“Psssttt … makannya jangan terlalu kenyang, masih ada babak selanjutnya yang lebih seru.” Towel lelaki ganteng yang duduk di samping saya pada sebuah jamuan makan malam. Hmmm … menurutmu ada babak yang lebih seru selain merebahkan diri di atas pembaringan usai santap malam karena kekenyangan? Bukannya berhenti memamah biak, lelaki di sebelah ini malah kembali menghampiri meja panjang tempat aneka hidangan penggugah selera disajikan.
Melihatnya mondar-mandir mengambil penganan, membuat tangan kembali memegang sendok dan garpu mengembangkan seni bersantap memenuhi rongga perut dan menyisakan sedikit ruang yang renggang untuk hidangan penutup. Selang 10 menit, setelah memberi kesempatan kepada saluran cerna untuk beristirahat sejenak, kami pun beranjak dari meja makan mencari keseruan menyenangkan hati.

Pk 22.30 di malam minggu ketika perut masih penuh, kami kembali duduk di sebuah meja makan menanti pesanan untuk bersantap (lagi). Kata seorang kawan yang mendengar rencana kami untuk bertandang ke kotanya, belum sah menginjak kotanya bila belum menyantap hidangan yang satu ini. Karenanya, kami bersabar menanti hidangan penutup malam itu di Green Land Seafood, Batam.
Saya tak sempat mencari tahu seperti apa wujud dari hidangan spesial ini hingga dia terhidang di depan mata. Tak menunggu lama hingga cangkang-cangkang berwarna kekuningan yang saling berhimpitan di atas piring dihantarkan bersama sepiring kecil sambal kacang. Canarium stroumbus adalah biota laut yang banyak dijumpai di peraian Kepulauan Riau. Oleh warga setempat, lebih dikenal dengan sebutan Gonggong dan dengan gampang bisa didapatkan di kedai-kedai seafood di Batam dan sekitarnya. Gonggong yang tersaji di meja makan biasanya diolah dengan cara direbus dan dinikmati dengan dicocolkan ke dalam sambal.


Meski siap santap, diperlukan sedikit kesabaran dan teknik mencucuk untuk mengeluarkan gonggong dari cangkangnya. Pegang cangkangnya, ambil sebatang tusuk gigi dan cucukkan ke daging gonggong lalu tarik pelan-pelan. Jangan terburu nafsu untuk mengeluarkan isinya, gunakan segenap rasa dan keluarkan dia dengan perlahan, cocolkan ke dalam sambal lalu haaaap … masukkan ke dalam rongga mulut dan nikmati kekenyalan dagingnya bersentuhan dengan geligi dan ujung lidah.
Menurut lelaki yang menemani santap malam itu, gonggong mengandung kandungan protein tinggi sehingga banyak dilirik oleh kaum adam untuk meningkatkan vitalitas. Oh yes oh yaaa … perlu hati-hati jangan karena ingin menggenjot energi makannya berlebihan karena kandungan kolesterol gonggong juga cukup tinggi. Kolesterol naik bisa diredam dengan penangkal petir eh diet, tapi kalo tegangan memuncak dan tak ada salurannya bisa bocor halus 😉

Eh tapi ada bocor halus bisa disumbat dengan yang berlendir untuk menggapai kepuasan rasa. Jika gonggong disantap di malam hari, pemuasnya dinikmati di pagi hari. Kami mendapatkannya di sebuah kedai di pujasera sebuah ruko di kawasan pecinan, Nagoya.
Mie Lendir, nama yang terasa janggal di kuping untuk hidangan yang tersaji hangat di atas meja bulat yang bisa diputar ke kanan dan ke kiri. Ia sejenis mie tumis yang terdiri atas paduan rebusan mie kuning dan taoge disiram dengan bumbu kacang yang kental, ditaburi irisan cabe rawit, daun bawang, bawang goreng dan sebutir telur rebus. Kuah kacangnya terasa manis, sehingga bagi lidah yang terbiasa dengan mie asin akan menolak rasa kuah kacang yang bentuknya seperti lendir ini.

Untuk menghasilkan rasa yang jreeeng dan menggigit, sebelum disantap gerus irisan cabe rawit dan aduk hingga mie dan kuah lendir yang manis itu memadu rasa. Setelah campurannya cukup rata, gulung mienya dengan garpu, dan nikmati sensasi rasanya saat suapan pertama menyentuh ujung lidah, memenuhi ronga mulut dan merambat hingga ke ubun-ubun. Agar sensasinya lebih mantap, jangan lupa mengalirkan teh tarik panas sebagai penghantar lelehan Mie Lendir menggapai rongga perut untuk menyempurnakan pagi sebelum berkegiatan. Saleum [oli3ve].
Sedap dan menggoda ya tampaknya. Mana itu daging gonggong nya gede banget, beda sama tutut yang kecil-kecil.
btw sedikit koreksi kak, untuk penulisan nama latin spesies, huruf awal di kata kedua harus ditulis dengan huruf kecil, jadi seharusnya: Canarium stroumbus 😉
*lalu ngiler, dan gak berhenti menatap fotonya*
sangat menggoda, sekali hap nggak berhenti deh rebutan.
thx koreksinya kk Bart, sudah dibenerin 😉
Aku aja pengen kaaaak, selama ini cuma baru dengar “kemasyhuran” namanya aja … siip semoga info yang bermanfaat 🙂
nah konon bagian keras yg di dalam gongong itu penawar kolesterol… ah aku ngga terlalu suka gongong
eh mas mas ganteng itu yg mana kok gambaranya ngga ada
oooh gitu kk, mungkin kamu bisa coba kripik gonggong
mas gantengnya yg mana yaaa *ngikik*
Maa ganteng apa mas buncit
wakakakakkak …
Aduhh kaliannnnnnn
Ganteng apa buncit…..
Aku sukak judulnya 😀
Kak Danan, aku juga deg2an siapakah yang dimaksud dengan mas2 ganteng, apakah itu diriku? *sambil ngaca di spion gojek*
aauuwww, mas gantengnya bukunya menemani perjalanan ke Purwokerto nih
duh kangen gonggonggg
setelah makan, sekarang melapar lagi setelah lihat postingan kak olivee
coba pas aku di batam,bisa ketemuan ya mbak hehehe….sampe sekarang,masih suka banget sama mi lendir,ngangenin hahahaha..
Kak, itu mirip dengan kerang rebus yang ada di banda aceh ya kak 😀