lndonesia, Belajarlah pada Malaysia


Sejatinya tulisan berikut ini adalah surat terbuka untuk Bapak Arief Yahya, Menteri Pariwisata Indonesia periode 2014 – 2019. Namun, menilik bahwa pariwisata bukan hanya menyangkut satu orang; maka surat ini saya tulis dan tujukan untuk diri sendiri sebagai pengingat dan kepada Indonesia tercinta agar dengan kesadaran penuh, kita bersama mau menjaga dan memajukan pariwisata Indonesia tanpa mengandalkan orang lain. Tulisan ini pula dimaksud untuk mengajak kita mencerna bersama Benarkah Malaysia tidak ada apa-apanya seperti yang diungkapkan oleh bapak Menpar?

indonesia bertindak, keluarga esjepe, cinta indonesia
Indonesia Mendambakanmu! ikon provokasi cinta Indonesia dari Indonesia Bertindak

Engkau mungkin tak akan pernah tahu apa yang akan kau dapat dari setiap tindakanmu. Tapi jika engkau tak melakukan sesuatu; engkau tak akan pernah belajar dan tak ada sesuatu pun yang akan terjadi. – [Mahatma Gandhi]

Sangat disarankan untuk menyediakan secangkir minuman penghangat untuk menikmatinya, selamat membaca.

Siapakah Travel Blogger di Dunia Wisata?
Travel blogger adalah pahlawan tanpa tanda jasa, mereka banyak membantu menulis dan mempromosikan wisata Indonesia meski tak diminta … pernyataan ini meluncur dari mulut Ibu Ratna Suranti, Direktur Pencitraan Indonesia dari Kementerian Pariwisata saat menjadi narasumber di ajang Kompasianival 2014, Sabtu (22/11/2014) lalu. Meski sempat berbunga ketika mendengar pernyataan tersebut, ada kecewa yang merebak tatkala memperhatikan halaman presentasi yang dipaparkan di Sasana Budaya, Taman Mini Indonesia Indah sore itu, hanya dihiasi oleh artis blogger yang itu-itu saja. Merujuk pada ibu Ratna, akun media sosial artis blogger yang selama ini diajak bekerja sama oleh Kemenpar untuk promosi wisata; pengikutnya banyak. Hmm … bagaimana dengan blogger/travel blogger yang pengikutnya sedikit, kasihan sekali mereka tidak dianggap!

Sedih saya bertambah karena ternyata dari obrolan singkat di TMII, sebuah simpulan mengemuka Kemenpar tidak memiliki database blogger Indonesia!

Pernyataan berbeda disampaikan oleh Musa Yusuf, Direktur Marketing Wisata Dalam Negeri, Kementerian Pelancongan dan Kebudayaan Malaysia ketika menjamu peserta Malaysia Tourism Hunt (MTH) 2013 di Putrajaya (22/09/13) lalu, travel blogger adalah rekan media yang banyak membantu sebaran promosi wisata. Karena berpandangan seperti ini, Malaysia melalui Kementerian Pelancongan dan Kebudayaanya mengajak 80 (delapan puluh) perwakilan media termasuk travel blogger dari Brunei, Filipina, Indonesia, Iran, Italia, Singapura, Thailand dan Malaysia untuk berpartisipasi dalam kegiatan MTH 2013 lalu.

malaysia tourism hunt 2013, putrajaya, musa yusuf, surat untuk menteri pariwisata
Media Brunei, Filipina, Indonesia bergaya bersama Musa Yusuf, Direktur Marketing Wisata Dalam Negeri, Kementerian Pelancongan dan Kebudayaan Malaysia di Putrajaya

Sebagai salah satu dari 3 (tiga) travel blogger Indonesia yang diundang ke kegiatan tersebut, tentu saya sangat bersyukur bisa terpilih dari sekian banyak blogger Indonesia tanpa melalui ajang lomba atau membandingkan jumlah pengikut akun media sosial. Selama 6 (enam) hari kami dibagi dalam kelompok kecil, masing-masing terdiri dari 3 – 4 orang dan diberi 1 (satu) unit kendaraan Proton Preve yang dikendarai menyusuri selatan Malaysia. Dalam enam hari itu pula lagu tema Visit Malaysia 2014, Celebrating 1Malaysia, Truly Asia menjadi lagu yang sangat familiar dan kami dendangkan di setiap perhentian.

