Sebagai seorang pekerja kantoran yang setiap hari berangkat dan pulang bekerja berdesakan di dalam badan bus yang dijejali manusia beragam aroma, saya memerlukan semangat untuk bisa menikmati keseharian seperti itu. Bagaimana mengisi hari jika mengawalinya sudah setengah hati? Semangat itu bukan hanya dari lingkungan pergaulan tapi terlebih penting dari dalam diri! Ketika sumbu semangat itu melemah, diperlukan usaha untuk mengobarkannya kembali dengan bersantai, berkumpul bersama orang-orang yang menebar energi positif, traveling dan kegiatan lain yang menyenangkan hati.

Traveling tak melulu harus pergi jauh dari rumah, beranjaklah sedikit saja keluar dari pekarangan dan nikmati anugerahNYA. Karenanya kala sebagian penghuni Jakarta beranjak ke luar kota untuk menikmati akhir pekan yang panjang, saya memilih menikmati sisa keriuhan yang ditinggalkan dengan berlibur di Jakarta. Pagi saya, saya isi dengan mengikuti seminar di gereja belajar bagaimana memahami penugasan dalam hidup. Siang harinya, saya memilih untuk bersantai dan beristirahat di Artotel Thamrin yang berada di tengah kota.
Life beats down and crushes the soul and art reminds you that you have one – [Stella Adler]
Urban boutique art hotel adalah konsep yang diusung Artotel, dimana seni tak sekadar pajangan yang menghiasi dinding kosong di setiap ruang yang ada namun menjadi satu kesatuan. Hal ini sudah tampak dari fasad gedung yang didominasi warna ungu dan diselimuti mural, membuat setiap mata yang memandangnya dari kejauhan, penasaran dengan isinya. Karenanya di antara salakan telepon sepanjang pagi hingga larut malam, saya menyempatkan memesan 1 (satu) kamar di Artotel Thamrin melalui Agoda sebelum meninggalkan kantor.


Usai check-in, siang itu saya turun ke lobi berbincang santai dengan Andri Meilani, Public Relation Officer Artotel sembari menyantap hidangan di RoCA (Restaurant of Contemporary Art). Melihat menu hijau, perut yang belum diisi dengan makanan berat sedari pagi, tergoda dengan Nasi Goreng Kemangi Teri. Sesuai namanya nasi goreng ini terbuat dari nasi yang digoreng dengan paduan daun kemangi yang digerus halus, virgin oil dan dibubuhi keju parmesan. Disajikan dengan potongan Tempe Goreng Katsu yang enak, Telor Mata Sapi, potongan tomat dan timun. Rasanya? Lupakan pesanan tetangga sebelah! lidah melebur dalam setiap suapan nasi yang menghasilkan bunyi krenyes-krenyes ketika dikunyah yang berasal dari butiran Teri Medan. Dan, yang penting untuk dicatat nasi gorengnya tak berminyak!



Untuk penyegar tenggorokan, saya memilih Hospital Hater yang terbuat dari campuran brokoli, jus nanas dan lemon. Bagi seorang penggemar sayuran, paduan rasanya kurang menggigit karena porsi buah serta sayurnya kurang banyak sehingga yang tersaji adalah minuman berwarna hijau yang terlalu bening. Menu lain yang diicip bersama adalah Grilled Chicken Panini, Crab Garlic Noodle yang rasanya masih tersisa di lidah, serta campuran rasa jus lemon, orange, nanas dan sirup grenadine a.k.a delima dalam segelas Pretty Cinderella yang menyegarkan.

Sehabis bersantap, kami beranjak ke mezzanine menikmati beberapa karya seniman yang dipamerkan dalam Dwellings. Menurut Andri, tiga bulan sekali di tempat ini disajikan karya para artisan yang berbeda, karenanya lantai ini juga dikenal sebagai rotating gallery. Pepatah mengatakan buah apel jatuhnya tak jauh dari pohonnya. Artotel Thamrin adalah hotel kedua milik kakak beradik Christine Radjimin dan Erastus Radjimin yang dibuka pada 13 Oktober 2013 setelah hotel pertamanya dibuka di Surabaya pada awal Juli 2012 di bawah bendera Artotel Indonesia. Dua hotelier muda ini adalah anak dari pemilik JW Marriot Surabaya, James Rachman Radjimin.


