Menepi di Senyapnya Taman Indria Purwokerto


Bayu tak banyak bicara, surya pun hanya mesem saat aku beranjak dengan Dwipangga menuju Purwokerto, menggeret segudang tanya yang tiada henti berputar membuat kepala meringis. Apa sih yang menarik dari Purwokerto sehingga harus dikunjungi? Jika melintas di pikiran saja tak pernah, untuk apa mencari tahu keunikan ibukota Banyumas, Jawa Tengah ini?

Hampir lima jam perjalanan dan aku tak berhasil mengumpulkan memori yang bisa membuatku sedikit saja membebaskan diri dari tanya yang terus saja mengusik.

bu kasur, kuburan bu kasur, taman kanak-kanak indria
Sudah lama tak disapa

Waktu mengingatkanku, terkadang hanya perlu menjejak di satu tempat dimana jejak masa pernah bersandar agar engkau tersadar bahwa jejak itu pernah ada. Di peron stasiun Purwokerto, satu per satu memori yang menepi di sudut yang paling sepi perlahan beranjak pada ingatan masa perjalanan dengan Kereta Api Terakhir.

Satu-satu, aku sayang ibu
Dua-dua, juga sayang ayah
Tiga-tiga, sayang adik kakak
Satu-dua-tiga, sayang semuanya

Pernahkah di masa kanak-kanakmu mendendangkan lagu di atas? Atau minimal kupingmu pernah merasakan iramanya?

Bagi generasi yang lahir pada 1960 – 1980, yang konsumsi lagu masa kanak-kanaknya penuh warna, yang tontonan sorenya program Taman Indria di TVRI, saluran televisi satu-satunya pada masanya; pasti tak asing dengan lagu di atas. Tentu pula tak akan asing dengan suara teduh dan masih menyimpan kenangan pada alunan suara serta gerak tubuh pengasuh acara Hip Hip Ceria di RCTI dulu, Ibu Kasur.

Lahir di Batavia (sekarang Jakarta) pada 16 Januari 1926 dengan nama Sandiah. Jika kemudian lebih dikenal sebagai Ibu Kasur, itu karena dirinya menikah dengan pemuda Soerjono yang dijumpainya di Kepanduan Indonesia (sekarang Gerakan Pramuka Indonesia). Soerjono disapa dengan Kak Soer yang lama-lama menjadi Kasur. Pergeseran masa menjadikan panggilan itu lekat sebagai Pak Kasur dan bagi pasangannya; Ibu Kasur.

kaliori, makam bu kasur, bu kasur, pak kasur
Makam keluarga Pak dan Bu Kasur di Kaliori, Purwokerto

Pasangan ini selalu merindu anak Indonesia bertumbuh, bermain dan belajar melalui lagu yang sesuai dengan usia mereka. Lagu mendidik yang mudah dicerna dan gampang dimengerti oleh anak-anak. Karenanya, pak Kasur dan bu Kasur yang mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan dasar anak, membuka Taman Kanak-kanak Mini di rumahnya pada 1968 serta giat menciptakan lagu sederhana yang sarat pesan untuk anak-anak.

Aku menghampiri gerbang kecoklatan yang memagari pekarangan di tepi jalan di jelang gerbang Goa Maria Kaliori. Warna coklatnya lahir dari perpaduan warna cat yang telah pupus dan karat yang menggerogotinya.

Sebuah gembok karatan melingkar dan menggantung di jerujinya. Sebelum memutuskan untuk memanjat pagar, rasa penasaran mengajakku untuk terlebih dahulu memastikan gemboknya terkunci rapat atau hanya digantungkan di sana. Nyatanya, memang tak dikunci. Karat telah merusak fungsi anak kuncinya sehingga si gembok dibiarkan saja menggantung tak diganti. Di sisi kanan tegak pendopo, satu-satunya bangunan di dalam pekarangan itu dengan 16 tiang  penopangnya. Debu menebal yang melapisi ubin hitamnya mempertegas keberadannya jarang disapa.