Bangga? pastinya, bisa jalan-jalan gratis koq! Tapi yang membuat tercengang ketika dalam satu kesempatan, saya melayangkan tanya penasaran kepada salah seorang panitia darimana mereka mendapatkan data dan kontak saya? Kementerian Pelancongan dan Kebudayaan Malaysia memiliki database blogger dunia! Sehingga pada saat hendak melakukan kegiatan yang melibatkan blogger, data tersebut dibuka dan tinggal diseleksi nama-nama mana saja yang hendak diundang.

Budayamu Sejarahku
Ketika Malaysia mengklaim budaya yang menurut orang Indonesia adalah kepunyaannya, seIndonesia heboh menghujat negeri serumpun itu. Emosi menguasai lalu beramai-ramailah kita berteriak dan membuat gerakan anti terhadap saudara sendiri. Kenapa kita tidak berlaku bijak dan melirik sejenak catatan sejarah bangsa, timbang saling tuding dan menyalahkan?

Satu hari, kami mengunjungi satu perkampungan di daerah Selangor yang saya yakin tak banyak dikunjungi oleh pejalan dari Indonesia, Kampung Banghuris namanya. Kampung wisata yang dikelola dengan tetap mempertahankan kearifan lokal setempat oleh warganya dengan mendapat dukungan dari pemerintah. Banghuris adalah salah satu destinasi wisata yang sedang gencar dipromosikan oleh Malaysia. Yang menakjubkan adalah warga kampung ini sebagian besar keturunan Jawa, bahkan beberapa tetua di sana masih sangat fasih bertutur dalam bahasa Jawa. Maka jangan heran bila kesenian yang mereka tampilkan pun tak jauh berbeda dengan yang biasa kita lihat di Indonesia.

muzium lukut
Iring-iringan rombongan MTH2013 di sepanjang Seremban – Port Dickson jelang Lukut

Hal yang sama kami jumpai ketika dijamu makan malam di Port Dickson, tari-tarian yang disajikan sepanjang malam itu bernuansa Minangkabau dengan beberapa modifikasi. Pejabat dari departemen pelancongan menyampaikan bahwa kesenian yang disajikan memang berakar dari Minangkabau. Kenapa begitu? Karena mereka yang tinggal di wilayah tersebut masih mewarisi darah dari nenek moyang mereka yang berasal dari Sumatera.

Saya pernah membaca sepotong ungkapan yang mengatakan bahwa proses penghancuran suatu bangsa diawali dengan penghancuran peninggalan sejarahnya. Setelah mengetahui selintas catatan sejarah tersebut, masihkah kita akan bersikap arogan?

Bermain Angka dengan Malaysia
Tetiba tertarik untuk berbicara tentang angka. Jika Indonesia punya segalanya dibandingkan dengan Malaysia, pertanyaannya; berapa target angka kunjungan wisatawan mancanegara Indonesia di 2014?

28 Desember 2013, saya sedang menghadiri kegiatan peluncuran program Countdown Carnival Visit Malaysia Year 2014 (VMY 2014) untuk wilayah utara di Pulau Pinang ketika sebuah pesan singkat menggetarkan gawai yang diselipkan di dalam saku celana. Seorang kawan memberi kabar Kemenpar (kala itu masih Kemenparekraf) yang saat itu tengah berada di acara Lovely Desember Toraja memberikan pernyataaan bahwa target angka kunjungan wisatawan ke Indonesia di 2014 adalah sebesar 9,5 juta. Pada saat yang hampir bersamaan Haryanty Abu Bakar, Deputy Director, Malaysia Promotion Board, Penang; berbicara di depan perwakilan media dengan yakin menyatakan Penang optimis dapat menggaet 5,5 juta wisatawan mancanegara di 2014.

haryanti abu bakar, tourism board penang, visit malaysia yera 2014, wisata penang
Haryanty Abu Bakar, Deputy Director, Malaysia Promotion Board, Penang

Lalu, berapa target angka kunjungan wisatawan mancanegara Malaysia di 2014? 28 juta! Sementara Kemenpar baru mulai menabung untuk menggapai angka 20 juta di 2019, ya masih selisih 10 juta dibanding Malaysia yang menargetkan angka 30 juta di 2020.