Sesuai dengan konsepnya, dinding setiap kamar di Artotel pun dihiasi dengan karya seni para artisan muda Indonesia yang berbeda di setiap lantainya. Karya Darbotz memenuhi fasad gedung, Eddie Hara di RoCA dan lantai 6, Marsio Juwono di mezzanine, lantai 2 diisi oleh karya Ykha Amelz, lalu lantai 3 oleh Zaky Arifin, Oky Rey Montha di lantai 4, karya Wisnu Ari pada lantai 5 dan lantai 7 menjadi bagian Ryan Tandya. Selain konsep, dari sisi marketing; ada perbedaan lain yang disajikan oleh Artotel dalam pilihan tipe kamar yang mereka jual. Di sini tak akan dijumpai tipe standard, deluxe atau superior. Yang ada Studio 20, Studio 25 dan Studio 40. Lalu saat melihat detail room amenities yang tersedia di kamar mandi, benar-benar disajikan dengan sentuhan seni dan pesan khusus pada setiap produknya.

Jelang petang, kami menikmati senja di BART (Bar At The Roof Top) di lantai 7 hotel ditemani Choco Nutty, Honeydew Creamy dan Fried Enoki Mushrom. Pk 21.00 saat pengunjung BART mulai ramai, saya memilih untuk turun dan beristirahat di kamar karena esok paginya mau menghirup udara pagi di Jakarta car free day.



Artotel Thamrin menyediakan penyewaan sepeda untuk tamu yang menginap di hotel dengan biaya Rp 50,000 per jam. Kangen mengayuh, usai sarapan saya mencoba menanyakan ketersediaan sepeda. Sayangnya 3 (tiga) unit sepeda yang masih bertengger di luar lobi sudah ada yang pesan. Tak ada sepeda kaki pun jadi. Bagi penggemar jalan, berjalan kaki sepanjang Sudirman-Thamrin di hari bebas kendaraan adalah satu pilihan yang menyenangkan. Hanya saja, berhati-hatilah pada laju pengayuh sepeda yang sering melintas tiba-tiba.

Nggak ingin capek jalan? Masih ada pilihan lain. Beranjaklah ke perhentian TransJakarta, nikmati Jakarta berkeliling dengan bus TransJakarta hanya dengan membayar Rp 3,500 saja. Ongkosnya masih terlalu mahal untuk isi kantong? Tenang, Jakarta menyediakan City Tour gratis bersama Mpok Siti menyusuri ikon wisata Jakarta. Mpok Siti akan mampir di beberapa perhentian besar untuk menurunkan dan menaikkan penumpang, jika bosan di dalam bus kita bisa turun di satu perhentian dan berjalan-jalan dulu di museum. Pada hari Minggu, Mpok Siti baru keluar rumah pk 12.00 jadi sebelum si mpok datang, sebaiknya nikmati pagi dengan berjalan kaki. Perhentian bus TransJakarta dan City Tour terdekat dengan Artotel adalah halte Sarinah yang jauhnya hanya sepelemparan batu dari hotel.

