Pesan dari Kedai Kopi


Dapatkah engkau mengerti (dengan mudah) makna yang tersirat pada kata demi kata yang berbaris rapi dalam sebentuk kalimat yang terangkai dalam bait-bait puisi? Dapatkah engkau memahami pesan yang disampaikan seorang pujangga pada goresan puisinya, saat dia menuangkan rasanya? Gelisahkah ia, tersenyumkah ia, bersukakah dirinya?

Pernahkah engkau mencoba memahami makna, lewat alunan musik dan suara yang lembut membuai rasa, lalu berderap dan melengking di ujung-ujung kata? Pernahkah terbayang, bagaimana merangkai nada pada potongan kata dalam sebentuk puisi, memilih tinggi rendah nada untuk kata pertama, kedua dan seterusnya; meramunya menjadi paduan harmonisasi agar pesan sang pujangga tersampaikan dengan runut tak kehilangan makna?

AriReda, Ari Malibu, Reda Gaudiamo, Musikalisasi Puisi
AriReda @CoffeeWar

Serangkaian pertanyaan itu riuh menari-nari di dalam batok kepala mencoba melerai kekusukan panca indera yang dilenakan oleh petikan gitar dan getar suara yang mengalun pada Warming Up Concert AriReda di Coffee War, Sabtu malam (10/10/15) lalu.

Di antara lalu lalang hantaran kopi, petikan jemari Ari Malibu pada dawai gitar menghadirkan bunyi yang memadu dengan suara bening Reda Gaudiamo. Alunan nadanya diracik sedemikan rupa sehingga menghasilkan komposisi yang tertangkap dengan indah di gendang telinga. Suara meninggi Reda ditimpali suara rendah Ari dan sebaliknya, bahkan pada ujung-ujung kata tertentu, ada lengking meninggi nan nyaring. Paduan bebunyian yang diolah oleh otak dan dipancarkan melalui gelombang getar pada ujung-ujung saraf yang menggerakan energi rasa dan memenangkan jiwa.

Musik membantu relaksasi otak, bermanfaat sebagai terapi penyembuhan ragam penyakit. Ini bukanlah suatu pengetahuan yang baru, tapi sudah berlangsung sejak dahulu kala. Pada jaman Daud, melodi yang lahir dari petikan jari lentik Daud pada dawai-dawai harpa dan merdu suara serulingnya adalah terapi paling manjur pelepas kegundahan Raja Saul.

Mendengarkan lagu kesukaan merangsang otak untuk melepaskan senyawa penghantar sinyal  yang berperan dalam mengatur pergerakan, pembelajaran, emosi, daya ingat, kesenangan dan ketenangan. Karenanya, ketika lelah dengan keseharian yang memadat, ambillah waktu sejenak dan mendekatlah pada alam. Nikmati desah angin mengelus dedaunan, debur ombak memecah pantai, candaan cengkerik memecah malam, atau dendang riang burung menyapa pagi yang menenangkan dan menyejukkan jiwa.

album arireda, arireda, msikalisasi puisi
Album baru AriReda

Kembali ke AriReda, malam minggu di kedai kopi berkumpul dengan para sahabat yang datang dari berbagai generasi, menikmati lagu kesenangan sembari menyesap kopi, berbincang di pergantian lagu, berbagi sapa lewat tawa meski tak semua saling mengenal. Kekuatan (seni) musik, menyatukan generasi, memadukan rasa dan bernostalgia dengan kenangan. Di hari yang sama, AriReda meluncurkan sebuah album baru untuk para sahabat yang telah lama menanti; AriReda Menyanyikan Puisi.

Ada kekuatan yang sanggup menahan bersila di ubin telanjang selama 3 jam tanpa bergeser. Tapi bagaimana bisa, kaki yang biasanya kram kala bersila 15 menit saja, dapat bertahan dengan tenang selama itu? Saya yakin karena energi yang dipancarkan dari larik-larik puisi yang bernada dan menenteramkan itu.

Coba saja dengarkan potongan bait-bait puisi yang mereka lagukan di SINI, jangan bilang kamu tak menyukainya.  Bila engkau hanyut dibuainya, bagikanlah pada mereka yang juga merindu ketenangan.

Hari ini, AriReda berangkat ke Frankurt. Mereka akan membagikan energi yang memadu dalam musikalisasi puisi di perhelatan dunia; Frankurt Book Fair 2015 dan beberapa kota lain di Eropa. Bravo AriReda, selalu bangga pada kalian, saluem [oli3ve].

2 thoughts on “Pesan dari Kedai Kopi

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s