Bagaimana Malaysia yang Tak Punya Apa-apa itu Mengelola Wisatanya?
Sadar potensi wisatanya tak seelok Indonesia, Malaysia mengatur strategi untuk mengelola, mengemas dan menjual destinasi wisata yang mereka miliki dengan baik. Minggu kedua April 2014 lalu, sebanyak 100 (seratus) travel blogger/blogger/video blogger, perwakilan media cetak dan televisi serta agen perjalanan dari 25 (dua puluh lima) negara berkumpul di Kuala Terengganu, Malaysia selama 6 (enam) hari dalam rangkaian program VMY 2014, Terengganu International Squid Jigging Festival 2014. Ada yang datang dari Inggris, Finlandia, Australia, Amerika dan tentu tak ketinggalan dari Asia termasuk Indonesia.

Alokasi dana untuk pariwisata benar-benar dipergunakan dengan baik, infrastruktur dibenahi sehingga perjalanan ke satu destinasi bisa dinikmati dengan nyaman. Masyarakat di sekitar tempat wisata ikut merasakan cipratan rejeki lewat pemberdayaan ekonomi kreatif. Pernah merasakan naik Hop on Hop off dalam jarak jauh? Saya sangat menikmatinya ketika kami meluncur menuju Pulau Pinang dengan segala keriaan bersama travel blogger ASEAN ditemani oleh Ibu Haryanti Abu Bakar. Di beberapa titik perhentian, rombongan kami yang disertai oleh sekelompok pekerja seni memperkenalkan ikon VMY2014 dan melakukan flashmob dengan iringan Celebrating 1Malaysia, Truly Asia. Tentu saja sesekali kami turun menari dan bernyanyi, senang sekali menikmati suasana gembira seperti itu.

countdown carnival vmy2014
Monyet Belanda ikut flashmob di rest area Tapah

Program promosi wisata Malaysia dipersiapkan dan dilakukan dengan gencar selama setahun jelang tahun wisatanya. VMY 2014 mulai didengungkan dari 2013!

Gencar melakukan branding dimana-mana itulah yang dilakukan oleh Malaysia, sedang Indonesia masih menimbang-nimbang untuk branding berapa banyak biayanya yang dikeluarkan? bukankah bisa memanfaatkan jasa travel blogger yang membantu promosi tanpa dibayar? Malaysia berani jor-joran untuk pemasaran wisatanya, hasilnya? Salah satu contoh sederhana, target pasar terbesar Legoland adalah wisatawan Indonesia! Sangat gampang kan mengajak orang Indonesia melangkah keluar dengan biaya yang terjangkau, sementara untuk mengenali negeri sendiri kita harus mengorek isi kantong dalam-dalam.

Indonesia memang punya segalanya, tapi Indonesia tak pandai untuk merawat dan memelihara harta kekayaannya dengan baik.

Orang yang merasa punya segala akan berjalan dengan pongah tanpa merasa perlu untuk mawas diri. Kenyamanan membuat kita lupa untuk mempersiapkan langkah ke depan hingga akhirnya ketika sesuatu yang kita miliki, yang biasanya tak kita hiraukan dipetik oleh tetangga yang lewat di samping rumah; kita seperti cacing kepanasan meradang dan menggelepar-gelepar tak karuan. Sikap seperti inilah yang banyak tumbuh dan dipelihara masyarakat kita.

Saya di PHP Indonesia
Dalam setahun ini saya mondar-mandir bertemu dengan para pelaku wisata di Malaysia, dari para petinggi di Kementerian Pelancongan hingga masyarakat pelaku ekonomi kreatif. Terima kasih kepada Malaysia yang telah membuka mata saya selebar-lebarnya sehingga sebagai seorang pejalan, saya dapat melihat, mensyukuri keindahan negeri sendiri dan menumbuhkan rasa cinta serta bangga pada tanah tempat dilahirkan dan berpijak.

