Nay, Sinema Monolog Lika Liku Luka Perempuan


Setelah sukses memerankan tokoh Nayla dalam Monolog Tiga Perempuan pada Oktober 2014 lalu, Sha Ine Febriyanti kembali didaulat untuk memerankan tokoh Nay dalam film Nay. Di film yang akan digarap secara monolog tersebut, Ine Febriyanti didaulat menjadi pemeran utama dan satu-satunya pemain. Sedang pemain lain yang akan turut mendukung film Nay sebagai pengisi suara adalah Niniek L. Karim, Joko Anwar dan Farishad Latjuba.

Film Nay, Djenar Maesa Ayu, Sha Ine Febriyanti, Film Monolog Djenar Maesa
Nay

Sekilas tentang Nayla. Nay (Nayla Kinar), adalah seorang perempuan yang mengalami kompleksitas kehidupan sebagai anak yang menjadi korban keegoisan manusia dewasa. Kedua orang tuanya berpisah saat usianya masih balita. Nayla dibesarkan oleh ibunya, dididik dengan sangat keras hingga ia kehilangan figur Ayah maupun Ibu. Lika liku, pahit getir hidup melawan penolakan dari keluarga, lingkungan dan diri sendiri, berjalan demi menemukan jati diri. Jatuh bangun menyusuri perjalanan hidup hingga langkah membawanya menjadi seorang penulis besar.

Adalah Djenar Maesa Ayu, seorang penulis, sutradara dan produser film yang karya-karyanya seputar perempuan (dan organ vitalnya) selalu menuai kontroversi; kepikiran untuk mengangkat Nayla ke dalam sinema monolog. Sutradara Pendatang Baru Terbaik Festival Film Indonesia 2009, sang penulis novel Nayla ini pun menggandeng Ine Febriyanti untuk bermain di film ketiganya, Nay.

Lewat akun twittternya, Djenar mengatakan Nay bukanlah adaptasi dari cerpern ataupun novel. Lalu, bagaimana Djenar mengemas Nayla dalam sinema? Ini sedikit bocaran sinopsis dari Djenar, produser merangkap sutradara dan penulis skenario Nay.

Setelah pemeriksaan di Rumah Sakit, NAY mengetahui jika janin yang dikandungnya sudah berumur 14 minggu. Ia pun berniat berbagi kabar kepada pacarnya BEN, yang ternyata lebih mementingkan Ibunya ketimbang persoalan yang butuh mendapatkan solusi segera. Hal ini membuat Nay merasa sulit untuk menentukan tindakan apa yang terbaik bagi janin yang dikandungnya. Apalagi, NAY menerima telepon dari seorang PRODUSER Film yang menyatakan jika Nay terpilih sebagai Pemeran Utama.

Dalam ketidak-pastian, AYU manager NAY, menelepon. NAY mengutarakan apa yang sedang terjadi pada dirinya. AYU yang sepertinya mendukung apa pun keputusan NAY, belakangan ketahuan hanya mementingkan karier belaka.

Dalam sebuah perjalanan di atas mobil, NAY harus menghadapi berbagai macam fakta dan ragam sifat manusia yang sebenarnya, BEN, AYU, MAMI BEN dan PRAM seorang laki-laki yang NAY pikir bisa diandalkan.

NAY pun mesti berhadapan kembali dengan sejarah kelam masa lalunya figur AYAH yang tak pernah dikenalnya. Juga figur IBU yang pernah mengecewakannya.

Djenar mengakui, Nay bukanlah film yang mudah merangsang naluri pebisnis dengan kepentingan di luar berkesenian. Meski belum ada investor yang meliriknya, semangat tim membuat Djenar dan Rumah Karya Sjuman Film tetap akan menggarap Nay pada 18 Februari sembari mulai melakukan gerakan menggalang dana dari semua pihak yang ingin terlibat dalam pendanaan film ini. Peduli dengan dunia perempuan? Yuk bersama bantu wujudkan film Nay yang rencananya akan tayang pada April 2015 mendatang. Sambil menunggu filmnya, baca-baca deh karyanya Djenar biar nanti nggak kaget, saleum [oli3ve].

Advertisement

3 thoughts on “Nay, Sinema Monolog Lika Liku Luka Perempuan

  1. Kayaknya aku gak akan terlalu kaget, awal nonton film Mereka Bilang Saya Monyet sempet mikir, ini film apaan? Kok ‘rude’ bgt, setelah selesai. Well, ini jelas nyata sekali, nggak kaya ftv yg ala2 cinderlela. Djenar selalu menutur sebuah kenyataan hidup dengan realistis dalam buku2nya.
    Eh komenku berat bgt ya?! Hehhe

  2. Kak Oliv, kalimat penutupnya menarik jg, yaitu biar ga kaget, baca dulu buku2 Djenar. Dan itu yang saya alami. Saya menyukai tulisan2 Djenar, walau saya tidak membeli bukunya. Kadang pinjam, kadang numpang baca di Gramedia. Tapi pas buku “Mereka Bilang Saya Monyet” keluar saya beli bukunya untuk istri. Kebetulan istri suka baca novel.
    Setelah membaca saya tanya komentarnya apa bagus buku ini, istri saya menjawab “gila”. Saya tidak tau apa maksud “gila” itu. Tapi yang jelas, setelah itu dia membeli buku2nya Djenar yang belum pernah dibaca. Saya kaget 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s