Hanya ada dua cungkup bisu di sana. Terdiam bersisian, tak ada lagi suara kanak-kanak yang bersemangat mengikuti gerak lagu, tak ada lagi tepuk sorak yang mengiringi alunan nada. Semua terdiam dalam sepinya.

pak kasur, bu kasur, taman kanak-kanak indria
Peristirahatan Pak Kasur dan Bu Kasur

Bangun tidur ku terus mandi,
tidak lupa menggosok gigi,
habis mandi ku tolong ibu,
membersihkan tempat tidurku

Ingin hati beranjak menyapu dan mengepel lantai berdebu itu. Namun tak kujumpai sebatang sapu atau pun kain pel yang bisa dipakai. Aku teringat tempat IBU di bukit sana, meski tersembunyi di pucuk bukit namun selalu bersih dan bebas dari debu, membuat badan betah untuk berbaring di atasnya.

Pak Kasur meninggal pada 26 Juni 1992. Setelah kepergiannya, Ibu Kasur terus melanjutkan langkah dan cita-cita mereka di jalur pendidikan dasar anak tanpa pernah memikirkan berapa rupiah yang akan didapatkan. Passion, panggilan jiwa memanglah tak bisa dilawan.

bu kasur, pak kasur, taman kanak-kanak indria
Anak TK jadul yang senang menemukan jejak guru TK-nya (doc. Lita Jonathans)

Cinta menautkan hati mereka di Bandung, cinta pula yang tetap menyatukan mereka di Kaliori, Purwokerto. Hari ini, 13 tahun yang lalu; 22 Oktober 2002 Ibu Kasur pun dipanggil pulang oleh Sang Khalik untuk mengasuh taman kanak-kanak di Surga, saleum [oli3ve].

Advertisement

16 thoughts on “Menepi di Senyapnya Taman Indria Purwokerto

  1. Sempat punya cita-cita jadi guru TK karena sering liat Bu Kasur dan sikap keibuannya hahaha… tapi kayaknya gak cocok.. gak sesabar yang dibayangkan ternyata …
    Baca ini jadi terasa suasana di sana *horeee… aku komen

  2. Ah iya, ini dua tokoh pendidikan Indonesia yang hampir dilupakan banyak orang. Lagu-lagu yang mereka ciptakan dan ajarkan abadi sepanjang masa. Kak Olyv bisaaa aja nemu makam yang bagus untuk direview 🙂

      1. Hmm udah pernah tau soal makam Raden Ronggo Prawirodirjo III belum?

        Mantan Bupati Wedana Madiun, yang dibunuh oleh pasukan Mataram Yogya atas perintah HB II. Dan bertahun-tahun beliau dimakamkan di pemakaman para ‘penjahat Mataram’, namun kemudian namanya dipulihkan kembali oleh HB IX dan makamnya disandingkan oleh istrinya Putri Maduretno yang merupakan putri dari Maduretno. Aku tertarik sih dengan sejarah Bupati Wedana Madiun satu ini …

  3. Almarhum Pak Kasur, almarhumah Bu Kasur, terima kasih atas lagu-lagu yang mewarnai masa kanak-kanak saya :’)

  4. Emang harus ada yang mengulas tokoh-tokoh kita di masa lalu, agar anak cucu kita juga tahu siapa mereka. Bapak dan Ibu kasur telah memberikan semangat perjuangannya untuk memberikan perhatian di dunia pendidikan, dan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk berterima kasih kepada mereka adalah melestarikan lagu anak-anak dan mengulas sejarah mereka.

  5. Ya benar sekali,saya baru dr makamnya pak/bu kasur.pagarnya terkunci ama gembok,saya penasaran siapa tahu ada jalan lain buat masuk ke dalam makam ternya tidak ada jalan masuk terkecuali gerbang yg masi di gembok.karna rasa ingin mendekati makam,terpaksa td saya meloncati pagar untuk masuk ke dalam makam.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s