Bulan lalu saya sedikit kecewa pada sebuah agensi dari maskapai penerbangan Indonesia yang telah mengirimkan soft copy kontrak kerja sama namun kemudian membatalkannya setelah sekian lama tak ada kabar. Saya dan beberapa teman travel bloggers Indonesia kena PHP! O,ya PHP itu pemberi harapan palsu, lalu gimana rasanya ketika harapan yang membubung itu dipatahkan di tengah jalan? Sakitnya tuh di siniiii di dalam hatiku 😉 Satu bukti travel blogger yang bukan artis, yang punya pengikut akun media sosial seuprit belum dihargai dengan baik di negeri ini.

Apakah kecewa tersebut membuat saya kapok menjadi travel blogger? Nggaklah! Itu hanya satu ujian iman yang harus disyukuri bahwa saya bangga menjadi bagian dari Indonesia. Lalu siapa yang menghibur di jelang akhir tahun ketika di-PHP? Sorry to say, Malaysia!

surat untuk menteri pariwisata, indonesia bertindak, perempuan keumala
Indonesia cintaku tak sebatas kata – [Indonesia Bertindak]

Hari ini kita menjejak di hari pertama 2015 dan sejak pertengahan tahun lalu, saya sudah dikibas-kibas dengan program MyFest2015. Bagaimana dengan Indonesia? Langkah ini kan terus menyusuri jengkal tanah negeri dengan segenap cinta yang terus bertumbuh di dalam hati.

Pariwisata Indonesia butuh #RevolusiMental Jika ingin memajukan pariwisata Indonesia, belajarlah pada Malaysia.

Rantepao, Toraja Utara, 31 Desember 2014
saleum,
si #TukangKuburan

Surat untuk Bapak Menteri Pariwisata ini, ditulis dan dibagikan sebagai bentuk kepedulian bersama para pejalan yang tergabung dalam komunitas Travel Bloggers Indonesia. Dengan kapasitas kami sebagai pejalan; kami berjalan, kami melihat, kami merasakan, kami menulis dan kami berbagi untuk INDONESIA tanpa pamrih [oli3ve].

FYI, Tulisan ini telah direspon dengan baik oleh pihak-pihak yang terkait dengan Tourism Malaysia.

Surat-surat lainnya dapat dibaca pada tautan berikut:

  1. Atrasina Adlina – Surat yang Terlambat Untuk Menteri
  2. Bobby Ertanto  – Dear Menteri Pariwisata Indonesia
  3. Danan Wahyu Sumirat – Repackeged Visit Indonesia Year
  4. Defi Laila Fazr – Sekelumit Tanda Tanya Perihal Neraca Satelit Pariwisata Nasional
  5. Fahmi Anhar
  6. Farchan Noor Rachman – Surat Terbuka untuk Menteri Pariwisata
  7. Felicita Lasmana – Target 1 Juta Wisman per Bulan di Mata Biolog, Pejalan dan Blogger
  8. Firsta – Tourism in Indonesia
  9. Indah Sachiko
  10. Indra Setiawan – Backpacker Borneo
  11. Indri Juwono – Peduli Budaya Lokal untuk Pariwisata Indonesia
  12. Lenny Lim – Surat untuk Menteri Pariwisata
  13. Matius Nugroho – Merenda Asa untuk Pariwisata Kota Indonesia
  14. Parahita Satiti – Surat untuk Pak Arief Yahya
  15. Rifqy Faiza Rahman – Di Tangan Arief Yahya, Saya Memilih Percaya
  16. Rijal Fahmi Mohamadi – Pariwisata Indonesia dengan Segala Problematikanya
  17. Taufan Gio – Kepada Gunung-gunung yang Dicuri
  18. Tekno Bolang – Lostpacker
  19. Titi Akmar – Secercah Asa untuk Pariwisata Indonesia
  20. Vika Octavia – Pariwisata Indonesia: Telur Dulu atau Ayam Dulu?
  21. Wira Nurmansyah – Sepucuk Surat untuk Menteri Pariwisata
  22. Yofangga Rayson – Pak Menteri, Padamu Kutitipkan Wisata Negeri

92 thoughts on “lndonesia, Belajarlah pada Malaysia

  1. yang itu2 aja…coba sekali2 saya xixixixixxi *kemudian digiles
    iya ya,malaysia bener2 maksimal promosinya,lagunya banyak yang suka….makasih mbak sharingnya,mantapp!!!^^

