Dalam keseharian dirimu akrab dengan nama INDONESIA, berbahasa INDONESIA bahkan tinggal di INDONESIA. Tapi, pernahkah terpikir dari mana asal kata INDONESIA dan menebak-nebak siapa pencetus nama tersebut?

Langit Penang masih gelap saat tirai kamar di lantai 20 Georgetown City Hotel sedikit tersibak meski tanda waktu telah menunjukkan pk 06.30. “Olive, why are you wake up so early? Where are you going?” Wani yang masih bergulung di tilam sebelah menggumam dari balik selimut tebalnya. “Morning Wani, I have to go to the grave. Sorry bikin kamu terbangun.” Sesorean kemarin saat rehat di kamar, Wani bertanya dengan mimik penasaran kenapa sebuah kuburan begitu menggoda?“Aaaah, your favorite destination. Sendiri saje?”
“Shams mau menemani, nanti jumpa kawan juga di sana.”
Sembari pamit pada Wani, sebaris pesan dikirimkan untuk membangunkan Shams. 30 menit cukuplah buatnya bersiap jika matanya tak enggan untuk menemani mencari jejak pagi ini setelah semalam pulang jelang pagi ke hotel.
+ Shams, saya sudah siap. Jumpa di lobby pk 07.00 ya 😉
– At 07.15 ya, saya baru bangun.

Matahari terlambat bersinar di Penang. Jadi meski langit masih gelap, jalanan sudah terlihat sibuk dengan lalu lalang kendaraan dan warga Penang yang berseliweran memulai aktifitas paginya. Pk 07.15 Shams muncul, kami pun meluncur dengan Volvo XC90 yang dipinjamkan Volvo Kuala Lumpur sebagai salah satu kendaraan yang digunakan selama program KCC1M Penang.
”Jiaaah akhirnya ketemu jugaaa … ups, di kuburan hahaha.” Kak Danan menyambut kami dengan senyum lebar di depan gerbang Protestant Cemetery. Sesuai kesepakatan, dirinya sampai tepat waktu di tkp, jadi sebenarnya yang semangat itu dirinya! Ah, ternyata harus janjian di kuburan juga setelah salaman singkat di Coffee War, Kemang beberapa bulan lalu.

Francis Light-lah yang membawa langkah ke tempat ini sebagai wujud pemenuhan janji kala menyapa beliau di Fort Cornwallis penghujung Desember 2013 lalu. Ketika sebuah panggilan kembali menggema, beberapa jejak tersingkap sehingga daftar yang hendak dikunjungi pun bertambah dengan 14 nama lainnya. Entah julukan apalagi yang akan kau sampirkan karena segala kelakuan yang tak wajar di matamu. Terserah, aku hanya ingin engkau mengenal James Richardson Logan!
Nama Logan sering kali menggema kala berkumpul dengan genk SahaBATMUSeum. Namun panggilan jiwa baru tergelitik ketika satu hari nama beliau mendadak terngiang dan mata terdampar di Sebuah Kuburan, Sebuah Nama-nya Andreas Hartono. Eh, ‘ndilala Semesta mendengar dan beberapa hari kemudian sebuah pesan singkat diterima mengajak turut kegiatan KCC1M ke Penang.
when you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it – [Paulo Coelho, The Alchemist]

Logan, salah seorang warga kehormatan Penang. Pengacara handal yang dihormati dan disenangi; ia pembela hak asasi warga tempatan (warga lokal yang berasal dari berbagai etnis Melayu, India, Cina, Eropa) dan non-Eropa yang tinggal di Penang, tutur Nurilkarim Razha, putera pemilik Jawi House Café Gallery menjelaskan siapa Logan saat kami bersantai menikmati secangkir The Arabian Sherbet di restorannya. Etnolog Inggris ini meninggal pada 20 Oktober 1869 karena malaria. Baginya sebuah monumen dibangun di pusat George Town di seberang Mahkamah Tinggi sebagai penghargaan. Di sana terpatri 4 (empat) keperibadian Logan sebagai seorang pembela keadilan yang dikenang oleh mereka yang sangat kehilangan setelah kematiannya: kesederhanaan (temperance), keadilan (justice), ulet (fortitude) dan bijaksana (wisdom).
Istilah Indonesia dipergunakan pertama kali oleh Logan pada 1850 dalam jurnalnya The Ethnology of the Indian Archipelego. Indonesia berasal dari kata Indu-nesian, indus berarti Hindia sedang nesioi, bentuk jamak dari nesos yang berarti pulau (kepulauan). Jadi, jika digabungkan maka Indonesia artinya pulau-pulau (kepulauan) Hindia. Adalah Adolf Bastian, seorang antropolog dan ahli etnologi berkebangsaan Jerman yang kemudian mempopulerkan kata “Indonesia” lewat jurnal-jurnal ilmiahnya.

