Aku kembali ke Penang atas undangan Kementerian Pelancongan Malaysia dan Direktur Pelancongan Pulau Penang untuk melancong bersama Kembara Cuti-cuti 1 Malaysia, Penang (KCC1M). Lima hari yang penuh dengan kegiatan berjalan dari pagi sampai malam, membuatku memutuskan untuk kabur dari hotel di pagi buta agar bisa berjumpa dengan kk Danan.
Setiap orang pasti punya tempat kesukaan untuk bertemu dengan kawan, kerabat, teman kencan atau apalah namanya yang dijadikan tempat pertemuan. Mal, kafe, restoran, taman atau pun tempat keriaan lainnya adalah meeting point yang umum dijadikan pilihan. Terlalu mainstream! Karenanya, ketika membuat janji pertemuan dengan kk Danan di Penang; kami tak bertemu di mal, hotel atau tempat umum lainnya tapi bertemu di kuburan! Waktu pertemuannya pun bukan di siang bolong atau petang hari kala orang sudah siap bersantai.

Kak, aku sudah di Protestan Cemetery ya. Sapanya pagi itu lewat sebuah pesan singkat.
Cepat sekali kak? 15 menit lagi aku sampai di sana. Buru-buru kubalas pesannya sembari membereskan lembaran informasi yang kuraih dari rak pajangan di lobi hotel. Aku berharap dirinya tak menunggu lama dari waktu yang telah disepakati untuk berjumpa.
Di sini masih gelap dan sepi brrrr π
Keramaian seperti apa yang kamu harapkan dari sebuah taman peristirahatan, kala pagi masih enggan menyapa semesta? Kubayangkan dirinya sendirian di pelataran sunyi itu. Uhuuuu, pasti seru ya kak hahaha.

“Kak Danaaaan! maaf ya telat dari waktu kesepakatan,” seruku melihatnya berdiri di depan gerbang taman tempat pertemuan. Beruntung Shams semalam memaksa untuk menemani. Dirinya melarikan Volvo dari parkiran hotel untuk mengantarkanku menggapai tempat ini dituntun gps.
Ini bukan pertemuan pertama. Lima bulan sebelumnya kami bertemu di Coffee War, sebuah kedai kopi gaul di Kemang. Dirinya pamit saat kami belum sempat berbincang, dan aku membiarkan diriku tenggelam menikmati sajian kesukaan. Terlalu. Karenanya, mengetahui kami bakal berada di kota yang sama pada saat yang bersamaan; kami sepakat untuk kembali bertemu. Bagiku, ini jalan untuk berdamai dengan rasa bersalah.

Baiknya kuperkenalkan dulu siapa dirinya, agar tak terjadi salah paham dalam menyusuri kisah romantis perjalanan kami hari itu. Mungkin saja kamu sudah sering mengintip karyanya, terkejut dan terpesona mendengar suara seksinya, merasa iri karena dirinya kemana-mana menenteng hermes atau penasaran dengan penggalan cuitannya. Aku bersyukur, berjalan-jalan bersamanya seharian itu.
“Selamat datang di Jalan-jalan Cuap-cuap, masih bersama Danan di sini.” Kuping kamu pasti akrab dengan sapaan ini. Ya, sapa yang membuat beberapa kawan pejalan berhasrat untuk merekam nada panggil khusus jika bertemu langsung dengan si empunya suara, Danan Wahyu. Kk Danan, sapaan akrab kakak-kakak di Travel Bloggers Indonesia, adalah pemilik blog Jalan-jalan Cuap-cuap.

Aku berjanji pada Shams, meminta waktu tak lebih dari 2 (dua) jam di tempat yang tak biasa disambanginya. Salah sendiri kenapa memaksa ikut π Bukannya bosan, dirinya pun asik mencari jejak dan berhasil menemukan Thomas Leonowens dan Maria Dyer. Ternyata, semua selesai dalam 1 (satu) jam saja meski Thomas dan Maria membuat kaki mondar-mandir tak tentu di tempat peristirahatan mereka.
Kencan dengan kk Danan berlanjut. Kami kembali ke hotel untuk sarapan dan Shams mengajaknya bergabung dalam kegiatan KCC1M hari itu. Yippiiieee! Jangan harap bisa dapat paket begini di negerimu! Dalam bus, kami memilih duduk di bangku belakang. Gosip seputar perjalanan, koleksi hermes dan php pun berlanjut dalam perjalanan ke pusat kota Georgetown.

Di Jawi House Cafe Gallery dirinya asik merekam aksi Nurilkarim Razha membuat Nasi Lemuni. Sedang aku, menanti nasi tanak dengan menyepi di lantai 2 (dua) berbincang dengan Pakcik yang sedang berbenah. Usai santap siang, kami memilih blusukan di perkampungan sekitar Armenian Street dan kembali ke Jawi House untuk … makan (lagi).
Pk 13.30 dengan perut penuh, kami beranjak dari Georgetown menuju Tropical Spice Garden di Teluk Bahang. Lagi-lagi Kk Danan berjumpa dengan kesukaannya. Aku melihat dirinya timbul tenggelam di balik pepohonan, menghilang dari radar pantauan lalu mendadak muncul di depan mata. Perjalanan belum berakhir, masih ada tempat yang akan disambangi. Cuci mata di Hard Rock Penang sembari kepit dompet sebelum menikmati senja di The Lost Paradise Resort.

Membayangkan perjalanan hari itu, saat kembali ke bus, sempat kulayangkan tanya iseng padanya,”kak, kamu tadi pagi mandi nggak sebelum ke kuburan?“
Mandi duoooooonk! serunya sembari cengar-cengar (kak, beneran ya mandi? hahaha)

Malam itu, langit Penang pun pecaaaaaaah! Kala rembulan mulai menampakkan dirinya, tiga artis (dadakan) Indonesia menyumbang suara di The Lost Paradise. Tampil pertama masih malu-malu. Dr Chew Yu Gee, dokter spesialis anak yang terkenal di Penang, pemilik Lost Paradise sampai turun tangan demi Widuri. Memasuki lagu kedua, suasana mulai panas. Dr Chew pun merelakan senar gitarnya dikebas sesuka hati oleh gitaris karbitan yang mendadak punya keberanian unjuk gigi.

Menyenangkan sekali seharian itu. Mengunjungi tempat kesukaan, makan enak, jalan-jalan senang dan bertemu mereka yang mengalirkan energi positif. Terpujilah nama Tuhan. Kami kembali ke Georgetown dengan aneka rasa syukur. Di pesiaran Gurney, sebagian penghuni bus berpencar menikmati malam terakhir di Penang. Shams menawarkan diri untuk mengantarkan kk Danan pulang ke hotel. Kami pun berganti kendaraan, berpindah ke Volvo.
Dalam perjalanan ke Georgetown City Hotel, sempat terbersit angan untuk mampir menikmati malam di Protestant Cemetery demi melihat lampu sorot yang benderang di tengah taman. Sayangnya, Shams tak mau turun, saleum [oli3ve].
Ketahuan isi hermesnya peralatan lenong….
ternyataaaa haha
Kalo malem kayaknya uda gag kuat deh kak. Ngeri euy :p
terang koq malam2, lampu sorotnya benderang π
Duo blogger kondang, Mas Danan Wahyu dan Mbak Olive jalan bareng….pastinya super seru
Hahahahaa, kondangan mbak
Kak mau rekaman jalan2cuap2 jadi ringtone dongggg
narsis harus dimana-mana ya π Dipemakaman sekalipun