  2. “Dalam enam hari itu pula lagu tema Visit Malaysia 2014, Celebrating 1Malaysia, Truly Asia” <~ sama waktu ke philippines juga, mereka punya themesong yang bener2 nyantol di kepal dan bikin inget kata "philippines" kayaknya bagus juga kalau indonesia punya themesong yang bikin inget terus ^^

      1. pointnya sih, mereka bahkan nyiapin sebuah lagu khusus buat ngebranding pariwisata 😀 semoga~ abis ini banyak belajar 😀 tapi lagi, promosi tanpa infrastruktur yang siap ya sama aja. Kalau ngeliat malaysia sih, mereka udah siap di infrastruktur, meski destinasinya masih kalah dengan indonesia 🙂

  3. Suka sekali dengan tulisanmu ini mbak ^_^

    Banyak hal yg ku-aamiin-i di tulisan ini, soal Indonesia, soal Malaysia, soal harapan untuk pariwisata di masa mendatang.

    Semoga tulisan ini bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk bapak menteri dalam enjalankan tugasnya memajukan pariwisata Indonesia.

  4. hlarrrr… tahun 2010 saya beruntung mbak jadi salah satu peserta my selangor story… saya banyak belaja juga bagaimana mereka mengemas nothing jadi something. wisata liat kunang2 malam hari saja laku dijual.

    saya jg pernah tinggal di kampung jawa, sabak bernam di selangor selama 2 hari dan dari 30 peserta saya idola orang2 kampung situ, lah gimana yg bisa bahasa jawa cuma saya doang hehehe… saya banyak mengulik cerita ttg org jawa dari bapak angkat yang rumahnya sy inapi… mereka gak merebut atau klaim budaya, tapi emang itu jg milik mereka.

    semoga ke depannya pariwisata kita makin moncer mbakk…

    1. wuiiiih idola,
      waktu ke kampung Hang Tuah aku nyanyi Melayu mewakili tim, eh dapat poin bagus 😉

      btw istilah merebut dan mengklaim itu kan berkembang di media sosial, jadi berdampak nggak baik sebenarnya untuk kedua pihak
      disitulah pentingnya belajar sejarah jadi sedikit2 bisa tahulah kenapa begini kenapa begitu. sayangnya kita lebih suka teriak2 😉

  5. nice info, selalu respect dengan tulisan-tulisannya yang padet informasi, btw saya setuju sekali dengan tulisannya even saya bukan ‘the real travel blogger’ karena keterbatasan destinasi yang pernah saya jamahi melainkan hanya sedikit mengeksplore tempat-tempat menyenangkan even deket dengan rumah, lah jadi curhat, good luck kak 🙂

  6. Kyaaaaaa beneran bagus!!!

    Betul, kak. Kita perlu belajar dari Singapura dan Malaysia yg, katanya, nggak punya apa2 itu, dalam hal mengelola dan mempromosikan pariwisata.

    Mungkin bisa dimulai dari 1 daerah dulu? Kawasan Jakarta dan Jawa Barat, misalnya?

    Yah, gue sih sadar gue bukan apa2. Jadi dianggap tak dianggap pun nggak masalah 😀

  7. Mbak aku baru baca bahwa Obama baru mengadakan Travel Bloggers Summit di Gedung Putih. Mereka meminta agar blogger keren bisa membuka mata generasi muda AS agar mau belajar di luar Amerika dan melihat negeri asing. Menyes (terharu) banget deh Mbak Bacanya… Kok ya Amrika yang berpikir sepeeti ini? Kapan dong Indonesia?

    Semoga yang duduk di Kementrian sekarang mendengar jeritan hati Mbak Olive, mau belajar dan membuka diri…
    Salam jalan-jalan 🙂

    1. o yaaaa, mana tautannya mbak?

      ini bukan jeritan hati, kalo jejeritan karena kesal dan kecewa dari dulu berhenti nulis2
      ini adalah sebuah perenungan tzaaaaah 😉

  8. Saya suka quote ini mbk :

    “proses penghancuran suatu bangsa diawali dengan penghancuran peninggalan sejarahnya”

    Kalo newbie gini. Bikin post surat terbuka gt boleh gag ya mbk…

  9. Tulisan yang bagus mbak… Semoga dengan ini pihak pariwisata Indonesia melek, nggak undang travel blogger itu itu aja 🙂
    Btw pnasaran… Di-PHP-in airlines yang mana mbak Olip? Eh ini salah airlines nya atau calo-ny? Hehe

