Karena terlihat suka mondar-mandir ke Malaysia, beberapa kawan sering menanyakan rekomendasi tempat untuk menginap, kuliner, cuci mata dan belanja murah. Murah, enak dan asik dinikmati oleh seseorang belum tentu seselera dengan yang lain. Sebagai pejalan yang senang ke tempat-tempat yang menyimpan jejak sejarah, saya lebih sering merekomendasikan museum dan kawasan heritage sebagai destinasi wisata yang wajib dikunjungi ketika bertandang ke sebuah kota untuk mencari tahu sejarah kota tersebut. Kalau untuk icip-icip, saya pemakan segala dengan catatan tidak pedes jadi makan dimana saja hayuuk. Sedang untuk tempat beristirahat mengikuti petunjuk dari yang mengajak jalan 😉

Awal bulan lalu ketika kembali diajak main ke Penang, saya memilih untuk terbang langsung ke Penang via Kuala Lumpur (KL) demi menghemat waktu. Pulangnya, naik bus ramai-ramai dan minta dicarikan tempat yang murah nan nyaman untuk meluruskan badan selama beberapa jam di KL. Saya pun minta dibuatkan reservasi di Back Home Hostel karena tertarik membaca ulasannya Meidi, tapi ketika hendak berangkat ke KL dapat konfirmasi nginapnya di Hotel 1915. Ternyata saat jalan pagi, saya menemukan Back Home di belakang 1915.
Pk 20.00 saya sampai di depan 1915 diantar kak Puteri yang kemudian sibuk mengurus ini itu dan saya cuma dimintanya duduk manis di lobi. Setelah check in setiap tamu akan mendapatkan kunci kamar, secarik kertas berisi password wifi dan remote TV. Saya mendapatkan Deluxe Queen di lantai 3 (tiga) yang dilengkapi dengan jendela untuk mengintip suasana di luar kamar (beberapa kamar tidak memiliki jendela). Kalau mau ngeteh atau ngopi air panasnya tuang dari dispenser yang ada di luar kamar, biasanya ditempatkan di depan lift sehigga mudah terlihat. Kamar mandi dan toilet ada di dalam setiap kamar dilengkapi dengan air pancur panas dan sabun cair.


1915 berada di lokasi yang sangat strategis buat para pejalan yang mengandalkan kaki untuk berkeliling serta moda transportasi publik. Rapid KL dan GoKL berkeliaran di depan hotel, stasiun LRT hanya sepelemparan batu, mau belanja ke Central Market, cuci mata di China Town, foto-foto di kawasan warisan; tinggal jalan kaki. Kuliner? tempatnya bertebaran di sekitar hotel, silakan pilih mau duduk dimana.
Nah, buat yang susah tidur dengan suara bising, ada baiknya menyiapkan cotton bud karena kalau malam keriuhan di luar masih terdengar ke dalam kamar. Saat mengintip keluar kamar, pemandangannya bagian belakang restoran-restoran India yang banyak bertebaran di sepanjang Lebuh Ampang. Aaaaah acha … acha … ketumbar jahe, ketumbar jahe.

Pada 1857 Raja Abdullah dari Selangor membuka Lembah Klang untuk penambangan timah dan meminta beberapa pekerja tambang Cina dari Lukut menjadi sukarelawan menerabas Ampang yang masih berupa hutan, menambang timah di sekitar aliran Gombak dan Kelang. Muara kuala yang berlumpur, tempat pertemuan aliran Gombak dan Klang di kampung Ampang; menjadi cikal bakal nama KL yang kemudian menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Selangor pada 1880.


Ketika Malaysia berada di bawah koloni Inggris, KL bersolek dan tata kotanya dipercantik oleh Frank Swettenham, Residen Jenderal Federasi Melayu pada masa itu. Jejak kecantikan kotanya bisa kita nikmati di kota tua KL dan kawasan warisan (Merdeka Square dan sekitarnya). Malaysia merdeka pada 31 Agustus 1957. Enam tahun setelah kemerdekaannya, pada 1963 KL ditetapkan menjadi ibukota Federasi Malaysia. Multi kultural warga KL menjadikan jantung Malaysia dan salah satu kota terpenting di kawasan Asia ini memiliki coraknya sendiri yang menarik untuk dinikmati para pejalan.
Hotel 1915
Jl Lebuh Ampang 49, Kuala Lumpur Malaysia
Telp. 0603-2026-00427, 0603-2026-0043
Email: hotel1915_kl@mutiarameriah.com

1915 adalah salah satu tempat beristirahat yang pas jika ingin menikmati KL. Butik hotel yang bagian depannya menempati bangunan tahun 1915 ini, berada di kawasan Ampang sehingga sangat sesuai untuk pejalan yang senang menikmati suasana heritage. Saleum [oli3ve].
Air lancar penting tuh mbak. Jangan sampai dah mandi eh airnya gak ada.
mandi bisa disiasati pakai tisu basah, siram2 yg perlu air biar nggak bau hihi
Wahhh. Pernah alami ya Mbak?
pernah tinggal di satu tempat yg toiletnya mampet 😉
Gak kebayang deh itu rasanya
Hahaahaha, jgn dibayangin
Mbak Oliiiv, ditunggu ya jelajah kuburan sama aku di Palembang 🙂
Siaaaaaap, bekalnya kapal selam ya Yan 😉
Sekalian sama mamang kapal selamnya hahaha
Penting!!! Wajib nginep di 1915 kalo ke Kuala Lumpur!! 😀
Btw baru tahu kalo mbak Olip nggak suka makanan pedas hehe
Catet Lim, cuma bisa makan pedes kalo mudik 😉
ooh ternyata pakai cotton bud membantu ya mbak kalautidur masih ada suara ramai diluar. thanks tipsnya
karena hanya cotton bud yg ditemukan malam itu, & mungkin karena lelah akhirnya pulas juga 😉
aku pasti tak akan ragu minta itin tempat bersejarah di Malaka padamu Olive, suatu saat nanti
hehehe, Malaka aku juga blom puas akan balik lagi satu hari nanti
Boleh nih dijadikan salah satu opsi menginap di Malaysia :hehe. Terima kasih informasinya :)).
Catet ya hehe
Siap, Mbak!!
nama hotelnya unik ya mbak….
iya, disesuikan dgn tahun si gedungnya dibangun
Sepertinya menarik untuk dicoba ya mbak Olive. tapi, suara bisingnyaaa….?
ada cerita2 horor gak Liv, secara ini kan hotel tua..
nggak ada bang,
yg horor dah temenan hahaha
Bangunan di sekitarnya pasti bergaya kolonial ya Kak, untuk foto foto pasti keren Hehee