Protestant Cemetery, taman pemakaman yang dibangun pada 1789 oleh Francis Light. Taman pemakaman ini tercatat sebagai taman pemakaman tertua di Penang, lebih tua dari Museum Taman Prasasti, Jakarta (1795) dan taman pemakaman modern Belanda pertama di dunia, Makam Peneleh, Surabaya (1814). Langit mulai terang. Setelah berbincang sejenak dengan seorang penjaga makam; kami pun beranjak dari sana menuju Logan Street sebelum kembali ke hotel untuk sarapan. Saleum [oli3ve].
aih udah nulis ajah… ngga sabar ikutan ngedit videonya bertemu dengan sang pencari kubur…. jeng jeng….
mumpung ingat dan masih segar,
hmmm .. nanti pideonya pakai jeng jeng jalan2 nguap2 nggak kk 😉
Ditunggu masih mikir mau dinarasiin apa ya?
Tnang kak… Narasinya gothic2 gimana gt
Dulu pernah baca nama J.R. Logan di buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, tapi terlupakan dan baru teringat lagi setelah membaca tulisan ini :hehe.
Memang lebih asyik kalau ketemu orangnya langsung ya Mbak :hehe.
ketemu langsung ya? 😉
Sebelumnya saya cuma tahu kalau nama Indonesia lahir dari kalangan penjelajah Eropa. Baru tahu kalau salah satunya bernama Logan 😀
sama mbak, tahunya setelah baca sana sini
Apik poto2ne maak, aku juga mau ikutan ahh GA inii
ayo diramaikan lapaknya emak gahol mbak, menang nggak menang yg penting seseruan 😉
olip.. baru ngerasa pelajaran sejarah gw sangat minim.. indus-nesian… james richardson logan.
gw juga makanya masih rajin buka2 buku dan nongkrong di toko buku 😉
Hampir sama dengan mbak Saras di atas, aku juga cuma tahu nama “Indonesia” berasal dari kata “Hindia” atau “Indische”. Di sini, aku akhirnya tahu apa kata “nesos” dan siapa yg mempopulerkan nama Indonesia pertama kali. Mulai memahami juga nama-nama seperti Malaysia, Melanesia, dan Polinesia.
Thanks for sharing, kak. Learning by traveling, eh? 🙂
Yesss learning by traveling
Jd inget tokoh x-man mbak, si logan..hehe…
Makasih infonya ya mbak, syukur deh terdampar di sini, jd tau dah skrg…
Sukses yak
Terdamparnya seru donk 😉
Salut deh sama Mba Olive yang gemar menyusuri jejak sejarah bangsa. Selfie nya keren, deh backgroundnya anti mainstream.
untung di belakang nggak ada yg muncul dgn tanda peace ya mbak hihi
selfie di kuburan itu sesuatu banget ya 🙂
semacam spesial ya mas 😉
kayak pernah inget pernah ke situ…
Keren foto selfienya…
wow keren 🙂
Selamat cuti ! Boleh kunjungi 5* villa (Villa 827) di A’ Famosa Resort di Melaka untuk cuti yang akan datang 🙂
http://www.villafamosaresort.com
boleh sekali, next cuti bisa review A’Famosa Resort ya 😉
pencetusnya Andreas Hartonokah?
hmm
keren
salam kenal dari
@Guru5seni8
penulis di http://hatidanpikiranjernih.blogspot.com dan http://www.kartunet.or.id
bukan tapi Logan 😉
Berasa suasananya ya mbak Olive.. aku juga suka jalan-jalan di kuburan *ih horror*
Mba masih bisa jawab komentar ku kah ? wwkkwwk