Anak-anak adalah generasi penerus yang padanya generasi yang ada sekarang menaruh harap. Karenanya seabad yang lalu ketika pertama kali menjejak di Bumi Lakipadada, Tondok Lepongan Bulan Tana Matari’ Allo; para misioner menitikberatkan untuk memulai pelayanan dengan melakukan pendekatan pada anak-anak sebagai target misi. Mereka membangun sekolah dan mengajar mereka dengan menitikberatkan pada pengenalan aksara dan menumbuhkan minat baca anak. Karena masa itu buku yang diperlukan tidak ada, kerja ekstra para misionaris bertambah dengan menerjemahkan buku-buku ke dalam bahasa Toraja.
Pulang ke udik akhir tahun kemarin, saya sengaja berkunjung ke satu gerai buku di dekat rumah. Tentu ada maksud dan tujuannya. Pertama karena memang sedang mencari beberapa buku referensi tentang Toraja, dan kedua kebiasaan iseng sedang kumat; ingin melihat jenis bacaan apa saja yang ditawarkan di sana. Meski tak banyak pilihan yang bisa dibawa pulang, terpuaskan dengan Songs from the Thrice Blood-Land versi Indonesia karya Dana Rappoport yang baru diluncurkan awal Desember 2014 lalu,
Ternyata setelah seabad berlalu, kondisinya masih tetap sama. Ada yang lepas dari pengamatan sehingga TIDAK berjalan dengan baik, ada sesuatu yang salah; tapi dimana? salah siapa jika Toraja masih sangat kekurangan buku (yang menginspirasi)?!
Resah dengan minimnya ransum yang diperlukan oleh generasi penerus untuk menambah wawasan, sekumpulan anak muda Toraja yang sebagian sedang berada di luar kampung; sepakat untuk melakukan sesuatu. Berawal dari sahut-sahutan melalui status yang dipajang di linimasa sosial media, ide pun bergerilya hingga sebuah langkah kecil diayun dengan menautkan asa untuk Toraja, untuk mewujudkan gerakan #TorajaMembaca.
Melalui gerakan #TorajaMembaca, kami ingin membantu mewujudkan mimpi adik-adik kami di Toraja untuk dapat menikmati bacaan yang menutrisi cara pandang dan pengenalan akan dunia di luar keseharian mereka. Membantu mereka untuk berani membangun mimpi melalui buku.
Mari kita tengok buku-buku yang berserakan dan tak diindahkan di almari, daripada dibiarkan tak tersentuh; akan lebih berharga jika dihibahkan pada mereka yang haus untuk menjamahnya.
Siapa pun yang membaca tulisan ini, dan tergerak untuk membantu; jangan sungkan meninggalkan pesan/alamat yang bisa dihubungi lewat kotak komentar di bawah tulisan ini atau menghubungi #TorajaMembaca melalui:
- JAKARTA: Vera – HP 0812-103-2021, twitter: @verawaty_sampe
- TORAJA: Elmo – HP 0821-323-12345, twitter: @SiElmo
Nothing will work unless you do – [Maya Angelou]
Misa’ kada dipotuo, pantan kada dipomate. Semoga langkah kecil ini dapat memberikan kontribusi untuk generasi masa depan. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kurre sumanga‘, saleum [oli3ve].
Thank you kak Olive buat tulisannya 🙂 semoga tindakan kecil ini bisa memberikan manfaat yang besar buat adik2 kita di Toraja.. ^^
sama2 Elmo, sayang kita nggak ketemu des kemarin ya padahal aku mondar-mandir depan rumah 😉
Waah sayangnya, hiks.. Tau gitu kemarin2 sy siap jaring didepan kak xD kapan2 kita ketemu ya kak! Hihi..
Aku ketemu papanya sih di gereja, next time ya mampir pengen pisang ijo hahaa
..Iya.”kalau bukan kita, siapa lagi?”…do what you can…Salama’
padahal aku banyak komik masih di segel lastik nih mbak, dapat hadiah banyak tapi gak aku baca.
Mbak ini aku ada sumbangan beberapa buku dari teman-teman. Rencananya mau dikasih ke perpustakaan di lereng Merapi, tapi kalau dialihkan ke Toraja sepertinya gak papa. Aku langsung menghubungi Mbak Vera saja mbak?
boleh mbak Mey, kontak Vera aja aku masih di luar soalnya 😉
teurimong gaseuh ya
…dan kalau bukan sekarang kapan lagi, sukses ya kak olip..salam hangat buat adek2 disana.
Salut kepedulian terhadap tondok’ta. Semoga gagasan ini direspon positif oleh yang lain…
Salam sang’ Torayan’…
Aku lupa dech ttg donasi buku tiap travellling itu punya siapa, tapi ide nya keren banget. Jadi di anjurkan setiap kita pergi kemanapun wajib membagi 1 buku buat lokasi yg kita kunjungi
Sip. Banyaknya kami komik. Akan di bongkar2 lagiisi lemari sapa tau ada bacaan yang bermanfaat. 😀