Bangku dalam ruang teater malam itu hampir terisi penuh ketika penerang ruangan diredupkan. Suasana dalam ruang sesaat hening. Lalu, sayup suara renyah perempuan mengalun memecah senyap. Lampu sorot diarahkan ke sumber suara, di sisi kiri panggung. Semua yang hadir di ruang teater menahan napas, mencoba menebak siapa gerangan perempuan yang akan muncul dari balik tirai yang menggantung di sana.

Cleopatra, Ratu Mesir melangkah dengan genit, keluar dari biliknya. Sang Ratu berjalan ke barisan depan panggung, sesekali tangannya terulur memberi salam. Nampaknya Cleopatra akan menggunakan pesonanya untuk memikat hati lelaki yang melihat pertunjukannya malam ini. Badannya meliuk manja, matanya mengerling ke kiri dan ke kanan mencari mangsa. Oh maaaak! Tak cukupkah Julius Caesar dibuatnya megap-megap? Lalu siapa lagi yang akan menjadi korban pesonanya?
Mendadak Cleopatra berlari ke ujung kanan panggung, tubuh tambunnya menerabas celah sempit di jejeran penonton yang mulai menjerit antara terkejut dan terkesima. Dadanya dibusungkan dan … haaaap! Cleopatra mengibas-ibaskan buah dadanya ke muka lelaki yang duduk di kursi paling pojok.

Muka lelaki berkulit putih itu merah padam. Lengkingan protes berkumandang dari mulutnya. Pemberontakan kecil terlihat dari tonjolan urat di punggung tangannya yang dipegang, ditarik dan ditempel dengan paksa oleh Cleopatra ke tonjolan berbentuk bantal bayi di dadanya. Suara tawa menggema memenuhi ruang teater. Bukannya memberi bantuan pada lelaki malang (?) itu, tangan-tangan di depannya serentak terangkat, berlomba mengabadikan momen penuh sensasi dan langka tersebut.
Disambut riuh, Cleopatra semakin bergelora. Dirinya berlari ke sana kemari mencari korban berikutnya. Para lelaki normal mulai meringkuk di punggung perempuan di sebelahnya, beberapa mencoba menyembunyikan kepala di balik sandaran bangku depannya. Mas Dhave yang duduk di sebelah saya pun tampak gelisah,”Woalaaah mbak, waduuuh mbaaak!” ๐

Andai saja yang muncul ke hadapan penonton adalah Cleopatra putri Raja Ptolemy XII yang cantik jelita, mungkin suasananya akan berbeda. Yang mengganas malam itu bukan pula jelmaan Dewi Isis yang bertubuh ramping dan seksi seperti yang diperankan oleh tante Liz Taylor. Tapi Cleopatra dengan buah dada menggelayut pada tubuhnya yang melebar ke kiri dan ke kanan. Aksi heboh Cleopatra berakhir tanpa mendapatkan lelaki pujaannya. Cleopatra kembali ke dalam biliknya. Lampu panggung pun berganti dengan kerlap-kerlip suasana pesta di dalam istana.


Kali ini Ratu Sirikit tampil memperkenalkan kawan-kawan arisannya yang datang ke istana, para ratu dari kampung tetangga termasuk Indonesia. Setiap nama seorang ratu disebut, dirinya akan tampil berdendang dan menari diiringi lagu dari kampung halaman. Usai arisan para ratu, Aladdin menunjukkan aksinya dalam merebut hati Putri Jasmine. Marilyn Monroe tak mau ketinggalan. Ia datang membawa 3 (tiga) orang kembarannya yang tak mirip sama sekali. Mereka tampil seronok, berlomba mempertontonkan bagian-bagian tubuh yang terlarang di atas pentas yang menuai derai tawa penonton.

Tak ada pesta yang tak berakhir. Pesta malam itu pun usai sudah, ditutup dengan semarak karnaval ala kampung Romawi. Rona puas terukir di wajah penonton saat meninggalkan ruang teater. Satu yang menarik malam itu adalah penampilan Tina Turner. Aksi panggung Tina, luar biasa! Tariannya menghentak berpadu dengan suaranya yang jernih membuat badan ikut bergoyang hingga dirinya menghilang ke balik panggung.

Keriaan di atas berlangsung dalam satu pertunjukan parodi di Colosseum, Pattaya. Pengisi acaranya para lady boy yang berdandan ala artis hollywood dan tampil secara lip sync di atas panggung. Jika di Jakarta, banci biasanya mejeng di Taman Lawang, maka di Thailand pentas banci dijadikan sebagai ikon wisata yang dikemas secara serius untuk mengisi pundi-pundi wisata Negeri Gajah Putih.

