Saya sedang tak bernapsu turun ke air, sebisa mungkin ingin menghindar bermain dengan air. Bukan, bukan karena takut air terlebih takut basah karena sedang menerima tamu bulanan. Ragu diam-diam merayap di dalam hati ketika perahu motor yang saya tumpangi bersama Angela (Belanda), Nina (Rusia), Jamie (Australia) dan Aan (Malaysia) mulai meraung-raung menerabas kali Setiu menuju muara Kuala Baru.

Ia melaju semakin kencang, berkejaran satu dengan yang lain. Nasi sudah menjadi bubur, pantang undur untuk merengek pulang. Mari menuju muara, sembari berdoa air di sana tak sedada meski yang terbayang saat itu adalah pengalaman menjaring ketam dua tahun lalu di perairan Port Dickson.
Perahu motor kami berhenti menderu usai melewati jejeran pohon kelapa, barisan bakau, menggapai muara. Sesaat setelah sauh di buang ke air, Angela, Nina dan Jamie berlomba ikut turun ke air. Tak ingin basah konyol, terlebih membuat kehebohan di Kuala Baru; adalah bijak menanti sejenak di dalam perahu.

Mendengar keriaan, tergoda untuk mencoba peruntungan, lalu perlahan ujung celana mulai digulung, mengibas-ibas permukaan air dengan ujung jemari kaki sebelum menenggelamkan tapaknya ke dalam lumpur pasir payau.
Saya belum pernah mengutip kepah (=kerang), sepertinya ini akan menjadi pengalaman menarik. Layaknya hendak berbelanja ke pasar, keranjang merah diraih dari perahu, ditenteng berjalan ke tempat yang agak lowong sembari mencermati bagaimana cara peserta yang sudah terlebih dahulu turun ke air mengumpulkan kerangnya.

Dari seorang jurumudi perahu, saya menguping dengar apa yang disampaikannya kepada seseorang di sebelah perahunya. Gunakan tapak kakimu untuk mengais-ais pasir. Resapi setiap gerakan yang terjadi di telapak kaki, sampai kau rasakan ada benda licin yang menggelitik permukaan kulit. Coba rasakan lebih seksama, bisa jadi itu adalah cangkang kepah yang sedang kau cari. Merunduklah sedikit dan masukkan tanganmu untuk mengutip benda tadi dan angkat ke udara. Jika keberuntungan sedang memihakmu, maka benda yang kau kutip pastilah kepah. Jika tidak, binatang muara lainnya yang telah menggodamu.

Sebagian pengutip kepah mulai bermain air, saling melempar air hingga kecibak-kecibung berendam di air payau. Tak semua peserta turun ke air, beberapa asik bercengkerama di atas perahu bahkan ada yang asik sendiri bermain dengan smartphone mungkin sembari berkhayal mengutip kepah dan membagikannya ke linimasa seperti abang ini 😉

Bisa jadi pekerjaan mengutip kepah ini gampang membuat bosan beberapa orang karena butuh kesabaran, ada baiknya sebelum berangkat bawalah earphone untuk mendengarkan lagu-lagu kesukaan. Tapi hati-hati, jangan sampai perlengkapan lenong jatuh ke dalam air.

Tak terbayangkan sama sekali, ajang mengutip kepah yang sungguh sangat sederhana ini dikemas sebagai paket wisata Tourism Terengganu untuk memikat pelancong dari luar. Semoga di kampung saya, keseharian sederhana semacam ini tak dilupakan karena tergoda puding enak yang jauh dari jangkauan, saleum [oli3ve].
kepah-nya langsung diolah jadi makanan nih? *kl urusan makan langsung cepet nyamber*
hahahaha iya, dikumpulin semua lalu dibawa ke hotel buat dinner
Dan rasanya? pasti enak ya mbak Olive ^^
yg gratis2 biasanya enak Yan 😂
Hahaha setuju mbak Olive 😀
Bisa dimakan mentah gak ya? Sok-sok gaya Prancis gitu. hahaha
sepertinya bisa mbak, tinggal buka cangkangnya kasih perasan jeruk lemon slurrrrp deh 😜
Yang udah dimasak mana kak olip??
udah habis dimakan kk Wira 😂
Itu kepahnya direbus, terus dicocol pake saos nenas kayak yang dijual di Rex Peunayong. Asli mangat that! 😀
woaiyaaaa …. jadi pengen buru2 mudik dan menikmati makan malam seafood di Peunayong
itu di rebus aja sudah enak bingitttt
kayak gonggong ya kk 😄