Without the people like you and the ship that rescued us at sea. We the boat people surely would not make it. Many of us live is the direct kindly from people like you. You guys will also be a hero in our eyes. therefore, I want to say thank you and hope someday I can meet you. [Jamie to Mr Gaylord, 27 Februari 2015]
Engkau tak akan pernah tahu apa artinya memiliki jika engkau tak pernah merasakan kehilangan, Lip. Pesan yang disampaikan oleh seorang pendeta dalam satu ibadah di Minggu pagi yang sebenarnya ingin kuhindari beberapa tahun lalu kembali terngiang. Tak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan, tidak pula kebetulan meski terjadi seperti kebetulan.

Tanggul itu kembali jebol dua hari lalu, airnya deras menerjang ke segala arah. Secara fisik kita belum pernah bersua, secara waktu pertemuan kita hanya sesaat. Itu pun berbalas surat elektronik yang bila dihitung tak mencapai sepuluh jari tanganku. Namun, percakapan yang tertuang di sana telah menautkan potongan kisah perjalanan masa meski hanya berbagi lewat dunia maya.
Kubaca lekat-lekat pesan yang dikirimkan Jamie pada saat ayam masih enggan untuk berkokok, yang telah menghalau kantuk dan membuat mata tiada henti basah.
Olive, I just found out Mr Gaylord Wayne Barr passed away Jun 4, 2015. Big lost. Go to his website, you will see the info.
BIG LOST. Kata yang terus berputar memenuhi kepalaku sepanjang hari itu. Ingin rasanya menyepi di Tin Lanh, dan berlari ke Youth Center untuk mengenang setiap kenangan dan asa yang telah kau sematkan pada mereka yang pernah ada di Pulau Galang.
My job was training Vietnamese refugee volunteers who then taught English classes. It was a wondertful job, and I worked with many great people – [Gaylord W. Barr, 27 Februari 2015].
Seorang guru yang baru saja kukenal, yang darinya banyak asa yang masih ingin kudengar, telah berpulang. Have a safe journey Mr Gaylord, sakitmu telah sembuh. Beristirahatlah dengan tenang dalam pelukanNya. Kita tidak pernah bersua, namun kehilangan itu menyakitkan. Bersyukur pernah mengenalmu, terima kasih untuk persahabatan sesaat yang membuahkan kenangan yang sulit untuk ditepis.
Semoga harapmu dan asa Jamie, bisa kuteruskan seperti pesan Jamie dalam suratnya beberapa waktu yang lalu:
Olive I want to thank you for keeping this story going. If you have any infomation of the people that help us like Gaylord Barr, please let me know. I hope someday, you and I can meet in Vietnam or Galang or Kuku and I can tell you more on the journey of the boat people. – [Jamie]
***
Perjalanan ke pulau Galang pada Februari 2015 lalu membuahkan “pertemuan” dengan mereka yang pernah berada di kamp pengungsi Vietnam yang dibangun atas dana dari UNCHR pada awal 1980. Saya mengenal Jamie dari nama-nama mantan manusia perahu yang saya temukan di blog Mr Gaylord dan secara acak mengirimkan pesan kepada mereka.
Secara mengejutkan, Jamie langsung menanggapi pesan yang saya kirim dan jalinan komunikasi lewat email pun tiada henti mengalir. Tanya singkat saya, dijawab dengan kisah panjang perjalanan dirinya bersama para manusia perahu meninggalkan Vietnam demi menemukan 2 (dua) pintu HARAPAN dan KEBEBASAN.
… every boat people has a little different details , everyone our jouney is a tragedy of its own. No two is alike. But in the common analysis are: cold, hurry, sickness, pirates, death. But at the end of this tunnel is “hope and freedom”. These two words is all we need to take the chance at sea. The two words were our motivation. Even we know sudden death is in front of us.
Orang baik, akan selalu meninggalkan kenangan yang mendalam di hati mereka yang dekat bahkan mereka yang hanya selintas mengenalnya.
Wherever he lived, in Morocco, Indonesia, the Philippines, Roanoke, he was on the side of the less powerful, the refugees and immigrants. So many loved him, and he loved them back. I will miss my friend but forever be thankful for the time we shared, and for all he taught me. Horseman, pass by. – [John Duffy, 30 Mei 2015]
Mr Gaylord lahir pada 21 Mei 1947 di Yakima dan bergabung dengan Peace Corps menjadi volunteer di Sefrou, Maroko, Filipina, Indonesia dan kembali ke San Diego menjadi pengajar di Patrick Henry High School. Sesuai permintaan terakhirnya, Mr Gaylord yang meninggal di rumahnya di Roanoke pada 30 Mei 2015 meminta dikremasikan dan abunya disebar di kota tempatnya dibesarkan; Yakima, Washington.
Kita tidak pernah tahu kapan jam kehidupan ini akan berhenti, hanya DIA sang pemutar jam itu yang dapat memastikannya. Yang bisa kita lakukan adalah, selama masih diberi kesempatan olehNya untuk menghirup udara segar ketika pagi menyapa bumi, ucaplah syukur padaNya dan teruslah tersenyum kepada siapa saja yang engkau jumpai dalam perjalanan hidupmu, saleum [oli3ve].
huaaaa pagi pagi baca kisah pulau galang lagi dan berita kehilangan
huhuhuhuuuuu, aku lagi sedih kk
Kenapa kak? Di php ahensi atau mimi hitam?
kehilangan opa gaylord
Aku dulu pas opname dicikini sebulan kenal opa opa namanya zutrich. Dia orang jerman kelahiran indonesia , paska kemeedekaan insonesianpernah plg ke negaranya tapi ngga tahan dingin lalu balik ke Indonesia. Jadi kepikiran itu opa kemana ya doi
Orang yang baik :)). Semoga beliau mendapat tempat yang paling layak di sisinya, dan semoga jejak baiknya di atas dunia selalu dikenang dan diteruskan oleh orang-orang baik lainnya :)).
kakak kenal bgt ya ama si opa itu
nggak Win, tp passion yg sejalan membuat kehilangan itu terasa dalam
sabar ya kak puk puk