas dengan ubinnya yang dingin, aku hanya ingin lena dalam mimpi. Kunyalakan lampu baca di sisi atas dipan, membuka lembaran Jugun Ianfu yang menemaniku berjalan seharian ini untuk memancing kantuk. Entah jam berapa aku lelap, resahku sedikit terganggu ketika suara-suara perempuan yang kupikir keluar dari buku bacaan semalam yang hadir di kamar ini. Ternyata, mereka adalah tiga perempuan yang saling berkenalan karena perjumpaan di bilik Chez Bon.

Berkunjung ke Bandung untuk tempo yang singkat mestilah mempertimbangkan banyak hal terutama waktu dan pilihan tempat untuk beristirahat jika mendadak malas pulang larut ke Jakarta. Waktu yang ada hendaknya dimaksimalkan dan diisi dengan keriaan yang bermanfaat bagi kesegaran otak.
Chez Bon
Jl. Braga No.45, Bandung , Jawa Barat 40111
Telp +62-22-4260600
Twitter @IdChezBon
Pagi hari usai berbenah, dengan semangat baru aku bergegas ke lantai atas untuk menyiapkan sarapan. Setangkup roti selai kacang stroberi, telur mata sapi dan secangkir teh manis panas (yang suka kopi juga tersedia kopi yang siap seduh) menu sarapan yang tersedia pagi itu pun meluncur ke lambung. Chez Bon! Wilujeng enjing, kumaha damang? saleum [oli3ve].
Chez Bon di Bandung, menarik dijajal nih. Hatur nuhun mbak Oliv.
Salam
sami-sami mbak Ry, asik tempatnya
Hai Olive baru kali ini bisa mampir blognya. Narasinya seperti lagi baca cerpen. Menarik
😜 terima kasih sudah mampir
Waktu malam, yang tidur di sana cuma Mbak dan tiga orang lain kan, tidak bertambah dengan orang yang di siang hari tidak terlihat? :hehe. Menarik, tempat yang menarik. Saat saya jalan di Braga tidak saya lihat euy Chez Bon ini, atau mungkin terlihat cuma tidak tampak seperti sebuah penginapan? Ah, lain kali ke sana mesti mengamati dengan lebih teliti *brb beli lup*.
mungkin bertambah tapi malam itu saya lelap jadi nggak kenalan 😂😂😂
Syukurlah lelap :hihi.
Teringat saya pernah menginap disana. Saya sangat menyukainya apalagi pas banget saya dapat kamar yang isinya hanya dua bunk bed dan kosong 🙂
asik banget menguasai kamar donk
tp kalo dipikir2 seru juga di kamar besar bisa main bola 😄
Mba Olive, mampir ke mie Kejaksaan ga? Kan dekat dengan Chez Bon… hihihi
nggak mbak, aku makan yamin cakalang di jl pandu dekat kuburan 😂
Baru tahu ada dormitory di bandung, tengah kota pula cocok untuk walking tour disana
Ada koq, sebelumnya sempat nyobain juga yang di Paskal Zzz Express Backpackers
Tempatnya keren! Jadi pengen ke Bandung lagi. Kebetulan ada kawan yang mau ke sana. Bisa aku rekomendasikan. Makasih, Kak Olive… 🙂
mangga kk
Chez Bon ini kalo gak salah punyanya Pak Maknyuss 😀
Bersihhh yaaaa tempatnya… Layak dicoba kalo pas lagi melipir ke Bandung.
Iya beneeeer