JANGAN LUPA mencicipi Mie Belitung! Pesan beberapa kawan saat mengetahui rencana dadakan bertandang ke Belitung beberapa waktu lalu. Sayang, padatnya jadwal jalan-jalan sejak menjejak di Negeri Laskar Pelangi, membuat hasrat penyusuran rasa sedikit terabaikan. Lidah pun rela menunda icip-icip bakmi yang katanya memiliki cita rasa khas dibanding dengan bakmi pada umumnya itu. Tapi, pernah nggak terpikir bagaimana perjalanan butiran tepung hingga menjadi helaian mie yang sampai ke tangan juru masak untuk diracik menjadi sepiring Mie Belitung siap santap seperti ini?

Bersyukur saat berada di Manggar tak menampik tawaran bangun lebih pagi dan ajakan bertandang ke pasar. Dan semua berawal dari pesan singkat yang menggetarkan gawai di jelang pergantian hari dari penghuni kamar atas:
+ Lip, esok pagi mau ikut ke pasar?
– Mauuuuuu, jam berapa?
+ Pk 05.30 siap-siap diangkut di lobby ya, jangan ribut-ribut pesertanya terbatas.
– Sip
Keesokan harinya, sesuai tanda waktu yang telah disepakati berlima Ami, Galuh, Novi dan Muti berkomplot dengan seorang panitia yang meminjamkan kendaraan; kami beranjak dari hotel menuju Pasar Lipat Kajang, Manggar. Pagi itu kami bertandang ke tempat Koh A Nyien, sebuah rumah tempo dulu yang sederhana, tak jauh dari pasar.
Kegiatan pagi di rumah itu dimulai dari pk 04.00 dan berakhir pada pk 07.30, kata Koh A Nyien membuka cerita di seputar rumahnya setiap hari ketika kami mendadak sudah berada di depan mesin gilingan mi-nya.
Penasaran dengan proses pembuatan mi Bellitung? Coba perhatikan beberapa tahapan pembuatan mi yang dikerjakan oleh A Nyien dan 3 (tiga) orang asistennya pada gambar berikut:






A Nyien memulai usaha mie sejak 1972 semasa harga satu sak terigu masih Rp 3,000 sekarang satu saknya Rp 173,000. Dalam sehari, produksi mie menghabiskan delapan sak terigu. Sedang satu kantong mi kuning di atas dijual seharga Rp 10,000. Berapa keuntungan yang didapatkan A Nyien dari penjualan mi? Silakan dihitung sendiri ya 😉
Berencana ke Belitung? Cobalah sesekali keluar dari lingkup destinasi mainstream yang ditawarkan oleh para operator wisata atau destinasi yang umum dikunjungi pejalan. Berinteraksilah dengan masyrakatnya untuk melihat dari dekat seperti apa keseharian mereka. Semoga dengan berwisata seperti itu, hati sedikit tersentil; tanggung jawab pariwisata ada di tangan kita semua. Saleum [oli3ve]
Setelah baca dan lihat foto-fotonya, saya sedikit bisa mengira bagaimana proses pembuatan mi itu. Satu kantong plastik itu isinya lumayan banyak juga ya :hehe.
beli sekantong bisa jualan mie belitong 😉
Asik! :hihi
Tak hanya mengecap rasa siap saji ya, mbak Olive malah mendapatkan prosesing dasar pembuatan mie di subuh hari. Salam
sesuatu yg sangat jarang dilirik nih mbak, bersyukur dapat kesempatan iti
penasaran sekali say adengan mie belitung. Kalau di Jakarta ada yang jual kah mbak?
wah blom pernah tahu mbak Lidya,
kalo mi Aceh aku tahu hehe
yang selalu kurundui dari belitung adalah warung kopinyaaa
kirain gonggong kk
Kopi Belitung emang mantap, bisa meluruhkan rasa yg aduhai 😉
Wajib hukumnya makan mie belitung di mie atep. kemarin abis solo trip keliling sumatera 20 hari 😀 dan nyobain mie belitung
enjoybackpacker.blogspot.com