Beberapa destinasi wisata yang bisa digapai dengan berjalan kaki dari Artotel dan juga dilalui oleh TransJakarta serta dimampiri Mpok Siti adalah Museum Nasional, Monas, Museum Taman Prasasti, Pasar Baru, Lapangan Banteng dan Bundaran Hotel Indonesia. Jika ingin menikmati kawasan kota tua Jakarta, naiklah TransJakarta yang menuju ke Stasiun Kota.
Artotel Thamrin
Jl Sunda No 3, Thamrin
Jakarta 10350
Telp (021) 31925888
Saat beranjak dari Artotel Thamrin , mata saya terpaku pada tulisan this World is but a canvas to our Imagination yang menempel di dinding luar hotel. Hidup di kota besar seperti Jakarta tidaklah mudah. Setiap orang yang bisa menikmati keseharian yang ramai dengan tekanan pastinya memiliki jiwa seni yang sudah diasah dengan baik. Jika tidak, maka hidupnya hanya akan diisi dan dihiasi dengan keluhan, nyinyir sana sini lalu putus asa karena tak juga mendapatkan apa yang didambanya. Hidup adalah proses, kenikmatan hidup akan terasa indah ketika kita bisa menikmati setiap proses dan pembelajaran dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Nikmati dan syukurilah setiap detik yang Tuhan anugerahkan dalam hidupmu, saleum [oli3ve].
Ini hotel emang kece banget, dari dulu pengen nginep sini. Nabung duluuu 😀
Yup, salah satu hotel nyeni yg menggoda. Nabung yg banyak ya Dit 😉
Aku pernah nginep di sini Mak. Di lt.4 kalo ga salah, yg pelukisnya surealis. Yg akusuka di sini hotelnya nyeni, ada dolce gusto nya tiap kamar hahahahahaha
Itu dolce gustonya langsung menarik pandangan gitu buka pintu kamar 🙂
Setuju banget kalau Chicken Grilled Panini-nya menggoda :9
Mbak Olive, Mpok Siti hari minggu mulai jam 12 bukan ya? Setelah car free day selesai kan?
Btw, senang sekali bisa ‘main’ bareng hari Sabtu kemarin 🙂 menambah energi positif!
O,iya mpok Siti kalo minggu keluar pk 12 😉 thx koreksinya
dan gara2mu selalu terbayang camilan lucu ituuuu
Reviewnya bagus! Baru tahu ada hotel yang banyak lukisan2 seninya begini. Kawasan Thamrin memang strategis yak!
terima kasih kk Indro
btw Marsio Juwono itu adikmu kk?
Tentu saja bukan. Adekku namanya Lukman. Hahaa.
oooh aku pikir alias 😉
Very cute hotel … hmmm
hmmmnya sesuatu deh Fel
jadi pengen hahah 😀
hayuklah kapan kita mampir ke sini bareng2 😉
Yuuuuuuuuu!
Atur jadwal 😉
dekat sarinah kan ya kak
iya Win, sederetan bakmi GM
bagus banget hotel dan reviewnya…
makasih datang kembali #lhooo 😉
Nanti mudik mampir kesini ah, instagramable banget interior nya 🙂
Asiiiik ajak kopdar ya kk Feb
keren ya dekorasinya mbak
bangeeet mak
kereeeen kak, detail dan lengkap
saya tergoda menginap disana
monggo mas, ajak aku kongkow di roof top ya #eeeh
Heitsss banget deh hotelnya
semacam kamu ya kak, heitzz
Wah, pasti langsung semangat kembali habis nginap di sini. Hotelnya bagus, konsepnya menarik.
Gini nih kalau hotel keren diulas demikian apik . Dua jempol deh buat ulasannya, kakaaa.
duuh kakaaaa jgn tinggi2, jatuhnya sakit 😉
Jangan sampe jatoh dong kaka… hehehe
Waaa, hotelnya lucuuu! Seriusan ini di thamrin? Nggak pernah liat euy~ dimananya kak? 😀
ih serius kk, dekat pojokan Sunda kalau masuk dari Sabang. dari halte Sarinah kelihatan koq
Nggak pernah merhatiin~ hehee~ kapan kapan mau cobain ah 😀
jreng koq dari jauh
Stylish dan sangat modern. Muralnya keren. Nyeni. Dinding kamarnya ciamik.
Food & beverage nya menggiurkan 😀 Suka review ala mbak Olyv. Lengkap dan detail. Bikin tertarik untuk menginap di sana.
oh ya, aku tertarik dengan foto pojok kamarnya. Itu kursinya sengaja dimiringkan untuk keperluan foto atau memang miring?
kursi itu nyeni mbak, awalnya aku pikir ini hotel apasih masa ngasi bangku jomplang? ternyata hehe
Aduh, ternyata beneran jomplang ya. Haha. Bener2 nyeni. Unik. Alas duduknya rata, tapi tiangnya miring. Nggak jatuh kah mbak? Jadi penasaran.
sayangnya bukan kamarku..
main ke blog aku kak utk referensi hotel murah : http://www.anekahotelmurah.com/