  10. daan aku juga ikutan pernah di PHP, haha
    sempet heran, pemasukan devisa indonesia yang ke empat padahal dari pariwisata
    duitnya dikemanain aja
    mbok ya buat acara gathering travel blogger se indonesia
    aaahhh… ngiri sama malaysia..
    eh, kaos kak olip cakep, Indonesia cintaku tak sebatas kata, dalem banget euy

    1. amiiin
      malu bertanya jalan terus eh, malu bertanya sesat di jalan

      btw kenapa komenmu masuk ke spam kk Bob? *ngulik2nya ribet dengan settingan baru ;)*

  11. masalah PHP dan joki memang pada ngga bisa move on…
    Tapi satu yang perlu dicermati di negeri ini , kalau mau yg gratisan musti dekat dengan sumbu kekuasaan. xixiixi kita bahas politik apa pariwisata sih ?

    1. aku mau jadi seperti lilin aja boleh kan kak? trus kita nyanyi2 bareng …
      dan kau lilin-lilin kecil, sanggupkah kau berpijar?
      sanggupkah kau memberi seberkas cahaya?

    1. tulisannya dipuji juara lomba itu sesuatu banget Ri
      I heart Aceh, perjuangan nembus gerimis dan berpacu waktu demi ke titik nol Banda Aceh, trus dicapture bang Faizal di tepi Krueng Aceh dekat tps haha

  12. Bagus mbak olive. Karena ini adalah oengalaman mbak olive sendiri tanpa judgedari 1 sisi aja. Anyway aku pernah juga diundang sama tourism Genting Malaysia. Nice service juga.. 🙂

  13. Saya mengambil pelajaran penting sejak judul membuka surat harapan ini: “belajar”, sebuah frasa yang kadang tak seorang pun mau ketika merasa sudah di awang-awang 🙂

  14. ini dalem banget kaaaak, baguuuus 😀
    semoga dibaca oleh pihak-pihak terkait biar bisa berintrospeksi.
    maju terus pariwisata Indonesia

  15. Tapi ujung2 nya kembali ke duit ya mba olive..Kalo gak salah budget tourism Indonesia tahun 2012 itu USD 2.5 juta, budgetnya malaysia USD. Mudah-mudahan di era jokowi bisa tambah besar dan gak ada yang korupsi ….

    1. uud bukannya undang2 dasar kk Wir?
      selama angka yg ada dipergunakan sesuai posnya dan tidak ditilep ke pundi2 yg lain; logikanya sih program bisa jalan

      motto bapake kan,”Success without plan is luck. Success with plan is achievement”

      nggak salah kalo Rifqy mendamba pelangi pariwisata Indonesia dan mengatakan: Di Tangan Arief Yahya, Saya Memilih Percaya

      1. Anggaran besar itu sangat perlu, tapi harus tepat sasaran. Tapi, di tengah keterbatasan itu kita harus tetap berpikir kreatif karena watak pemilik anggaran selama ini sebagian besar mencurahkan tidak tepat waktu dan efektif. Karena jika kita cuma menunggu, akan tersendat ga maju2 hehe 🙂

  16. terakhir baca blog ini, yaitu tentang kuburan belanda yang di ancol. dan mampir lagi topik nya tentang yang di atas ini. spt nya emang promosi wisata indonesia itu kurang. juga pengelolaannya. kemarin kebetulan habis jalan2 dari cirata. pengunjung cukup banyak, tapi jalanan pas di lokasi wisata dan sarana2nya sangat kurang.
    kembali soal promosi wisata malaysia, dia jg santer banget promosi di tv. taunya jg pas nonton saluran di tv kabel yg ditonton istri. berkali2 nonton iklan wisata malaysia, mungkin hanya sekali saja nonton iklan wisata indonesia. mungkin bener spt komen di atas, UUD jg kali ya

    1. infrastruktur masih menjadi kendala menggapai destinasi wisata di Indonesia bang Kamal

      minggu lalu saat mudik sempat jalan ke satu destinasi yg dipenuhi pengunjung, jalannya mulai rusak (lagi) lalu beberapa warga berceloteh,”jalan ini dulu mendadak mulus hanya saat SBY mau datang, sesudahnya ya begini lagi.”