Talenta berkesenian para lady boy yang cantik-cantik dan seksi ini pun nggak tanggung-tanggung. Meski lip sync nggak gampang lho bermain parodi hingga nyaris sempurna seperti artis aslinya. Butuh latihan serius! Satu lagi, paras dan kelangsingan body mereka membuat banyak perempuan iri dan merasa tersaingi. Sehingga, meski ada yang kepengen banget mengabadikan momen bersama lady boy, jadinya nggak pede. Bila ingin berpose dengan mereka, jangan lupa untuk menyelipkan 20 Baht usai foto bersama agar tak dianggap pelit dan ditowel-towel. Pulang dari Collosseum ngebayangin kalo banci-banci yang suka genjreng-genjreng di lampu merah dilatih seperti lady boy Thailand, kira-kira bisa jadi tambahan devisa ndak ya? ๐ saleum [oli3ve].
kok bisa gratis dapat tiketnya mbak itu para pria cantik juga ya ๐
Krn jalannya sama tourism board-nya Thailand mbak ๐
Byuh ada nama beta…
deg2a juga pas mau mendekat… bisa gawat saya…
keringat dingin ya? ringsek kamu mas kalo ditiban badannya ๐
bisa picaaa
Wow, pertunjukan yang sangat unik. Thailand terkenal dengan lady-boy-nya, tapi alih-alih menjadikannya momok atau aib yang berusaha ditutupi, mereka justru mampu mengeksplorasinya menjadi sesuatu yang menghibur, tentu saja bagi yang berminat menyaksikannya, ya!
Saya agak membayangkan juga sih Mbak, bagaimana kalau yang seperti itu ada di negeri ini… :hehe. What would it be, ya?
akan ada gesekan ketika yg serupa dibuat di sini. di sana transgender diaku secara agama mereka, di sini nggak. berangkat dari poin ini, keberadaan mereka di sini pun jadi polemik yang merambat ke rana sosial. di sini beberapa ada yg berkibar di dunia hiburan, sayangnya ada juga yg berakhir pilu ketika berada di puncak.
nah, mesti kembali ke masyarakat kita udah siap blom? *gw ngomong apasih?*
Saya menangkap poinnya :hihi.
Menurut saya sih masyarakat kita agak belum siap ya, Mbak… saya pribadi pun agaknya belum siap kalau ada tempat hiburan seperti itu *hayoloh :haha*.
Aku kayaknya gak bakal berani nonton ini.. *kenapa sih lady-boy demen banget ngisengin penonton cowok?*
Btw setelah ke Thailand aku juga jadi kepikiran nasib lady-boy Indonesia. Jika saja mereka dikasih kesempatan lebih luas untuk berkarir mungkin banyak yang tidak berakhir di perempatan lampu merah. I’m sure some of them must have some talents…
sebenarnya hal yg sama dialami para ladyboy Thailand, pernah baca di satu media mereka berjuang untuk diakui keberadaan dan potensinya sejak 1950. mereka ditolak sana sini ketika hendak berkarya karena kelaminnya nggak jelas.
dan kalo mau jujur, para ladyboy itu orangnya kreatif koq, hanya mungkin perlu ada wadah bimbingannya ya jika ingin memberi mereka kesempatan mengembangkan potensinya
btw, kalo ndak salah di Yogya ada kabaret semacam ini yg bikin Mirota kk
Aku senang2 aja kalo ada yg sudah mewadahi mereka berkarya, tapi please jangan suka ngisengin penonton cowok dong, sebagian besar kami jadi enggan nonton *mewakili pembaca, hahaha*
#cateeeet nanti kalo nonton bawa kertas kk dgn tulisan gede “nggak mau diisengin” ๐
Apalagi diisengin cinta kak, sakitnya tuh di sini…
#eh
#curcol
eeeeeh, yasudah nonton wayang orang aja kak
Hahaha ๐
mbak oliive T_T itu semua laki laki ya? Beberapa mirip banget sama cewek, bahkan lebih cewek dari cewek ๐ serem ah nonton acara ginian, ntar kena diusilin :v aku nggak mau gratis juga~
hahahaha, nggak semua usil kk
cuma satu itu tok, tuntutan skenario kayaknya ๐
biar ndak kena, pake wig kk nontonnya n duduk di belakang jgn depan
mau blogwalking ke rumah kak Olive, yg keklik malah unfollow *brb follow lagi
hahahahha
Salah satu yang bikin takut ke sana. Takut gak bs bedakan yang lady boy sama yang wanita asli.
Tinggal dicolek, kalo balasnya kencang nah itu dia ๐
Huahahaha. Hrs latihan lari cepet dulu dong. Biar kalau ada apa2 bs lgs kabur
Mataku bersinar kak
Silau ya kk ๐
Dulu nontom sama temen2 pramugari..dan mereka abis acara pada komen “gile ya gue dah dandan secantik ink merasa kalah cantik” ha ha
mereka membuat banyak perempuan yg selama ini merasa sudah cantik minder ๐
Cowok juha minder kak takut make upnya mahal ha ha
Wakaka…aku jadi ngikik sendiri lihat fotonya.. :))))
Waaahahahaaaaa