      1. setuju 100% tante olive kalau disebut infrastruktur jadi kendala utama menuju destinasi wisata. bln okt lalu saya ke green canyon, ciamis. jalan pangandaran – green canyon ancur lebur. ada sih beberapa sisi lagi di-cor. walhasil mobil tua saya mur nya pada copot sepulang dari sana. terus jg itu pantai selatan sepanjang dari pangandaran – tasikmalaya itu indahnya minta ampun. ada jalan akses kesana, tapi ya itu tadi harus semi offroad. dan spt orang tidak banyak yg tau karena akses dari tasik yg sangat jauh dan berliku (ga ada jaminan jalan mulus pula) dan kalau dari pangandaran jauhnya minta ampun.

        jadi sempet berfikir, ini tanggung jawab siapa ya? kalau ditanya ke pemda stempat pasti akan bilang ga punya dana. tapi kalau ditanya ke pemerintah pusat, mungkin jawabnya ga masuk prioritas. lha wong jalan pantura saja yg vital itu jadi proyek rutin tahunan… 🙂 maaf iku ngelantur disini nte..

  17. Setuju Mbak, emang terkadang miris kalo kita lihat dunia pariwisata Indonesia yang -jujur- aja kalah jauh sama negara tetangga.
    Saya ada temen di Malaysia yang cerita kalo dulu awal 2000-an, negaranya (pemerintah+rakyat, blogger belom ada) sampe “berdarah-darah” mempromosikan pariwisata mereka.
    Selang beberapa tahun kemudian, mereka berhasil dengan slogan “Truly Asia”.
    Mungkin, ini yang patut kita tiru agar parisiwisata Indonesia bisa berkembang seperti Malaysia.
    Tiada salahnya ATM (amati, tiru, modifikasi)…

    *btw, Blognya keren mbak, serasa jalan2 saya hehehehhe

    1. eh kakaknya mbak Dear mampir di sini 😉

      fyi bang, Visit Malaysia Year (VMY) nggak digelar tahunan; program pertamanya dimulai 1990 lalu 1994, 2007 dan terakhir kemarin yg sukses berat VMY2014, Malaysia menggelar pesta usai setahun promo di 2013 dan menyambut 2014.

      coba bandingkan hasilnya dengan Indonesia yg tiap tahun ada slogan tahun kunjungan Indonesia.

  18. Surat yang komprehensif Mbak Olive. Kemasan dan penataan faktor pelancar pariwisata Malaysia jadi ajang belajar yang hebat selain tentunya komitmen para pelakunya.
    Selamat makin berkarya di tahun 2015 ya Mbak Olive.

  19. Mbak Olive, aku padamu ^^
    Beberapa acara dihiasi “artis blogger yang itu-itu saja, yg followersnya banyak” hikz
    padahal Travel Blogger banyak banget yah :p
    dan, aku pun pernah merasa di PHPin sama salah satu majalah, tanpa ada kelanjutannya lagi T_T
    Ayo semangat.. Kita menulis untuk berbagi pesona Pariwisata Indonesia 🙂

  20. Mbak Olive, aku suka sekali judul artikel ini.
    Ohya, jadi inget ketika aku travelling ke Eropa di 2012. Masih santai-santai mau mandi sebelum keliling Barcelona trus aku sekilas lihat iklan pariwisata di TV. Indonesia banget deh potongan gambar-gambarnya. Aku langsung sumringah! Wah, bagus juga ya promosi pariwisata Indonesia!

    Sumringahku ga bertahan lama, penutup iklan tersebut: Malaysia.. Truly Asia..”
    Lalalalalaaaa.. kecele abis-abisan. Malaysia iklannya bagus sekali!
    2 commercial break setelah itu, baru ada iklan dari Indonesia. Ajakan untuk investasi di negeri tercinta ini. 🙂

    1. judulnya menggoda dan memancing caci ya kk First 😉
      mesti baca sampai tuntas, banyak yg langsung ngoceh karena baca sepotong2 bahkan cuma baca judul langsung mencak2

      iklan pariwisatanya Malaysia memang keren koq, Indonesia kan orangnya kreatif ya cuma heran kemana tumpahnya ya tuh dana promo berember2?

  21. Mungkin kita terlalu terlena dengan fakta bahwa setiap jengkal tanah Indonesia bisa jadi objek wisata. Atau kita terlalu sibuk dengan urusan-urusan lainnya *ehem* sampai (sengaja) lupa dengan bumi air dan udara yang memberi kita tempat berpijak. Saking terlena dan kita pun meremehkan. Beda dengan negara-negara lain yang diberi “anugrah” keterbatasan dan pada akhirnya mampu muncul jadi jawara. Hihi.

    Semoga tulisan-tulisan ini benar sampai ke Gedung Sapta Pesona untuk dijadikan cambuk dalam bentuk bukti konkret, bahwa pengembangan pariwisata tidak melulu “komersialitas”, melainkan preservasi-konservasi dan eksplorasi memori. Hihihi.

    Selamat Natal dan Tahun Baru :))

  22. Dear Olive..salam kenal..
    Tulisan Olive menarik sekali. 👍👍inspiring buat saya.
    Semoga bisa dibaca sekaligus mencerahkan pihak terkait.
    Ayoo lanjutkan.. 🙂

  23. Jleb banget! Tapi memang, aku setuju dengan pandangan kak Olive bahwa sebenarnya kita ini sadar kalau Indonesia adalah negara yang kaya, tapi masih abai dengan cara pengelolaannya, termasuk sektor pariwisata.

    Aku sendiri melihat, bahwa sektor pariwisata masih dianaktirikan. Tidak masuk ke dalam skala prioritas, meskipun sangat menjanjikan, mengingat potensi yang kita miliki sangat luar biasa. Industri berat, tambang dan eksplorasi tanaman produksi masih menjadi hal-hal yang dinomorsatukan. Di lain sisi, pariwisata merupakan kebalikan daripada sektor-sektor tersebut. Yang sayangnya, selalu kalah untuk dipertahankan. Pssttt money talk kak 🙂

    Dalam beberapa point aku setuju, bahwa negara tetangga kita sebenarnya dari segi potensi tidaklah seberapa. Tapiiii dari segi target pencapaian dan pengelolaan, jelas Indonesia kalah jauh. Sayangnya, aku merasa hal-hal macam ini tidak tersampaikan cukup jelas ke ‘bapak ibu’ yang di atas. Dan seringkali mereka menggampangkan. Pemilihan ‘blogger-blogger langganan’ itu misalnya.

    Hmmm apalagi ya? udah deh segitu aja dulu. Ntar malah kepanjangan curhatnya.

    Sebagai penutup aku mau kasih apresiasi aja buat kak Olive. Aku suka postingan ini, meskipun agak panjang tapi sangat lancar penuturannya, sehingga enak untuk diikuti, isinya kontemplatif dan yang paling aku suka adalah “ditunjang dengan data dan angka”. Bravo kak Olive, semoga selalu membuat tulisan yang bermanfaat! 🙂

  24. Salam and Hello. In Malaysia the authority made a great effort to educate its citizens to keep clean and healthy. There is a common believe among Malaysians that “Kebersihan bermula dari rumah”. Another campaign is educating Malaysians to stay polite and respect the elders, neighbours, kids, other races and all. “Kesopanan bermula dari rumah”. And I think this attitude has been with us for many centuries. You see the various Malays in the Peninsular regarded the nusantara people such as the Minang, Banjar, Bugis, Acheh, Javanese, Mandahiling (to name a few) as Malay as well. We do not make it a political issue. Being a different country does not kill our love to other countries. Maybe some of you find it hard to believe that the current King of Johor is of Bugis descent. Same goes to the King of Selangor. The King of Negeri Sembilan is of Minangkabau descent. The King of Perak is the bloodline of last King of Melaka which has its roots from Palembang. The Javanese and banjar people has been here for many centuries. It is a fact that the Malays receive everyone with open heart and mind. If you don’t believe me, we have accepted various Indian ethnics and Chinese ethnics who are totally different form us to stay with us since 1957. We have a unity in diversity. They can practise their religion, language, culture etc. The Mainland Indians and the mainland Chinese had never said to us “Malaysia you are stealing our culture”. India and China, both are great countries in the world with more than one billion people each, but they have never bad mouthing us. I appreciate your article Mbak Olive. Thanks.

Leave a reply to Vika Cancel reply